Kenapa sih Mbok Nimas takut? Itukan cuma kata orang. Aku harus buka kamar itu dan nemuin bukti. Ucap Rina berbisik.
Kaki Rina mendorongnya untuk berjalan menelusuri lorong menuju Kamar ujung. Kamar itu sedikit berbeda, bercat merah tua dan ada tulisan-tulisan seperti jimat dengan bahasa kuno yang tidak Rina ketahui maknanya.
Suara tapak kaki Rina dihentikan oleh tangan yang menyentuh bahunya. Rina menoleh kebingungan.
"Hei, kamu ngapain kesana?" tanya Roy.
"gue mau bersih-bersih kamar itu, keknya udah lama gak dibersihin. Biar rumah ini bersih total. Kebersihan kan sebagian dari iman" ucap Rina mencoba berbohong.
"heem, kamu mau nemenin aku bersihin?" tambah Rina lagi.
"enggak. Ayok kita turun, aku nemuin sesuatu dilemari kamarku" titah Roy.
Rina mengangguk tanda setuju. Rina meyakinkan dirinya untuk mengelabui Roy membuka pintu kamar itu dengan cara apa pun. Rina tak serta merta mempercayai orang-orang didekatnya, termasuk Ayu. Ayu berteman lama dengan Roy, bahkan berita penyelidikan ini tak seharusnya Ayu ceritakan kepada Roy.
Ayu sudah menunggu kedatangan Roy dan Rina dilantai bawah, tepatnya didepan kamar Roy. Rina melihat Mbok Nimas memperhatikan Ayu dari jauh, dengan komat kamit dibibirnya.
Roy meraih tangan Rina untuk memberikan sebuah buku tua yang berisi korban pesugihan desa beberapa puluh tahun lalu. Disitu terpampang wajah serta data diri korban. Ada sekitar 60 orang dan terhitung sudah 5 tahun penumbalan dalam catatan itu terjadi.
Buku itu tak memiliki nama pemilik, tetapi tertera tanda tangan pemiliknya seperti awalannya ada huruf N. Mereka memandang satu sama lain. Buku ini bisa menjadi salah satu bukti penumbalan beberapa tahun silam, tapi tidak bisa jadi bukti atas kematian Senja Nita tak lain merupakan neneknya Roy.
"kita harus cari tau siapa pemilik buku ini dan meminta pertanggung jawabannya" ucap Ayu.
"inikan buku tua Ay, nama pemiliknya juga gak ada. Jadi kita gak tau siapa pemiliknya" tutur Roy dengan mengangkat bahunya.
"tunggu dulu. Nama ayah dan ibu yang dibakar warga waktu itu siapa Roy? Kan mereka yang punya rumah ini" ucap Rina.
"kalau kata nenekku sih, namanya Sugianto dan Irnawati" jawab Roy cepat.
"lah nama mereka awalannya S dan I ya. Awalan ttd dibuku ini huruf N. Atau kita nanya Pak Kades aja mengenai nama warganya yang huruf N" tanya Ayu.
"gila lu, gak mungkinlah. Udah jelas alasan kita kesini buat nemenin Roy, masa mau nanya yang aneh-aneh. Kita harus cari cara lain" kata Rina.
"eh, apa Roy tau warga desa yang huruf depan namanya N" tanya Ayu.
"banyak sih Ay. Ehem, gimana kalau kita jalan-jalan aja keliling desa? Nanti silaturahmi kerumah warga supaya tau nama warga di sini ya. Atau warga yang namanya huruf N aja? " ucap Roy dengan cepat.
"semua warga aja Roy" jawab Rina.
"o...oke, kita kerumah warga. Sekalian aku tunjukkin tempat yang tenang di desa ini" tambah Roy.
Rina dan Ayu mengikuti arahan Roy dengan percaya. Rina menoleh kearah dapur, Mbok Nimas masih berdiri disana memandangnya dengan ekspresi datar diikuti gelengan kepalanya. Rina hanya tersenyum ramah, tetapi Mbok Nimas berlalu pergi kearah dapur.
Wajah Mbok Nimas yang terbakar sedikit dibagian pipi kiri tak membuat Rina ketakutan. Ayu dan Roy pada awalnya curiga dengan kedatangan Mbok Nimas di tengah malam itu. Tapi semua sirna karena Rina meyakinkan bahwa manusia tak boleh memandang orang dari covernya saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Zero
Misterio / SuspensoRina memasuki dunia yang berbeda dengan dunia yang dikenalnya selama ini. Di kota M hingga ke desa Zero, ia belajar banyak hal dan bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Setiap hari adalah pengalaman baru. Perjalanan Rina ke desa yang penuh rint...