Dua

3.9K 549 142
                                    


Sehun menatap dokumen-dokumen bernilai jutaan dolar di depannya dengan sinis. Ia benar-benar tidak memiliki minat untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya tersebut. Bila dulu, Sehun akan dengan semangat mengerjakan pekerjaannya. Terlebih di saat sang istri sedang berada di rumah. Pria itu akan bekerja dengan semangat, dan cepat menyelesaikan tumpukan dokumen yang menggunung di meja kerja. Ia akan buru-buru pulang saat hari masih sore, untuk bisa berdua dengan istrinya.

Namun, kini? Sehun bahkan enggan pulang. Ia benar-benar tak sudi menatap wajah Suzy. Hanya dengan menatapnya, sudah mengingatkan Sehun akan luka yang Suzy torehkan. Lima bulan. Lima bulan Suzy berselingkuh, dan dengan bodohnya Sehun tak menyadari hal itu. Tidak ada sedikit pun rasa curiga di hati Sehun untuk Suzy. Ya, sepercaya itulah Sehun pada sang istri.

Suzy adalah satu-satunya keluarga yang ia punya. Ia pikir, Suzy tidak akan pernah mengecewakannya. Semua akan Sehun berikan untuk Suzy. Bahkan jika Suzy meminta nyawa Sehun pun, maka dengan senang hati akan Sehun  persembahkan nyawanya di bawah kaki wanita itu. Sebesar itulah cintanya untuk Suzy.

Sehun menyandarkan tubuh pada kursi, matanya memejam, tangannya mencengkram dada kiri kuat-kuat. Sakitnya masih terasa sampai saat ini. Berselingkuh sama dengan berkhianat. Sehun benci pengkhianat! Tidak ada hal yang lebih menyakitkan di dunia ini dari pengkhianatan. Terlebih orang yang melakukannya adalah orang yang paling dipercaya. Hati Sehun benar-benar sakit.

Segaris senyum miris tersungging di bibirnya. Sekarang ... untuk apa semua yang ia kerjakan? Untuk siapa ia bekerja sekeras ini? Pada siapa ia harus pulang? Siapa yang bisa ia jadikan tempat berkeluh kesah?

Kekosongan yang pernah ia rasakan, kini kembali menyerang hatinya. Rasa kosong dan ... hampa. Keluarganya sudah tidak ada. Orang-orang yang ia sayangi telah pergi. Istrinya mengkhianatinya. Sehun sendirian. Sendirian dan kesepian. Tidak ada orang yang bisa ia percaya. Rasanya semua kerja keras yang ia lakukan semua sia-sia. Untuk apa dan siapa Sehun mengumpulkan banyak uang? Untuk dirinya sendiri? Hartanya sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kehidupannya. Untuk kekuasaan? Ia sudah cukup berkuasa—sangat berkuasa. Sehun hanya butuh tujuan.

Tujuan untuk apa ia hidup?

Karena tujuan hidupnya yang sebelumnya, sudah tidak menjanjikan lagi.













####






Gadis cantik itu tersenyum lembut, tangan mungilnya menata dengan hati-hati bunga-bunga indah yang tengah ia rangkai. Senyum tak pernah luntur dari bibir mungilnya. Matanya berbinar senang. Terlihat sekali ia tengah bahagia. Bagaimana ia tidak bahagia? Kakak satu-satunya akan segera menikah. Tentu saja ia begitu bahagia. Tak sabar rasanya menanti hari itu akan tiba.

“Jisoo, makan siang dulu, Sayang.” Suara lembut wanita paruh baya terdengar dari belakang.

Jisoo menoleh, pada asal suara. “Tunggu sebentar lagi, Bu,” katanya sambil tersenyum. Lalu kembali melanjutkan merangkai bunga.

Sandara hanya tersenyum lembut menatap anak bungsunya yang terlihat begitu bersemangat. Sebentar lagi putra sulungnya akan menikah. Keluarga mereka bukanlah keluarga yang kaya. Mereka hanyalah kelurga sederhana, dengan kepala keluarga seorang pegawai kantor biasa, dan juga putra sulung yang sudah mulai berkerja membantu perekonomian keluarga. Dengan kesederhanaan yang mereka miliki, pernikahan Seokjin—kakak Jisoo—diadakan di taman belakang rumah yang cukup lebar. Sekarang, taman itu sudah terlihat begitu cantik dengan hiasan bunga-bunga putih yang Jisoo rangkai dan tata sedemikian rupa. Taman sederhana itu sudah disulap menjadi tempat yang begitu indah.

“Jangan terlalu lelah.” Sandara mengelus rambut panjang Jisoo dengan penuh sayang. Sebelum meninggalkan gadis itu. Percuma ia memaksa anak gadis, ia sangat paham dengan karakter Jisoo. Maka dari itu, ia membiarkan Jisoo mengerjakan pekerjaan yang gadis itu suka. Jisoo hanya mengangguk, ia terlalu fokus pada perkerjaannya. Merangkai bunga adalah kesenangannya, terlebih merangkai bunga untuk pernikahan sang kakak, tentu Jisoo akan sangat bersemangat mengerjakannya.












Little (second) WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang