Tiga

3.6K 509 199
                                    

Gadis berusia sembilan belas tahun itu tersenyum, kala melihat sang kekasih menyambutnya dengan senyuman hangat saat ia sampai di depan gerbang universitas. Harinya akan sangat indah bila paginya diawali dengan senyum kekasihnya yang meneduhkan.

“Selamat pagi, Sayang.”

Pipi Jisoo bersemu merah saat Jaehyun menyapanya, diiringi senyumnya yang begitu manis. Senyum Jaehyun selalu berhasil membuatnya berdebar senang. Tak bosan rasanya menatap senyum manis itu. Apalagi saat Jaehyun menatapnya dengan hangat, Jisoo tak sanggup berpaling. Betapa ia sangat mencintai pemuda tampan di hadapannya ini.

Jaehyun terkekeh pelan melihat wajah malu gadisnya yang begitu menggemaskan. Dicubitnya pipi merona sang kekasih pelan, lalu merangkulnya mesra dan berjalan menuju kelas mereka.

Sebelum itu, Jisoo menoleh ke belakang. Entah kenapa ia merasa sedang diawasi. Namun, ia tak mendapatkan apa pun, selain sebuah mobil hitam di pinggir jalan sana.

“Ada apa?” tanya Jaehyun saat melihat kekasihnya berhenti melangkah. Ia ikut menoleh ke belakang, mencari tahu apa yang tengah Jisoo lihat.

“Ah, tidak ada apa-apa,” jawab Jisoo sambil tersenyum manis ke arah Jaehyun. Mungkin memang hanya perasannya saja, tidak ada apa-apa di belakang sana, tidak ada yang memperhatikannya. Jaehyun mengangguk, mereka pun kembali melangkah dengan lengan Jaehyun yang terus merangkul mesra bahu sang kekasih, dan wajah Jisoo yang terus merona merah.

“Aku suka pipi ini,” katanya sambil menyentuh pipi Jisoo dengan ujung telunjuk, “apalagi saat merona seperti ini.” Sepertinya pemuda itu sengaja membuat wajah Jisoo terbakar. Lihat! Bahkan saat ini ia tertawa kecil melihat Jisoo yang salah tingkah.

Apa Jaehyun tak sadar? Perlakuannya membuat Jisoo berdebar-debar.







#####





“Jalan!” perintahnya pada supir di depan kemudi, saat sosok gadis yang beberapa minggu ini menarik perhatiannya sudah hilang dari pandangan. Sudah dua minggu lebih Sehun mengikuti gadis itu, melihat wajahnya dari kejauhan, sudah cukup menenangkan Sehun. Setiap hari Sehun selalu mengikuti gadis itu, memastikan gadis itu baik-baik saja, atau lebih tepatnya memastikan ia sendiri baik-baik saja.

Sehari saja tak melihat wajah cantik itu, Sehun selalu merasa ada yang kurang. Ia tak bisa fokus bekerja jika tidak melihat wajah manis itu secara langsung. Menatap fotonya saja tak cukup membuatnya tenang. Oleh karena itu, ia selalu mengawali pagi dengan menatap wajahnya secara diam-diam.

Namanya Kim Jisoo, putri bungsu dari dua bersaudara. Umurnya sembilan belas tahun. Sedang berada di tahun kedua menempuh pendidikan perguruan tinggi. Mengambil jurusan kedokteran. Itu adalah data yang ia dapatkan dari orang suruhannya.

Sembilan belas tahun, ia masih muda. Sehun ragu, apa ia masih bisa mendapatkan gadis itu? Delapan tahun selisih umur mereka, membuat Sehun berpikir berulang-ulang untuk mendekatinya. Gadis itu masih muda, pantaskah Sehun berada di sampingnya?

Namun, saat tahu gadis itu menjalin kasih dengan pria lain. Dada Sehun bergemuruh hebat. Ia tak terima! Kim Jisoo miliknya! Hanya miliknya! Tak ada yang boleh memiliknya selain dirinya. Oleh karena itu, Sehun sudah menyiapkan lamaran untuk gadis itu.

Lamaran? Tentu saja. Tak perlu pendekatan yang lama, Sehun ingin segera memiliki gadis itu secepatnya. Ia tak suka gadisnya disentuh pria lain sekali pun hanya seujung kuku. Tak ada yang boleh menyentuhnya selain Sehun.

Peduli setan dengan usia! Sehun yakin, berapa pun selisih usia mereka, gadis itu tak akan menolaknya. Siapa yang berani menolak Oh Sehun? Tidak ada, termasuk Kim Jisoo, Sehun yakin akan hal itu. Tak sabar rasanya melihat dan menyentuh wajah cantik itu dengan telapak tangannya langsung. Melihatnya dari jauh saja sudah membahagiakan, apalagi dari dekat?








#####




Ia mengerjapkan mata, kepalanya terasa pening. Otaknya bekerja begitu lambat, sampai butuh waktu lima puluh detik untuknya tersadar, ini bukan kamarnya! Kamar bernuansa hijau lembut dengan sentuhan sedikit warna emas. Ini jelas bukan kamarnya! Kamarnya tak semewah ini. Ini di mana? Seingatnya ia pergi ke toko buku untuk mencari bahan referensi tugasnya, lalu tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya, dan ....

“Nona sudah sadar?” suara lembut terdengar dari sampingnya, seketika itu juga ia sadar ia tak sendirian. Ia bangun dari posisinya, kembali ia tersadar, ia tengah berbaring di ranjang yang sangat megah dan mewah. Siapa pun orang pemilik ranjang ini, dia adalah orang yang kaya, Jisoo yakin itu.

“Ini di mana?” kalimat pertama yang ia ucapkan saat tersadar. Apakah ia diculik? Oh, bagaimana ini? Bagaimana jika orang tua dan kakaknya mencarinya? Ia harus segera pulang.

Bukannya menjawab, wanita muda yang mengenakan seragam pelayan itu hanya tersenyum lembut. Ia menarik lengan Jisoo pelan, dan anehnya Jisoo tak menolak. Senyum ramah wanita itu seolah menyihirnya. Jisoo terus mengikuti instruksinya, meskipun bingung, ia sama sekali tak menolak saat wajahnya dihias oleh wanita itu.

“Anda sangat cantik, Nona.” saat itulah Jisoo sadar, ia menatap ke arah cermin. Menatap lekat bayangannya di dalam sana. Benarkah itu dirinya? Gadis dalam cermin itu begitu cantik, tak mungkin itu dirinya. Ia menyentuh wajahnya sendiri, dan gadis dalam cermin itu juga menyentuh wajahnya. Itu sungguh-sungguh bayangannya!

“Nona, pakailah ini.” belum selesai keterkejutannya, pelayan itu menyodorkan gaun hitam cantik dan sepasang sepatu tak kalah cantik. Jisoo menatap kagum gaun dan sepatu itu.

“Ini untukku?” tanyanya tak percaya, dan lagi-lagi pelayan itu hanya tersenyum.







#####







Jisoo melangkah dengan perlahan, setelah mengenakan gaun dan sepatu cantik tadi. Ia dituntun oleh pelayan itu ke luar dengan mata tertutup, lalu tiba-tiba saja ia sudah berada di dalam mobil. Ia perkirakan sepuluh menit mobil yang membawanya melaju. Kini ia diturunkan di tempat yang Jisoo kenal adalah taman. Ia melangkah pelan saat membuka penutup mata, menyusuri taman tersebut. Netranya menangkap cahaya dari tengah taman, ia melangkah ke arah sana. Lagi-lagi ia terperangah melihat pemandangan taman yang sudah disulap demikian rupa. Ini benar-benar indah.

“Kau suka?”

Suara seorang pria terdengar dari belakangnya, ia menoleh. Didapatinya sosok pria tinggi dengan jas hitam membalut kemeja putih yang dikenakannya. Ia mengenali pria itu, ia adalah tamu kehormatan di pernikahan kakaknya. Namun, yang Jisoo tak mengerti, kenapa pria itu ada di sini? Lebih tepatnya kenapa ia berada di sini bersama pria itu?

“Tuan, apa Anda—”

“Ya, aku yang membawamu kemari.”

Sehun menatap lekat wajah bingung gadis itu. Dia benar-benar cantik, sangat-sangat cantik saat dilihat lebih dekat seperti ini. Bila tak mampu menahan diri, mungkin Sehun akan menyentuh wajah cantik itu.

“Aku menginginkanmu.”

“Maaf?” bukannya tak mendengar, tetapi Jisoo tak mengerti. Ia benar-benar tak mengerti. Sebenarnya ada apa ini?

“Maukah kau menikah denganku?”

.......

Long time no se long time no see (Bacanya pake nada lagu Dom da  da milik TOP Bigbang, ya🤗)

Ada yang nungguin gak sih?

Kok sepi 🥺

Kalo rame besok aku update lagi deh😁

Little (second) WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang