Enam

3.2K 451 176
                                    

Jisoo melirik sekeliling, mencari keberadaan Jaehyun. Kelasnya sudah selesai untuk hari ini, biasanya Jaehyun sudah menunggu di parkiran untuk pulang bersama. Namun, Jisoo tak melihat keberadaan kekasihnya atau pun mobilnya di parkiran. Ia merogoh tas tangan yang ia bawa, mencari keberadaan ponsel untuk menghubungi Jaehyun.

“Menuunggu lama?” Suara yang sudah tak asing terdengar dari belakang, ia menoleh. Mata Jisoo membulat melihat Jaehyun yang tengah tersenyum lebar di atas sepeda.

“Jae ...?”

“Kaget liat aku naik sepeda, hemmm?”

Jisoo mengangguk, Jaehyun yang biasa mengendarai mobil mewah kini mengendarai sepeda sederhana. Bukannya Jisoo tidak suka Jaehyun membawa sepeda, hanya saja ia heran. Ke mana mobil yang biasa menjadi kendaraan Jaehyun?

Masih di atas sepeda, Jaehyun berkata, “Saat kita menonton drama, kamu mengatakan, betapa romantisnya saat si pria mengendarai kuda, dan si wanita duduk di depan si pria sambil bersandar pada dada prianya, tapi maaf, Sayang. Aku tidak bisa mengabulkannya.”

Kening Jisoo berkerut, ia masih tak mengerti. “Lalu? Apa hubungannya dengan sepeda ini?” tanyanya.

“Aku ganti kudanya menjadi sepeda, kamu bisa duduk di depan dan bersandar padaku.”

Bibir Jisoo membulat, lalu ia tertawa kecil. Bahkan ia tak pernah meminta hal itu pada Jaehyun. Ia hanya mengatakan, adegan di drama yang mereka tonton kemarin begitu romantis. Dari mana Jaehyun mendapatkan inisiatif untuk hal ini?

Ooh, Jaehyun, kenapa kau membuatku semakin mencintaimu, batin Jisoo.

Jisoo mendekat, mengambil tempat di depan Jaehyun, menyandarkan kepala dengan nyaman pada dada Jaehyun. Ia mendongak, tersenyum pada Jaehyun yang juga tengah menatapnya. Sebelum mengayuh sepeda, Jaehyun mengecup kening Jisoo penuh perasaan, tanpa sungkan dan tak peduli di mana mereka saat ini. Apa pun akan ia lakukan untuk Jisoo. Ia ingin selalu menjadi alasan gadisnya tersenyum.

Dengan perlahan, mereka meninggalkan area parkir kampus mereka menuntut ilmu. Semua pasang mata terfokus pada mereka berdua, decak kagum atau pun iri mengiringi kepergian mereka. Siapa yang tak mengenal pasangan paling romantis di universitas ini? Jung Jaehyun dan Kim Jisoo, pasangan terfavorit sekaligus pasangan yang paling membuat iri semua orang.

Jaehyun adalah mahasiswa yang populer, dengan wajah yang tampan, juga latar belakang keluarga yang berada. Membuatnya menjadi incaran para wanita. Kim Jisoo mungkin memang bukan dari kalangan keluarga berada. Namun, wajah menawan dan kepintaran yang ia miliki. Sudah cukup membuatnya begitu populer. Tidak ada celah yang dapat merusak hubungan mereka. Siapa juga yang berani mengusik hubungan pasangan favorit satu universitas? Jika pun ada, maka siap-siap saja dihujat seluruh penghuni universitas.



#####




Senyum belum luntur dari bibirnya. Menggambarkan betapa bahagianya ia saat ini. Tuhan begitu baik mengirimkan kekasih sesempurna Jaehyun untuknya. Meskipun bukan kendaraan mewah, tapi mengendari sepeda seperti ini benar-benar terasa menakjubkan bagi Jisoo. Ia bisa bersandar pada dada Jaehyun, seperti apa yang dilakukan tokoh utama wanita pada tokoh utama pria yang ia lihat di drama. Mereka sudah biasa mengendarai mobil mewah milik Jaehyun. Namun, sepeda? Tak pernah sekali pun terpikir di benak Jisoo.

Sungguh demi apa pun, Jisoo mencintai Jaehyun tanpa melihat harta yang Jaehyun miliki. Ia luluh dengan kelembutan yang Jaehyun miliki. Bahkan sikap Jaehyun tak pernah berubah dari dulu, masih tetap lembut dan baik padanya. Membuat Jisoo selalu berdebar setiap kali Jaehyun memperlakukannya dengan lembut.

“Kenapa kau membuatku semakin mencintaimu?” akhirnya pertanyaan itu terlontar dari bibir mungilnya.

Jaehyun menunduk sekilas, lalu kembali menatap ke depan—fokus pada jalanan. “Agar kau tak berpaling padaku.” ia tersenyum, memperlihatkan lesung pipi yang membuat Jisoo candu pada senyumnya.

“Bagaimana bisa aku berpaling padamu? Aku tidak akan meninggalkanmu.” Tak ada satu pun alasan yang bisa membuat Jisoo berpaling dari Jaehyun.

Wajah Jaehyun yang semula tersenyum, mendadak murung. “Aku yang akan meninggalkanmu.”

Jisoo menoleh, menatap Jaehyun dengan sorot mata minta penjelasan. Jaehyun berhenti mengayuh sepeda, mereka saling menatap beberapa saat.

“Aku harus pergi ke Jepang, besok,” katanya dengan nada lirih.

“Jangan bercanda!” Jisoo berdiri dari sepeda, begitupun dengan Jaehyun, membiarkan sepedanya tergeletak begitu saja.

“Maafan aku,” ucap Jaehyun penuh rasa sesal.

“Ke-kenapa mendadak sekali.” Entah sejak kapan mata Jisoo sudah berkaca-kaca. Jaehyun akan meninggalkannya? Hal ini tak pernah terbesit di pikirannya.

“Aku juga tak mengerti, Ayahku memaksaku untuk pindah kuliah ke Jepang. Aku sudah berusaha menolak, tapi aku tak bisa.” Ia mengusap wajah frustasi. Hatinya berdenyut sakit melihat mata gadisnya berkaca-kaca seperti ini. Entah karena alasan apa, ayahnya tiba-tiba memintanya pindah ke Jepang secepatnya. Ia sudah bertanya alasannya, tapi ayahnya mengatakan ini demi masa depan Jaehyun. Sebagai seorang anak yang masih bergantung pada orang tua, tentu Jaehyun tak bisa menolak perintah orang tuanya.

“Ta-tapi hubungan kita bagaimana?” ia mengerti, jika sudah berhubungan dengan orang tua, Jaehyun tentu tak bisa menolak. Apalah dirinya dibandingkan orang tua Jaehyun? Namun, bagaimana dengan hubungan mereka ke depannya?

Jaehyun meletakkan kedua tangan di pundak Jisoo. Mengunci mata Jisoo dengan tatapan cinta yang dalam. “Kau mau menungguku, 'kan?” tanyanya dengan penuh harap. “Aku akan kembali secepat yang aku bisa. Aku berjanji.”

Jisoo terdiam, ia tak menjawab. Ia tak tahu harus berkata apa, tak masalah baginya menjalani hubungan jarak jauh, asalkan Jaehyun dapat menjaga hati. Jisoo berhambur dalam pelukan Jaehyun. Memeluk Jaehyun dengan erat, dan Jaehyun pun sudah tahu jawabannya. Pria itu menghela napas lega, setidaknya ia sudah memastikan, Jisoo tak akan berpaling darinya.

“Jaga hati kamu di sana,” bisik Jisoo di dada Jaehyun.

“Aku berjanji. Ini tak akan lama. Ini hanya sementara.”





#####



“Tuan?”

Pria dengan kemeja putih, yang lengannya digulung sampai siku itu berbalik. Ia yang semula menatap pemandangan kota dari jendela ruang kerja, kini menatap bawahannya dengan alis kiri terangkat.

“Putra tuan Jung telah pergi ke Jepang.”

Sehun tersenyum kecil penuh kemenangan. Sudah ia katakan, apa yang ia inginkan akan ia dapatkan,  bagaimana pun caranya. Termasuk menyingkirkan 'kucing kecil' itu. Sehun sudah tak tahan melihat pria tak tau diri—menurut Sehun—itu terus menempeli gadisnya, terlebih saat mengingat pemandangan yang ia lihat di taman tempo hari.

“Kembali alirkan dana pada perusahaan itu,” titah Sehun. Lalu dengan santai menyesap wine di tangan. Menikmati pekatnya minuman tersebut saat mengalir di tenggorokan.

Pria yang berdiri di hadapannya membungkuk, lalu pergi dari hadapan Sehun secepatnya. Sehun memainkan gelas yang berisi cairan berwarna merah di dalamnya. Sekarang tinggal hitungan hari, ia pastikan Jisoo akan datang sendiri padanya.

Hanya tinggal menarik kembali dana untuk investasi pada perusahaan milik ayah kekasih Jisoo, maka perusahaan itu akan sekarat. Mau tak mau pimpinan perusahaan yang tak lain adalah ayah dari Jung Jaehyun akan mendatangi Sehun, dan Sehun hanya mengajukan satu syarat yang harus dilakukan oleh pria paruh baya itu.

Jauhkan Jung Jaehyun dari Kim Jisoo.




.....

Terimakasih banyak untuk 400 followernya. Sayang kalian banyak-banyak 💜💜💜

Kalau rame aku double up hari ini🤗

Btw, guys, Sehun—Jisoo—Jaehyun lagi rame beberapa hari ini.

Entah itu beneran atau bohongan, aku hanya berharap yang terbaik untuk mereka bertiga💜

Pesan aku untuk kalian; Jangan terlalu berharap banyak 😊

Little (second) WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang