part 5

32 15 4
                                    

Kita yang dijanjikan untuk saling berjanji satu sama lain, kini ternodai oleh pihak lain karena ingin pergi dari janji itu, sampai pihak yang  lainya kini ikut pergi mencari janji yang abadi.
Stivany_

****

Hari mulai gelap, matahari kini terganti oleh sang bulan tidak lupa bintang-bintang  yang menghiasi langit bertebaran dimana-mana membuat kesan indah Di mata.

Stivany terbangun dari tidurnya lalu bangkit menuju jendela menatap bulan sendu membuka jendela, stivany membiarkan angin menerpa rambut panjangnya. Dia sekali lagi ingin mengadu kepada bulan kenapa semua ini terjadi begitu cepat dia  sangat membutuhkan albi dia sangat tergantung akan kehadiran albi.

Katakan jika stivany wanita lemah dia tidak sanggup hidup, rasanya sekarang dunia stivany hambar tampa albi, tuhan menghukum dirinya kejam dosa apa yang dia lalukan sampi-sampai albinya dia rengut tuhan. Menutup mata rapat-rapat stivany berguman.

"Bulan, aku mau ngadu sama kamu lagi, boleh?"

"Aku lagi sedih," Cemberut stivany. "aku kesepian, gak ada albi lagi disini hiks...,"

"Bu-bulan harus tahu...selama ini aku pura-pura tegar di hadapan mereka semua aku cape, cape harus Seperti ini terus  A-aku pengen lupain albi tapi ngak bisa hiks...hiks...,"

"Tapi, aku janji aku sama kamu, aku bakalan berusaha  lupaan a-albi Biar aku tenang hiks...,"

Tok!! Tok!! Tok...!!

Suara ketukan pintu membuat perhatian stivany  teralihkan kepada pintu kamarnya.

"Siapa!!"

"Ini bibi non, non  vany di suruh tuan turun kebawah." sahut bi narsih, pembantu di rumah stivany.

"Oh... Iya nanti aku turun kebawah bi?" stivany segera menghapus air matanya kasar.

"Baik, non."

Stivany berjalan ke ruang keluarga Khanderray di sana dia melihat ayah dan kakaknya serta dua orang laki-laki tengah berbincang, entahlah stivany tidak mengenalnya, satu di antara mereka seumuran dengan stivany  yang tengah asyik memainkan hanphonenya.

"Eh... Sini sayang," Ujar Albareth.

"E-eh iya pih."

"Kenalin dia anak gue cantikan." bangga albareth. "Siapa dulu  dong bapaknya."

"Widih pede lo,"

"Emang iya, anak gue cakep gak kaya lo buriq."

"Sekate-kate ya lo, ngomong gue buriq gue tuh cakep buktinanya nurun sama anak gue."

"Ye, Kualitas gen lo gak sebagus punya gue vin."

"Gue, berkualitas ya sorry."

"Auh ahk pusing gue," stivany melongo, anjr bokap gue keren banget ngomong gue-lo.

"Pih... Udah atuh." ujar farell.

"Iya-iya."

"Pih, mereka siapa?"

After You Leave[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang