#Bagian 2

19 8 2
                                    

Hari ini Ayra sengaja tidak membawa motor karena ingin jalan kaki saja sampai kampus. Jarak kos dari kampus tidak terlalu jauh sebenarnya itulah kenapa ia ingin jalan kaki.
Sesampainya dikelas Tia langsung menghampirinya
"Pagi, Ra..Ra kita ikut organisasi yuk" ajaknya
Sambil mencari tempat duduk yang pas Ayra langsung menoleh kearahnya
"Organisasi apaan emang?"tanya Ayra dan Tia langsung menyodorkan form pendaftaran nya. Setelah membaca apa aja yang harus diisi pada plat form itu Ayra memikirkan apakah harus ikut atau tidak, karena jujur saja Ayra kurang suka dengan acara-acara yang harus dilakukan nanti pada saat makrab, itu bukan dirinya sekali pikir Ayra.

Tapi, kadang logika memang tak sejalan dengan hatinya. Logikanya memang tidak ingin tapi hatinya tak tega harus mengatakan tidak pada sahabat satu-satunya itu. Iya, Tia adalah satu-satunya sahabat Ayra disini. Wajar Ayra adalah gadis yang introvert dengan orang-orang baru, itu sebabnya ia tidak mudah bergaul dengan teman-teman yang lain, tidak seperti Tia yang humble pada semua orang, jadi sangat mudah untuknya akrab dengan orang baru. Dua bersahabat dengan karakter yang sangat bertolak belakang, bukan.

"Gimana, Ra..kamu ikutkan ?" Tanya Tia sekali lagi.
"Iya, aku ikut kok." Jawab Ayra sambil tersenyum ke arah Tia sahabat satu-satunya itu.

"Oke..Ra, nanti tinggal kita isi aja formnya terus kasih ke Putri ya"

*****
Selesai matkul Ayra dan Tia langsung menuju ke arah kantin, tempat dimana Ayra ingin duduk sebentar hanya untuk menikmati vanilla latte kesukaannya, karena dengan begitu ia akan jauh lebih tenang saat menikmati aroma vanilla yang menguar pada Indra penciumannya, dengan begitu ia bisa menghiraukan sejenak hiruk pikuk dunia, yang bahkan mungkin tidak sepenuhnya mampu ia hiraukan.
"Kamu pesen apa, Ra?" Tanya Tia
"Biasa Ti, vanilla latte"
"Okelah" jawab Tia.
"Maciiiuuh Titique" seru Ayra dengan muka alaynya.

Setelah Tia berlalu untuk memesan makanan, Ayra tidak sengaja melihat orang itu, maksudnya Cooast rese yang pernah menghukumnya dan berakhir di toilet kampus, dia berjalan menuju kearah kantin dengan beberapa teman Cooast lainnya.
Memang tidak sepenuhnya salah Cooast itu, tapi salah Ayra juga kenapa bisa seceroboh itu sampai tidak membawa jas lab. Tapi, ya sudahlah semuanya sudah terjadi, bersyukur juga karena masih diberi keringanan untuk bisa tetap mengumpulkan laporan akhir. Alhamdulillah ala kullihal.

Tentang Cooast itu dia adalah kakak tingkat semester akhir, Namanya Muhammad Yusuf Afeef. Teman-temannya memanggilnya Afeef dan seangkatan Ayra juga memanggilnya kak Afeef. Dia cukup terkenal di lingkungan Fakultas bahkan dikalangan para dosen. Tidak heran memang Kak Afeef adalah mahasiswa berprestasi, sekaligus tampan, tapi yang jadi masalah adalah sayangnya wajah tampannya itu sedingin es di kutub Utara.

"Pesanannya sudah datang"
"Wahh.. makasih, Ti"

"Kenapa?, suka juga sama kak Afeef"
"Ah? Apaan, aku cuma heran aja Ti, mukanya kenapa sedingin itu?, Seperti tak tersentuh."

"Dengar-dengar gosip yang beredar sih, dia cuma dingin sama cewek doang, Ra. Eeh..sama orang yang dia nggak suka juga sih." Jelas Tia panjang lebar.

"Lah..aku dong" ucap Ayra. Secara kan ya aku pernah buat kesalahan bahkan pernah sampai kena hukum sama dia."

"Bisa jadi" timpal Tia.

Entah apa yang dipikirkan Ayra pada kakak tingkatnya itu. Yang jelas ia tidak ingin punya urusan lagi dengannya, atau dengan yang lain.
Karena ia hanya ingin menyelesaikan sekolahnya dengan tenang tanpa membuat masalah apapun, setelah itu selesai.
Ayra pernah berjanji bahwa ia tidak ingin melibatkan hatinya lagi dalam segala hal, ia hanya ingin fokus saja pada tujuan awalnya yaitu menyelesaikan kuliahnya dan setelah itu mencari pekerjaan untuk membantu keluarganya. Itu saja.

Bagi Ayra hari menyakitkan itu, tidak akan pernah ia ulangi lagi apalagi mengingatnya, sebab terlalu sakit jika harus mengingatnya.

Tapi, siapapun tidak akan pernah tahu takdir akan membawanya kemana, seperti yang Ayra bilang tidak ingin melibatkan hatinya lagi, tapi ia tidak tau bahwa setelah hari-harinya di dunia kampus akan membawa hatinya pada seseorang yang tidak pernah ia duga akan mengisi hatinya.

Kadang takdir memang selucu itu. Biarpun kita tak ingin tetap saja akan berjalan seperti seharusnya tanpa bisa dicegah.

"Eh bro, itu bukannya maba yang lo hukum kemarin kan?" Tanya salah satu teman Cooast Afeef.
" Kayaknya" jawabnya singkat.

"Cantik juga tuh cewek" timpal Rendy teman Cooast lainnya, dan entah kenapa saat mendengar teman-temannya memuji Ayra, ia seperti tidak menyukainya.
" Biasa aja" jawab Afeef.
"Kalo nggak salah sih, nama tuh cewek Ayra, bro"
"Lo tau dari mana namanya Ayra?" Tanya yang lain.
"Adalah..kepo aja lu" mereka pun tertawa.
" Jadi namanya Ayra" gumam Afeef dalam hati.


Jangan lupa vote ya🤗
Selamat reading 😄

Lelah BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang