I MISS MY BRAIN TUMOR part 2

12 5 0
                                    

https://googleweblight.com/i?u=https://horrorcreepypastariddleindonesia.wordpress.com/&hl=id-ID

SEPTEMBER 28, 2017
ROY NATAS MARBUN
LEAVE A COMMENT

***

Kurasa aku memang benar – benar sudah gila.Pikiranku benar – benar sudah kacau saat aku menyelesaikan jurnalku. Orang – orang disekitarku terus – terusan bertanya apakah aku baik –baik saja dan bahwa aku tampak sakit. Rasa takut dan cemas berlebihan menggerogoti kepalaku dan setiap kali ada yang berbicara denganku aku tidak tahu apakah mereka benar – benar nyata atau hanya sedang berhalusinasi.

Suatu hari Briony menemukanku sedang berbaring di ujung tempat tidur dengan sebuah pisau ditanganku. Dia merasa cemas karena aku belum membalas pesannya selama beberapa jam. Aku tentu saja tidak bisa membalas pesannya karena salah satu dari mayat – mayat itu sudah mengambil teleponku. Saat

Briony menemukanku aku benar – benar sudah siap untuk menghabisi diriku sendiri. Aku hanya ingin suara – suara di dalam kepalaku berhenti.
Dia memaksa untuk membawaku ke rumah sakit. Seorang dokter spesialis langsung melakukan serangkaian test dan pemindaian otak padaku. Hasilnya menunjukkan bahwa aku memiliki sebuah tumor di bagian depan otakku.

Dokter menjelaskan bahwa tumor dengan ukuran dan lokasi seperti itu dapat menyebabkan halusinasi penglihatan dan pendengaran seperti yang kualami. Dia juga berkata bahwa akan sangat sulit bagi penderitanya untuk membedakan mana yang nyata dan tidak nyata. Mereka haus segera mengoperasiku. Dan ini adalah prosedur yang sangat beresiko. Ada kemungkinan bahwa otakku akan mengalami kerusakan permanen. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, ada kemungkinan bahwa tumor itu sudah menyebar sampai ke bagian dalam otakku. Kalau benar demikian maka mustahil untuk mengeluarkannya dari dalam kepalaku. Bahkan apabila mereka berhasil melakukannya, masih belum bisa dipastikan apakah masih ada sisa – sisa tumor itu yang tertinggal. Dan satu – satunya cara untuk memastikannya adalah dengan menunggu dan melihat kalau – kalau gejalanya kembali lagi.

Aku tidak yakin apakah aku ingin menjalani operasi itu. Saat Briony mengetahui betapa mengerikannya gejala tumor itu, dia berkeras agar aku dioperasi. Rumah sakit lalu memasukankku dalam daftar pasien yang akan menjalani operasi keesokan harinya. Aku tidak bisa tidur malam itu memikirkan bahwa otakku mungkin akan rusak selamanya. Aku merasa takut bahwa aku mungkin tidak akan kembali normal lagi.

Briony menjagaku semalaman. Tak peduli betapa takutnya aku dan seberapa banyaknya air mataku mengalir dia tetap berkata apdaku bahwa semuanya akan baik –baik saja. Dia benar – benar sangat menyayangiku. Tidak peduli dalam keadaan seburuk apapun, dia tetap bisa bersikap tenang dan sabar. Aku tidak mungkin melewati semua ini tanpa dirinya.

Keesokan harinya dia mengantarku ke rumah sakit. Jantungku berdebar – debar membuat dadaku terasa sesak. Saat aku akhirnya terbaring lemas diatas troli, napasku benar – benar sudah tidak dapat ku kendalikan.

Briony berdiri disampingku saat para petugas rumah sakit membantuku bersiap – siap untuk operasi. Dia menggenggam tanganku sambil berkata bahwa semuanya akan baik –baik saja. Saat dokter muncul dan membawaku ke ruang operasi, dia meremas tanganku dan mengecup dahiku. Dia pasti sama takutnya denganku karena aku bisa melihat matanya mulai berkaca – kaca.

Sebelum aku dibawa masuk ke dalam ruang operasi aku masih sempat mendengarnya berkata “Aku mencintaimu. Semoga operasinya berjalan lancar.”

Briony adalah hal terakhir yang kupikirkan saat mereka menaruh masker menutupi wajahku. Dan saat obat bius pelan – pelan membawaku jauh ke bawah alam sadarku, aku mengucap syukur pada Tuhan karena telah membawa Briony masuk ke dalam kehidupanku.

Selama operasi berlangsung, aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, aku sedang berjalan menyusuri lorong di sebuah Hotel kecil. Tak peduli seberapa lamanya aku berjalan, lorong itu tampaknya tak berujung. Tak ada yang menjawab saat aku mengetuk pintu – pintu kamar sepanjang lorong itu. Hanya ada aku sendiri. Lalu aku terbangun dengan rasa sakit luar biasa di kepalaku. Seorang suster tampak berdiri disampingku. Aku mencoba untuk berbicara tapi mulutku terasa begitu kering. Dia memberiku segelas air yang langsung ku teguk dengan rakus. Saat rasa kering di mulutku mereda, aku akhirnya bisa berbicara lagi.

BACAAN TERKUTUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang