"Seulgi chat aku semalem" Dowoon tidak menjawab namun Brian dapat merasakan remasan pelan di pinggangnya.
"Kalo kamu gak suka bilang aja, nanti aku bisa suruh biar bang Sungjin yang ngobrol sama Seulgi"
Dowoon merapatkan duduknya. "Dingin kak"
"Iya sebentar lagi sampe studio"
Brian tau, anak ini kepalang malu buat bilang kalau dia gak suka. "Kamu tau kan aku sayang banget sama kamu?"
"Hm"
"Jangan takutin apa—"
"Kak Seulgi cantik ya"
here we go.
Brian menghentikan motornya di parkiran studio, lalu Dowoon untuk turun dengan diam.
marah lagi anjing
Setelah memastikan helm keduanya di simpan di atas spion, Brian duduk di atas motor menatap Dowoon. "Kenapa hm?"
"Takut"
"Takut kenapa"
"Takut kamu suka sama Kak Seulgi, dia cantik pinter nyanyi apalagi pas senyum matanya ilang"
Brian tidak tau apa saja yang membuat Dowoon mendadak merasakan perasaan ga secure ini. Padahal ia jelas tau Dowoon adalah orang yang selalu percaya diri dan ambis.
Namun melihat bagaimana anak kawat gigi itu menunjukkan perasaan takutnya, Brian merasa lega.
"Makasi ya udah takut"
"Hah kok makasi?"
"Kamu tuh tinggal bilang cemburu aja susah banget"
Dowoon memerah di tempatnya.
"Hai, um— sori ganggu." Dowoon sontak menoleh ke belakang kemudian mendapati Seulgi berdiri di sana menatap — "Brian jam latihan kita di percepat karena band kalian nanti ada tambahan lagu"
Elusan di tangan kiri bisa Dowoon rasakan.
"Oke, nanti gue masuk. Bentar ngobrol dulu"
"Em —lo bisa lanjutin ngobrol gapapa kalau gak lama gue tunggu, ada yang mau gue obrolin juga sama lo soalnya"
Brian merasakan remasan pada tangan kirinya. "Tapi cow—" Brian mendongak menatap Dowoon yang menggeleng. "Oke biar gue anter Dowoon dulu ke dalem"
"Gak usah, gue bisa sendiri"
"Sayang" Brian berdesis sangat pelan, namun tatapan Dowoon mengartikan bahwa kakak kelasnya itu tak perlu mengantar sampai dalam.
Dowoon melangkah menjauhi keduanya dengan bahu yang lemas,
dan perasaan takut yang semakin dalam.