Harus Bagaimana?

435 50 38
                                    

.
.
.
.
.
Donghae duduk di ruang tamu rumahnya sepulang dari kedai bubur, memandangi televisi yang bahkan entah menayangkan apa.

Jeno menghampiri kakaknya, memilih duduk diam dan tak mengganggu apapun yang sedang Donghae lakukan.

Pandangannya turut lurus ke arah layar kaca, lakon komedi tunggal disana.
Sesekali guyonan itu sampai di telinga si bungsu namun entah mengapa, seperti kakaknya saat ini ia juga tak berniat untuk tertawa.

"Aku semakin tak suka pada Hyukjae hyung"

Donghae menoleh saat dengan begitu out of the blue, sang adik menyebut nama kekasihnya.

"Kenapa?"

"Ia punya efek yang begitu kuat di kehidupanmu, mungkin di kehidupan kita.
Tapi itu bukan efek menyenangkan."

"Apa kau benar-benar membenci hubungan kami, Jeno?"Suara Donghae sarat akan kesedihan, Jeno adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.

"Aku tak akan membencinya jika ia membuat hyung bahagia"

"Tapi hyung bahagia, Jeno"

"Ya... Terlihat jelas di mataku betapa bahagianya hyung sekarang"

Donghae diam, tak ingin melanjutkan perdebatan dengan adiknya.
Suara tawa penonton saat punch line yang di lemparkanoleh si standup komedian pecah seperti mengolok Donghae dengan segala skeptisnya tentang hubungan yang ia jalani.

"Siwon hyung mengirim pesan."

"Apa katanya?" Jawab Donghae.

"Baekhyun mengajak kalian dan timnya makan malam akhir pekan depan. Siwon hyung bilang sudah menelfon ponsel hyung tapi tak bisa, jadi ia mengirim pesannya padaku.
Lalu kujelaskan kalau ponsel hyung jatuh saat di kereta"

"Terimakasih, sampaikan padanya  aku ikut"

"Hyung...
Kalaupun harus begini, kenapa bukan Siwon Hyung saja?" Jeno kini tak memandang ke arah kakaknya, melainkan menyandarkan tubuhnya di sofa, lalu memandang lampu  yang mati di atas mereka.

"Siwon ya...?" Gumam Donghae pelan.

"Dia masih menunggumu setelah sekian lama hyung, ia juga disini sampai tujuh hari setelah kematian eomma dua tahun lalu hanya untuk memastikan kau mau makan dengan baik dan dimana kekasihmu saat itu?"

"Jeno~"

"Aku bukan anak kecil lagi hyungie, aku tahu kepedulian apa yang diberikan Siwon hyung terhadapmu.
Seperti katamu kemarin, ia bahkan menawarkan flatnya untuk dibeli, saat hyung bilang akan pindah rumah"

"Entahlah Jeno...
Hubunganku dengan Hyukjae sangat sulit, tapi berhubungan dengan Siwonpun sama rumitnya.
Kau pikir keluarganya yang terpandang akan menerima hubungan kami nantinya?"

Jeno menunduk, ia tak berpikir sejauh itu.

"Jadi bagaimana hyung...? "

"Aku kemari untuk memikirkan semuanya, Jeno-ya"

.
.
.

Hyukjae duduk di sebuah bar. Jam ditangannya menunjuk angka 11.37 malam.

Mengedarkan pandangnya ke arah pintu masuk bar, tak lama__ satu orang yang ia tunggu masuk kesana.

Berjalan lurus ke arah Hyukjae sambil tersenyum ramah.

"Buatkan satu lagi untuknya"

Hyukjae memesan satu gelas cocktail pada bartender yang melayaninya sedari tadi .

"Kau mengajak bertemu, tapi terlambat hampir satu jam"

"Maaf aku ada pekerjaan yang tak bisa kutinggal"

"Bukannya Donghae bilang tak ada proyek mendesak saat ini?"

"Untuk Donghae tidak, tapi ada beberapa untukku"

Segelas cocktail dengan topping lemon diulurkan kedepan mereka berdua.

"Aku tak suka basa basi, jadi kenapa kau menghubungiku?"

"Aku juga bukan orang yang suka bertele-tele, aku ingin meminta kau untuk melepaskan Hae"

"melepaskan katamu?"

"Ya.., aku ingin memiliki Donghae"

"YAK! KAU GILA?!"

"Aku tak gila, harusnya aku melakukan ini sejak lama dan tak membiarkan Donghae terlalu larut dalam cinta semu denganmu"

"Kau brengsek!!!"
Hyukjae hendak memukul pria dihadapannya, namun sang bartender yang sedari tadi  diam mengeluarkan sesuatu yang akhirnya membuat Hyukjae mengurungkan niatnya.

"Kalian mungkin bukan orang yang suka basa-basi. Tapi dari pada kalian berdua, aku lebih tak suka banyak bicara.
Dan lagi, aku tak suka ada keributan di bar-ku"

Dan lagi, aku tak suka ada keributan di bar-ku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(The boyz Younghoon as bartender bar)

.
.
.
.
.

Hyukjae menggeram marah, menatap wajah di hadapannya ini dengan berbagai umpatan di dalam hatinya.

"Aku tak akan melepaskannya"

"Itu terserah padamu, yang jelas aku tak akan menyerah jika hanya melawan manusia seperti kau"

"Donghae bahagia denganku, carilah orang lain"

"Aku bisa lihat betapa bahagianya Donghae selama ini.
Pernahkah kau perhatikan betapa kantung matanya makin menghitam?
Pernahkan kau perhatikan sebanyak apa Donghae melamun akhir-akhir ini?
Atau kapan terakhir Donghae tertawa lepas?"

"Tutup mulutmu Choi Siwon, kau sudah terlalu jauh"

"Aku harusnya melakukan ini sejak lama, aku sudah bilang kan..?
Lagipula bukankah kau juga masih bersama gadis itu?
Kau lebih banyak menyakitinya daripada membahagiakannya, Lee Hyukjae"

"Tutup mulutmu, Choi..!
Aku tak akan melepaskan kekasihku ingat itu!"

"Betapa egoisnya dirimu, Lee"

Hyukjae beranjak dari tempatnya berdiri, meninggalkan Siwon yang mulai meraih gelas kaca berisi cocktailnya tadi.
Meminum cairan beralkohol itu ke mulutnya, merasakan bagaimana asam, pahit dan manis menari dan bercampur menghadirkan sensasi menyenangkan di indera perasa Siwon.

"Kau membuat cocktail yang enak, buatkan satu lagi yang persis sama dengan ini"

Ucapnya, ditanggapi anggukan oleh si bartender.

Memandang arah kepergian Hyukjae tadi, Siwon kini larut dalam pikirannya sendiri.

"Aku akan memberikan apa yang tak pernah bisa kau berikan untuknya, Lee Hyukjae"
.
.
.
.
.
Bersambung,
.
.
.

'Jangan Biarkan hatimu berjalan-jalan, kecuali dia punya kaki'
-Spongebob Squarepants

A Twist Of Love (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang