Ksatria Palsu

440 48 71
                                    

.
.
.
.
Siwon duduk bertopang dagu. Gurat lelahnya sudah menjelaskan jika ia tak tidur sejak malam tadi.

Udara pagi yang sejuk di Gyeonggu bahkan tak bisa mengusir penat di pikirannya. Kota ini adalah sentra industri ikan laut terdekat dengan Seoul, aroma asin angin bercampur garam juga menjadi temannya duduk di sini mungkin sejak pukul lima pagi tadi.
Itu berarti satu jam ia memilih duduk berdiam diri di tempatnya saat ini.

Siwon menoleh saat merasakan pergerakan dari pintu yang sedari tadi ia sandari.

"Siwon hyung...?"

"Jeno-ya anyeong~"

.
.
.
.
"Kenapa tak mengetuk pintu, hyung?"

Jeno tentu bingung mendapati Siwon duduk terdiam di depan rumahnya, jika saja ia tadi tak berniat membuang sampah, ia tak akan tahu ada seseorang di luar.

Anak itu mendekat ke arah Siwon yang kini duduk di kursi meja makan, lalu menyerahkan satu buah selimut hangat ke arah sahabat kakaknya.

"Terimakasih Jen"

"Jadi kenapa Hyung datang pagi-pagi?"
Jeno melangkah ke depan pantry, membuat segelas teh hangat.

"Aku berkendara sejak tengah malam tadi dan entah bagaimana malah berakhir di depan rumah kalian"

Itu tentu saja membuat Jeno terkejut, perjalanan dari Seoul ke Gyeonggu membutuhkan waktu sekitar empat jam, dan jika Siwon berkendara sejak tengah malam artinya______

"Siwon hyung, kau di depan sejak jam berapa?"

"Jam empat atau lima mungkin, aku tak ingin membangunkanmu atau Donghae jadi aku menunggu"

"Kan bisa di mobil?" Jeno mengerang frustasi.

"Duduk di mobil membuatku merasa ada di dimensi yang berbeda dengannya, berbeda jika di luar aku hanya terpisah pintu dan menghirup udara yang sama dengan dia"

"Haiishhh aku tidak tahu selama ini kau idiot, hyung"

"Yak!!! Mulutmu"

.
.
.
.
.
Donghae masih bergelung dengan selimut di atas tempat tidur empuknya yang nyaman.
Tak peduli di luar sana sang adik dan sahabatnya tengah berdebat mengenai sesuatu yang bodoh.

Tak berselang lama, ia sedikit tak nyaman karena merasa seseorang memeluknya.

"Jen... Ini masih pagi, biarkan aku tidur sebentar lagi"Gumam Donghae pelan.
Namun meraih lengan yang kini ada di pinggangnya untuk memeluk lebih erat.

Mengerenyit heran dalam keadaan masih terpejam, Donghae merasakan ada kanehan.

"Jen, kenapa tanganmu jadi sangat besar?"

"Karena aku Siwon dan bukannya Jeno, Hae"

"Siwon...?"Tanya Donghae lagi.

"Heummm"

"Tunggu.... "Donghae berbalik dan mendapati Siwon memeluknya sambil memejamkan mata.

"YAK MA-SHI, APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!"Donghae dibuat bangun sepenuhnya.

"Aku kedinginan, ingin numpang tidur"

Si sulung Lee memperhatikan selimut yang di gunakan Siwon, itu selimut Jeno.

Benar... dimana Jeno?

"Jeno....?"

"Aiiisssh jangan berisik Hae, aku mengantuk, Jeno berangkat sekolah sepuluh menit lalu. Ia pergi dengan dua temannya"

"Uang sakunya, sarapannya bagaimana? Aku belum memberinya uang"

"Sudah kuberi"

"Berapa?"

"100.000 won"

"KAU GILA!!!"

"Biarkan saja... Dengan begitu dia bisa mengajak teman-temannya ke luar.
Ayolah tidur dulu aku mengantuk, aku sampai jam lima pagi Hae"

"MWO!!!"

.
.
.
.
"Bangun... "

"Aku lelah Hae..."

"Ini sudah jam satu siang, kau tak lapar? Aku sudah buatkan sup ikan"

Dengan susah payah Siwon membuka matanya, sedikit merasa panas ia membuka selimut tebal yang masih membungkus separuh tubuh berototnya.
Melihat semangkuk sup ikan yang dibawa Donghae, Siwon tak tahan untuk bertanya,
"Enak tidak?"

"Kau menghinaku bahkan sebelum mencobanya?"

"Isshhh iya iya...!
Sekarang aku tahu darimana Jeno mewarisi mulut pedasnya itu"

"Teruskan omelanmu dan sup ikan itu akan sampai di kepalamu satu menit lagi"

"Auh kejamnya.. Kau ini ibu tiri ya?"

"Ibu tiri pantatmu!!!"

.
.
.
.
Siwon menikmati makan siang gratisnya dengan tenang, sesekali pandangannya terarah pada Donghae yang memandangnya penuh selidik.

"Apa?" Donghae itu galak.

"Aniiya"Siwon jadi sedikit takut kan.

.

"Hae..."

"Kenapa? Mau tambah? Enak kan?"

"Bukan itu.. "

"Apa Siwon...? "

"Aku semalam bertemu kekasihmu"

Gerakan Donghae yang mengaduk sup berhenti.
Ia menatap sahabatnya ini datar.

"Mau apalagi menemuinya?
Aku sudah bilang bisa menyelesaikannya sendiri, Siwon"

"Aku tak suka dia mempermainkanmu seperti ini, Hyukjae menyakiti banyak orang"

"Bukankah kau sendiri yang bilang jika cinta selalu menyakitkan Siwon?
Jadi mungkin memang harus seperti ini"

"Cinta memang sakit, itu berlaku untukku yang mencintaimu tanpa pernah akan terbalas.
Aku bisa menahannya, jika luka itu bisa membuatmu bahagia.
Tapi prinsip itu tak berlaku terhadapmu Hae.
Kau tak boleh terluka macam ini!!!"

"Kau terlalu berputar-putar aku tak paham."

"Ayo menikah denganku dan jalani segalanya dari awal"

Donghae masih mempertahankan pandangan datarnya.

"Menikah bukan hanya tentang aku dan kau Siwon"

"Lalu tentang siapa? Tentang kau dan Hyukjae?"

"Siwon!!!"

"Berhentilah menyiksa dirimu sendiri seperti ini. Kau membunuhku perlahan dengan melihat kesakitanmu setiap hari!!!!" Nada Siwon meninggi.

"Kau dan Hyukjae sama saja!!!
Jadi berhentilah menjadi Ksatria palsu yang selalu mengiming-imingiku dengan janji semu Siwon!
Kau tahu segalanya akan lebih sulit jika aku bersamamu!!!" Teriak Donghae tak kalah garang.

"Pernahkah sekali saja kau mau mendengarkan si Ksatria palsu ini, Hae?"Lirih Siwon sementara Donghae hanya meremat tangannya sendiri dengan air mata yang mungkin tumpah sedetik lagi.

.
.
.
Di depan pintu, Jeno duduk menyandarkan kepalanya.
Mendengar samar-samar suara Donghae yang meneriaki Siwon di dalam sana.

"Berhentilah menjadi keras kepala hyungie, apa yang kau perjuangkan sebenarnya...?"

.
.
.
.
Bersambung,

.
.
Kawan, segalanya adil dalam Perang dan Cinta - Spongebobs Squarepants

A Twist Of Love (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang