Part 8. Kelanjutan meja berkah

6 1 0
                                    

Kericuhan terjadi di lapisan masyarakat tentang kebijakan pemerintah yang menerapkan PSBB untuk menekan laju penyebaran virus covid -19. Ada ungkapan pemerintah tidak mau menjamin kehidupan masyarakatnya yang sedang terpuruk.

"Pemerintah itu seenaknya saja ya membuat kebijakan, tanpa memikirkan dampak yang terjadi di masyarakat. Ya kalau kita, masih bisa lah bertahan untuk sekedar makan tiap hari, mah. Tetapi lihat masyarakat yang mengandalkan penghasilan harian. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup, kalau harus di rumah saja. Tanpa ada kepastian bantuan, " kata mama Yusan mengawali pembicaraan di teras pejabat.

"Hati-hati mama Yusan, kalau membicarakan pemerintah. Nanti bisa kena pasal lho : ujaran kebencian, " sahut mama penyuka kuning gading menimpali.

"Tapi aku kan hanya menyampaikan kenyataan yang terjadi dan membayangkan jika aku berada di posisi terjepit seperti mereka yang kebetulan sedang tidak beruntung," mama Yusan menimpali.

Bu RT yang baru datang dan tidak menyimak pembicaraan ikut angkat bicara, " ada apa ini?. Sepertinya kog serius? "

"Enggak kog bu RT, kita hanya prihatin dengan kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak dari masyarakat kita yang terdampak pandemi dan keadaan ekonominya tambah morat-marit, " sahut mama Yusan

"Memang bener sih, semoga apa yang kita lakukan selama ini bisa sedikit meringankan beban masyarakat yang ada di sekeliling kita. Dan saya melihat di banyak tempat, kepedulian terhadap orang lain juga marak kog. Semoga mereka bisa menerima ini sebagai pembelajaran berharga, " kalimat bu RT selanjutnya.

"Aku lihat di berita di berbagai daerah, bantuan juga mulai tersalurkan. Tapi sayang ya, ada khabar yang tidak sedap. Katanya beberapa dari masyarakat kita tidak bijak menyikapi bantuan. BLT yang seharusnya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari malah dipakai untuk beli baju lebaran. Terus aku juga denger katanya, malah ada yang mendapat bantuan sembako, kemudian dijual dan uangnya dipakai buat beli baju juga. Miris kalau itu benar adanya. Sementara pemerintah memberi bantuan, tetapi malah masyarakatnya kurang bijak menyikapi."sahut pejabat teras panjang lebar.

"Aku juga dengar itu buk. Tapi semoga tidak benar adanya. Tapi kalau kita bilang masyarakat kita morat-marit, kayaknya kog terlalu di dramatisir. Nyatanya pasar-pasar masih ramai. Kepadatan disana dan awur-awuran. Terus apa gunanya ada PSBB, tetapi masyarakat melanggarnya. Aku berharap, tidak terjadi gelombang besar penyebaran virusnya." kata emak yang tinggal diujung gang buntu.

"Semoga ini segera berakhir, ya. Sedih membayangkan, kondisi begini terus, tanpa kepastian dari orang-orang yang pinter di bidangnya. Kita terkadang dibuat bingung dengan berbagai pemberitaan yang simpang siur. Bahkan dari sumber yang sama, tetapi berbeda cara pandang." Kata bu RT.

"Ngomong opo to buk? "Tanya mama penyuka warna kuning gading, "aku ra mudeng seng sampean omongne."

"Gini lho, perbicaraan dokter yang satu dengan yang lain berbeda, dalam hal menyikapi wabah ini. Dokter kan ahli dibidangnya tho, tetapi beda-beda mengeluarkan stetment. Ada yang mengatakan ini sangat bahaya, tetapi ada yang mengatakan ini tidak lebih bahaya dari virus yang lain. Ya kita yang nggak paham, jadi dibikin bingung, bagaimana kita bersikap," ungkap bu RT panjang lebar membuat mama penyuka kuning gading tambah bingung.

"Wes buk, rausah dibacutke. Tambah kopyor sirahku," ucapan penyuka kuning gading menyela penjelasan bu RT, "mendingan kita omongin urusan kita. Gimana nasib meja berkah tuh. Sejak Romadhon berlalu, belum dirapatin lagi."

"O iya, bener itu. Kita melupakan yang penting, malah ngomong sana-sini nggak jelas, yang bukan wilayah kita. Nanti bisa kesambet undang-undang, kelar hidup kita, " sahut mama salon.

"Gimana dengan omongan kita beberapa waktu lalu. Tentang rencana setiap bulan kita iuran untuk memberi bantuan ke warga kampung sebelah yang membutuhkan, bisa bentuk sembako atau uang." Sahut pejabat teras

"Kalau bantuan langsung ke rumah-rumah, berarti keberlangsungan meja berkah gimana?" Mama salon mempertanyakan.

"Atau gini saja, meja berkah kita buka setiap ramadhan." Usul mama yusan.

"Tidak bisa begitu, awal kita membuat meja berkah, untuk rutin dimanfaatkan. Lagian banyak pelanggan saya yang ingin terus bergabung untuk mengisi meja berkah, " sahut mama salon selanjutnya.

"Kalau dilihat perkembangannya, kemaren bantuan pemerintah sudah tersalurkan dengan baik, terutama bantuan beras. Kalau boleh usul, seandainya kita akan memberi bantuan, selain beras ya."

"Gimana kalau selanjutnya kita hidupkan meja berkah kembali. Siapa boleh naruh, siapa boleh ambil. Bebas, mau makanan sudah mateng, ataupun bahan makanan. Tetapi tidak setiap hari. Bisa puyeng juga soalnya nyisihin uang belanjaan. Setiap jum'at saja. Nah kalau misalnya sebulan sekali mau berbagi ke kampung sebelah, tidak apa-apa, kita bisa iuran seikhlasnya. Jadi semua program bisa berjalan beriringan," lanjut mama salon meminta persetujuan.

"Ya ampun buk, kayak kita orang penting saja, sampai bahas-bahas masalah program. Semoga saja yang kita rencanakan bisa berjalan dengan baik. Gitu aza buk, ngomongnya. Aku ngeri bahas program-program. Takut cuma jadi wacana, " mama penyuka kuning gading nggak suka ribet, yang terpenting action. Karena ia ingat, selama ini kalau urusan dirapatin panjang lebar, ujung-ujungnya ganti tema.

"Mudah-mudahan kita diberi kekuatan dan istiqomah ya, menjalankan meja berkah ini, " sahut pejabat teras.

Ucapan pejabat teras diaminkan seluruh penghuni gang buntu.

Gang BuntuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang