Xiao Zhan
Aku membawanya ke tempatku menginap. ketika kita sampai aku melihatnya berjalan ke arah resepsionis
"Hei, Lao Wang apa kau mau memesan satu kamar lagi?" Panggilku tapi ia sama sekali tak mengindahkanku.
"Kau kembali." Kata perempuan yang ada di depannya sambil tersenyum manis padanya.
"Ya. aku kembali." Kataku berdiri di sebelah Yibo
"Ah, aku berbicara dengan temanmu." Kata perempuan itu lagi sambil menunjuk ke arah Yibo. Aku terkejut dibuatnya.
"Apa?" Aku melihat mereka bergantian
Yibo sama sekali tak memiliki ekspresi apa-apa di wajahnya namun aku dapat melihat wanita itu mengamati seluruh inchi dari tubuh Yibo
Aku terbatuk agak keras sehingga wanita itu melirik padaku. Ia tersenyum padaku kembali dan aku membalasnya.
"Ini tasmu tampan." Perempuan itu memberikan tas Yibo padanya
"Terima kasih" Kata Yibo dengan sopan dan aku menatapnya.
"Sama-sama, jika kau ada masalah jangan sungkan untuk menghubungi Jiejie." Katanya manis
"Ahaa... kau tak perlu ke tempat JIejie karena kau memiliki Gege." Aku melingkarkan tanganku ke bahunya untuk menunjukkan bahwa dia milikku
"Zhan-zhan kenapa kau tak pernah bilang jika kau memiliki teman setampan dia." Ia bertanya padaku
Aku menatapnya tak suka, kenapa ia tak mengerti jika lelaki tampan ini milikku.
"Kami pergi." Kata Yibo sambil mengambil tasnya dan berjalan ke arah tangga
Aku mendengus saat melihat perempuan itu lagi ketika ia sedang menatap tajam ke arah pantat Yibo
Aku memukulkan tanganku ke meja untuk menarik perhatiannya membuatnya menatapku dengan kesal.
"Lebih baik kau tidak tertarik padanya Jie!" Aku mengancamnya
Ia mengerutkan keningnya saat menatapku dengan heran
"Kenapa tidak? Ia tampan dan aku mempunyai tubuh indah." Jawabnya
Aku menggigit bibir bawahku dan mencoba membuatnya mengerti
"Kau memang memiliki tubuh indah Jie, tapi kau tak memiliki sesuatu yang lebih penting." Kataku
Keningnya semakin berkerut
"Apa yang tak kumiliki?"
"Adik kecil."
"Kau ikut denganku atau tidak?" Suara dingin Yibo terdengar di telingaku, membuatku segera berjalan ke arahnya dengan senyum lebar terhias di wajahku
Ia menungguku di tangga
"Aku datang." Kataku sambil melirik perempuan itu kembali sebelum mendekati kucing pemarahku.
Kami berjalan berdampingan menuju ke arah kamarku. Mataku terus mengamatinya.
"Apa kini kau meniru keahlianku?" Tanyaku dan di sama sekali tak melihatku.
"Keahlian apa?"
"Merayu."
"Aku tak merayu siapapun."
"Oh, perempuan itu sampai mengeluarkan air liurnya ketika melihatmu dan seperti ingin menangkapmu."
Sekarang aku mendapat tatapan dingin darinya
"Kenapa kau melihatku seperti itu. Perempuan itu bahkan melihat pantatmu tadi." Kataku dengan wajah jijik
Ia segera mengalihkan pandangannya dan kembali berjalan ke arah kamarku. Ia menungguku di depan kamarku dan membuka pintu kamar.