Chapter 1 - Marsya Meiliana

12.7K 528 6
                                    

"Sya, bantuin gue, please!" seorang perempuan seusiaku memohon di hadapanku.

Namanya Elvira. Aku baru mengenalnya, dan dia memang sengaja mengajakku bertemu di Café Dia Lo Gue di daerah Jakarta Selatan. Tanpa perlu aku tanyakan langsung padanya maksud tujuan kami bertemu aku sudah tahu kalau tujuannya adalah agar aku mau membantunya untuk merusak hubungan seseorang. Mungkin mentan pacar atau musuhnya. Aku belum tahu persisnya.

Bukan hanya Elvira yang memang sengaja datang kepadaku untuk meminta tolong, aku bukan dukun, aku bukan paranormal atau sejenisnya. Aku hanya seorang PHO (Perusak Hubungan Orang) yang ingin membantu orang-orang untuk membalaskan dendamnya kepada orang yang sudah merusak hubungan kami. Hanya remaja ya yang aku bantu, bukan tante-tante/om-om apalagi nenek-nenek/kakek-kakek, dan yang jelas bukan anak bayi juga.

"Alesan lo?" tanyaku singkat.

Sudah aku bilang kan? Kalo aku hanya akan membantu untuk membalas dendam bukan untuk merusak hubungan orang yang tidak bermasalah. Rasanya tak adil merusak hubungan yang sudah berjalan lurus.

"Penghianatan. Bayangin gue punya sahabat yang udah gue anggep sodara gue sendiri, tapi dia dengan teganya ngerebut cowok gue!" katanya.

Tepat sasaran! O iya, alasanku menanyakan semua alasan clientku adalah aku memang tidak mau salah target. Ini adalah pertanyaan terakhirku, aku rasa cukup sesi wawancaranya, aku yakin elvira adalah client yang tepat. Aku rasa kasus ini bisa aku tangani. Maksudku, aku bersedia menangani kasus ini.

"Apa yang gue dapet kalo gue berhasil ngerusak hubungan mereka?" kataku, to the point.

Ada orang yang bilang di dunia ini tidak ada yang gratis bukan? Dan aku fikir tidak ada salahnya meminta imbalan pada mereka. Kompensasi adalah hal yang wajar dalam duni bisnis, bukankah saat ini aku juga sedang berbisnis dengan Elvira?

"Gue punya uang.." kata Elvira.

Mendengar kata uang membuatku memicing dan aku buru-buru memotong ucapannya. Aku bingung memang aku terlihat seperti orang miskin?

"Gue bukan orang miskin!" kataku datar.

Aku tidak membutuhkan uang, untuk apa? Toh aku setiap harinya di beri uang oleh orang tuaku yang bisa dibilang lebih dari cukup. Aku benar-benar tak menginginkan kompensasi dalam bentuk uang.

"Gadget?" tanyanya lagi. Ternyata dia tidak juga mengetahui apa yang aku inginkan.

"Lo tau gue dari siapa?" tanyaku akhirnya, aku terlalu malas berkelit, namun aku juga tidak mau memberi tahu dia, biarkan dia mencari tahunya sendiri, yang membutuhkan bantuan kan dia bukan aku.

"Dari Anggun." katanya, aku memutar otakku.

Siapa Anggun? Berapa banyak orang yang aku tolong hingga aku tidak mengenal orang yang bernama Anggun itu? Meski aku tak mengingat persis siapa Anggun dan bagaimana rupanya, tapi aku yakin, Anggun pasti mengenalku bila dia pernah menjadi client-ku.

"Tanya dia aja," kataku, aku langsung membuka ponselku.

Aku membuka ponselku yang terus bergetar memunculkan notif medsosku sedari tadi. Aku membalas satu persatu pesan yang masuk untukku di sana.

Maksud tujuanku tak mengacuhkan Elvira adalah aku memberi waktu kepada Elvira untuk menanyakan pada Anggun-anggun itu tentang imbalan yang mesti diberikannya padaku bila ingin aku membantunya.

Aku melirik Elvira sekilas, dia sepertinya pandai membaca kodeku. Kini ku lihat dia sedang mengetikkan sesuatu, dan aku tahu, dia sedang bertanya apa kemauanku pada seseorang yang bernama Anggun itu. Aku hanya tersenyum sekilas. Lalu kembali berkutat dengan ponsel milikku. Terlalu banyak notif. Aku pun memutuskan hanya membalas pesan-pesan penting saja.

The PHO (HINOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang