Chapter 4 - Aksi Pertama

8.1K 396 2
                                    

Aku menyuruh Kak Diego berhenti di sebuah salon yang bisa digolongkan mewah, tempat biasa aku merubah-rubah gaya rambutku. Bisa dibilang, salon ini adalah salon langgananku. Aku tidak lagi meragukan kemampuan karyawan salon dalam hal 'persalonan'.

Tanpa protes sedikitpun Kak Diego menuruti kemauanku. Dia tidak melancarkan protes apapun kepadaku. Syukurlah, aku jadi tidak perlu meladeni ocehannya yang membuat kepalaku sakit.

Setelah Kak Diego memarkirkan mobilnya, akupun keluar terlebih dahulu. Dan yang aku tau dia terus mengikutiku dari belakang. Mengekor saja bagai buntut. Aku menuju meja reseptionist untuk mencatat data diri dan menyelesaikan biaya administrasi, Kak Diego meminta dirinya yang membayar semua biaya administarasi yang dirinya bahkan tidak tahu apa yang tengah diurus. Aku membiarkan saja dirinya membayar uang salonnya.

Setelah beres, aku langsung menuju ruangan khusus untuk salonnya.

Tujuan utamaku datang ke sini memang untuk me-vermak Kak Diego. Ntah apa hasilnya nanti yang jelas sekarang aku merasa harus mencobanya terlebih dahulu.

"Tan, vermak temen gue ya!" kataku, seketika disambut oleh tante banci langgananku. Hasil karyanya tidak pernah mengecawakan jadi aku pun mempercayakan Kak Diego padanya.

"Oce cyn!" tante banci mengangkat jempolnya sebagai isyarat oke.

Kak Diego menatapku bingung. Nah lo mukanya itu bikin aku pengen ketawa tau gak. Aku tau dia bingung, bingung pasrah gitu. Biarkan saja, aku tidak peduli dengan tatapan kebingungannya yang cukup mengocok perut. Aku bisa menjamin diirya mengira bahwa akulah yang akan mendapatkan pelayanan salon bukan dirinya.

"Iya, gue bakal buat lo gak suka lagi sama gue." Kataku.

Tujuanku selain mem-vermak Kak Diego memang membuat dirinya tidak suka lagi kepadaku. Aku benar-benar repot harus selalu diikuti kemanapun olehnya. Biarlah ku bantu dia menjadi cowok yang keren, ya siapa tahu bisa.

"Itukan sesuatu yang gak mungkin." Kata Kak Diego. Matanya seakan memancarkan kemantapan yang luar biasa. Aku hanya bisa berdecak sebal melihat kesungguhannya.

"Di dunia ini gak ada yang gak mungkin." kataku. aku menjawab sekenanya saja.

"Iya selain ngilangin rasa cinta aku ke kamu." Kata Kak Diego mengalir begitu saja dari bibirnya tanpa ragu.

Ntah mengapa tiba-tibab aku merasakan kalau pipiku mulai panas. Ntah mengapa aku bisa merasahal hal seperti ini. aku rasa ada yang konslet dengan otakku. Gawat benar benar gawat!

Karena aku takut salah tingkah, akupun mendorong Kak Diego untuk mengikuti tante banci, namun tak semudah itu dia menyerah, dia masih bergeming di tempatnnya. Aku mengisyaratkan tante banci untuk menariknya, dan gotcha! Kak Diego sudah bergidik ngeri diseret oleh si tante banci. Aku hanya bisa terkikik geli.

Aslii, wajahnya itu lho bikin ngakak, karena aku memang sudah tak tahan untuk menertawakannya, aku benar-benar tertawa saat Kak Diego melirikku seakan minta tolong. Aku hanya bisa memeletkan lidahku.

Sambil menunggu tente banci yang sedang melancarkan tugasnya, akupun duduk di ruang tunggu sambil membaca majalah fashion terkini yang memang disediakan khusus untuk penunggu. Bukan hantu lho, penunggu yang dimasud adalah manusia.

Satu jampun berlalu, namun tanda-tanda tante banci belum juga keluar. Aku masih menunggu walaupun majalah di tanganku sudah sangat membosankan. Aku sudah membolak balik majalah tersebut hingga rasanya aku sudah hatam dan hafal apa saja isi yang ada di dalamnya. Karena kebosanan yang tak juga dapat di bending. Akhirnya aku pun langsung mengambil ponsel, lalu mengecek twitter, instagram, path, facebook, dan teman-temannya.

The PHO (HINOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang