Sesampainya di tempat tujuan Shanin langsung turun dari motor Abian dan bergegas masuk ke dalam Cafe tanpa melepaskan helm terlebih dahulu. Abian yang melihat hal tersebut hanya tertawa kecil.
"Helm nya dilepas dulu atuh Sha," ucap Abian.
Shanin baru menyadari bahwa ia belum melepaskan helm yang ia kenakan, dan sialnya ia hal tersebut terjadi di depan Abian.
"Astaga Shanin, bisa-bisa nya Lo melakukan hal memalukan ini di depan Abi," umpat Shanin dalam hati.
"Oh iya dong, gue lupa. Yaampun malu banget gue jadinya, untung di dalem Cafe sepi," ucap Shanin sembari melepas helm, setelah itu ia memberikan helm tersebut pada Abian untuk digantung di spion motor.
Abian masih tertawa geli melihat tingkah konyol sahabatnya itu, kemudian ia berkata, "untung yang lihat gue, coba Lo kayak tadi di depan gebetan Lo, gimana rasanya tuh Sha."
Jleb. "Ya kan gebetan gue itu Lo Abi, dan Lo tau itu," ucap Shanin dalam hati.
"Malu bentaran sih gue paling, udah yuk ah masuk," ucap Shanin.
Kemudian mereka masuk ke dalam Cafe
dan langsung menuju lantai dua. Tempat favorit mereka, sebenarnya itu tempat pilihan Shanin, karena Shanin lebih suka di ruangan outdoor dan Abian hanya mengikuti keinginan Shanin.Sudah 2 tahun mereka sering mengunjungi Cafe ini, lebih tepatnya Cafe Alamanda. Cafe ini pertama kali ditemukan oleh Shanin sewaktu ia dan bundanya sedang family time. Kebetulan Shanin suka dengan konsep yang dipakai oleh Cafe ini dan menu yang disajikan disini juga rasanya enak, cocok di lidah Shanin. Sedari situlah akhirnya Shanin kepikiran untuk mengajak Abian mengunjungi Cafe ini, sampai akhirnya tempat ini menjadi tempat favorit mereka.
Sesampainya di lantai dua, Shanin dan Abian memilih tempat duduk di dekat balkon, Shanin suka melihat pemandangan Ibu Kota yang indah di pagi hari. Menurutnya, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk melihat keindahan Ibu Kota, sebelum akhirnya polutan mencemari udara dan pemandangan Ibu Kota pun tidak terlihat keindahannya.
Setelah itu, Shanin dan Abian langsung saja memesan menu andalan mereka ketika mereka berada disini.
Shanin memesan Jus Strawberry dan Aglio Olio, sedangkan Abian memesan American coffee dan Nachos. Tak lupa, Shanin juga memesan Ice Cream untuk Abian.
"Lo pesenin gue Ice Cream lagi?" tanya Abian membuka pembicaraan.
"Iya lah Bi, Lo kan dulu pernah bilang kalau Lo suka banget sama Ice Cream," ujar Shanin.
Abian menatap Shanin, yang ditatap malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kapan gue bilang?" tanya Abian.
Shanin kembali mengalihkan pandangannya pada Abian, lalu ia menjawab pertanyaan Abian, "ih dulu banget, waktu kita SD, Lo pernah bilang kok ke gue. Lo lupa ya?" tanya Shanin.
"Masa sih? Tapi Sha, plis gue gasuka Ice Cream," tutur Abian.
Shanin masih berusaha menjelaskan pada Abian tentang kenangan mereka dulu, mungkin sudah banyak yang Abian lupa.
"Mungkin Bandung banyak mengubah Lo ya Bi, yang dulunya Lo suka banget Ice Cream eh setelah Lo pindah ke Bandung Lo malah gasuka, tapi tenang aja Bi, gue bakal bikin Lo suka lagi sama Ice Cream," ucap Shanin semangat.
Abian masih menatap Shanin, tapi kini dahinya sedikit berkerut, menandakan kebingungan.
"Oh iya, Sha gue mau cerita, tapi gue gaenak sama Lo," ucap Abian mengalihkan pembicaraan.
"Lo mau cerita apapun, gue bakal dengerin, karena gue adalah sahabat Lo yang paling pengertian. Bukankah begitu saudara Abi?" jawab Shanin sembari tertawa.
Sebenarnya Shanin sedang tidak ingin tertawa, karena ia sudah tahu kemana topik pembicaraan Abian.
Abian yang merasa ada perubahan pada raut wajah Shanin kini menjadi semakin ragu untuk bercerita. Pada akhirnya ia mengurungkan niatnya tersebut.
"Gak jadi deh Sha," ucap Abian.
"Ih kok gak jadi sih, pokoknya Lo harus cerita Lo kenapa. Gue itu sahabat Lo Bi, gue bakal ada disaat Lo senang dan sedih, ayo cerita aja. Sekalipun itu menyakiti perasaan gue," ucap Shanin.
"Oke gue bakal cerita...,
kalau gue suka sama salah satu adik kelas."
🎭🎭🎭
Hari itu, hari kelulusan SD Cendikia. Hari paling berat dalam hidup Shanin. Karena mau tak mau ia harus mengatakan selamat tinggal pada sahabat yang ia kagumi semenjak pertama kali mereka mengikrarkan bahwa mereka resmi menjadi sahabat.
Ya. Ia adalah Andra Abian. Atau lebih sering Shanin panggil Abi.
Setelah lulus SD Abian dan keluarganya memutuskan untuk berpindah ke Bandung karena pekerjaan sang Ayah. Sudah pasti tidak ada harapan lagi bagi Shanin untuk satu sekolah dengan Abian.
Seminggu lebih Shanin menangis di sudut kamarnya tiap malam tanpa ada yang mengetahui. Menangis karena ditinggal oleh orang yang ia sayang, lebih tepatnya sahabatnya sendiri. Orang yang selalu berjanji akan selalu ada untuknya, kini malah meninggalkannya. Dan lebih nahasnya, ia kehilangan kontak dengan Abian.
Hari-hari menjalani kehidupan tanpa Abian, hampa rasanya. Shanin tidak semangat untuk belajar di sekolah barunya. Tidak ada warna dalam kisah SMP nya.
Sampai akhirnya, dua tahun lalu sebuah keajaiban terjadi.
Kerumunan siswa-siswi berseragam putih biru memenuhi lapangan. Membentuk sebuah barisan teratur di tengah teriknya matahari. Ditambah teriakan dari Osis SMA Andromeda yang sedang mengospek calon adik kelasnya.
"Setiap gugus wajib memberikan visi misi. Dimohon satu orang perwakilan maju ke depan untuk menyampaikan visi misi gugus nya masing-masing. Dimulai dari gugus satu," ucap salah satu Osis yang diduga menjabat sebagai ketua Osis SMA Andromeda.
Keadaan menjadi semakin ricuh, masing-masing gugus saling berdiskusi. Sampai akhirnya salah seorang perwakilan gugus satu maju ke depan untuk memberikan visi misi gugus mereka.
"Sha, liat deh. Ganteng banget astaga," ucap Indri, teman baru Shanin di SMA.
Sontak, Shanin langsung mengarahkan pandangannnya pada orang yang dituju. Betapa terkejutnya ia saat melihat siapa orang yang dimaksud. Sepertinya wajahnya tak asing. Shanin mengamatinya selama kurang lebih dua menit. Dan benar saja, Shanin mengenalnya. Sangat mengenalnya. Ia adalah lentera kehidupannya. Kini, ia telah kembali.
🎭🎭🎭
Halo halo
Jangan lupa vote nya ka :(
KAMU SEDANG MEMBACA
e s c a l e
Novela JuvenilKalian tentu pernah mencintai seseorang dengan begitu tulus. Sampai tidak peduli bahwa orang yang kamu cintai sering menyakitimu tanpa sadar. Tetapi, dengan sangat sadar kamu masih saja mengatakan bahwa kamu sangat mencintainya, karena cinta butuh p...