B a g i a n 8

22 3 3
                                    

Pukul tujuh pagi, dan Shanin masih bergelut dengan selimut di kasur kesayangannya. Rana sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Padahal, tadi pagi Rana sudah mengingatkan Shanin agar memasang alarm sebelum pukul tujuh. Namun nyatanya, gadis itu melupakan amanat sang bunda. Ini bukan pertama kali bagi Shanin. Sering, bahkan selalu seperti itu.

Indri, teman sebangku Shanin di kelas pun mengernyitkan dahi karena bel hampir berbunyi sebentar lagi, akan tetapi Shanin belum sampai juga. Indri yang sudah mengetahui kebiasaan Shanin pun berinisiatif untuk meneleponnya.

"Drrrttt...drtttt...," Panggilan masuk dari Indri menyebabkan ponsel Shanin yang berada di nakas itu pun bergetar. Sontak Shanin pun terbangun dibuatnya.

"Indri?" guman Shanin pelan, pikirannya belum fokus dan matanya pun masi sayu sehingga penglihatannya meremang.

Segera ia mengangkat panggilan masuk dari Indri. "Kenapa ndri?" tanya Shanin.

"HEH GILA LO YE! PASTI BARU BANGUN!" umpat Indri di sebrang sana.

"Iya gue baru bangun. Kenapa sih?" jawab Shanin masih dengan matanya yang terpejam.

"LIAT GILA INI JAM BERAPA?!" tukas Indri.

Mendengar ucapan Indri, mata Shanin yang tadinya terpejam pun kini membelalak dan dengan cepat ia melihat jam yang tertera di ponselnya.

Pukul tujuh lewat lima menit.

Setelah itu, dengan cepat ia mematikan panggilan dari Indri.

"Sial!" umpat Shanin.

Kini ia sangat panik, pasalnya tadi sebelum Rana berangkat ia sempat terbangun. Rana juga sudah mengingatkan dirinya untuk memasang alarm tepat sebelum pukul tujuh.

Kini Shanin hanya bisa pasrah. Mau memaksakan masuk sekolah juga waktunya sudah tidak memungkinkan. Apalagi teringat perihal terakhir kali ia telat. Sudah capek-capek memaksakan untuk tetap masuk, namun tidak diizinkan oleh pak Jaka, satpam SMA Andromeda.

"Siap-siap di geprek Bunda," ujar Shanin sembari berlari kecil untuk mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Setelah itu ia bergegas untuk mandi.

🎭🎭🎭

Jam istirahat. Sekumpulan geng berisikan cowo-cowo itu ramai di bale atau saung yang tertera di samping kantin sekolah. Ada yang berbincang-bincang membahas cewek, ikan cupang, dan geng motor. Macam-macam pembahasan dengan berbagai macam pula topik. Sedangkan di pojok saung terdapat seorang cowo yang rasanya enggan untuk berbaur dengan teman se-gengnya.
Ya, cowo tersebut adalah Abian.

"Ngapa lu? Diem aja dari tadi, sariawan?" ledek Teza.

Yang merasa deledek hanya menoleh dan enggan untuk menyahut. Sekarang dipikirannya hanya ada Shanin.

Biasanya saat jam istirahat Shanin menghampiri Abian, walaupun hanya untuk mengingatkannya makan atau hal yang tidak begitu penting lainnya. Namun, ternyata hari ini Abian belum melihat batang hidung Shanin sedari pagi. 'Apa Shanin ga masuk', begitu pikirnya.

"Itu dia galau ego za," celetuk Aslan.

"Baru liat si Abi galau," ucap Deni yang dicap sebagai orang yang paling tidak peduli sekitar.

"Emangnya Lo pernah ngamatin sekitar?!" sahut Ferdi.

"Itu dia mikirin Shanin pasti," timpal Alga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

e s c a l eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang