15. Tertanda, Luka

1.7K 189 34
                                    

Aku pernah mengenal seorang perempuan bernama Pealin. Kebersamaan yang terjalin antara aku dan dirinya sangat singkat. Jika dibukukan akan sangat jauh dari 1000 halaman.

Anggaplah ini tentang isi hatiku mengenai dirinya, kebersamaan kami, dan mengenai ending antara kami.

Pealin datang begitu saja pada kehidupanku, seolah kami teman lama yang berjumpa kembali. Jika dia berpendapat demikian maka aku pun sependapat dengannya.

Dia itu sangat aneh, setidaknya itulah kesan pertamaku padanya.

Aku tidak paham mengapa dia mau berteman denganku. Sampai akhirnya kupikir dia bermaksud ingin mengubahku menjadi orang yang bisa bersosialisi, sebab Pealin tahu kalau aku anti sosial dan sangat tertutup.

Si Pea itu mengasihaniku.

Apa salahnya sendirian, tidak punya teman, tidak bergaul? Awalnya aku muak dengan sikapnya yang selalu ada untukku, dimana pun dan kapan pun. Bahkan dia terlalu baik, atau mungkin terlampau bego karena mudah diandalkan. Dengan sikapnya seperti itu pasti orang lain yang tidak punya hati akan memanfaatkannya.

Jadi siapa di antara kami berdua yang mesti dikasihani, anti sosialku, atau sikap baik hatinya yang bisa saja dimanfaatkan orang lain?

Aku tidak memanfaatkannya. Kami saling mengerti satu sama lain, maksudnya jika dia sudah membantuku untuk satu hal, maka aku pun akan membalasnya. Intinya saling menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan.

Pealin jadi satu-satunya teman yang kupunya, dan juga orang pertama yang jadi temanku.

Kenapa kamu datang padaku Pealin jika pada akhirnya mendatangkan perasaan yang selalu ingin kutepis.

Aku tidak tahu perasaan seperti apa. Namun yang jelas ini suatu kesalahan.

Kemudian di saat aku sedang bergejolak dengan diri sendiri, Arta datang. Dan itu kujadikan kesempatan. Anggaplah aku memanfaatkan pria itu.

Ketahuilah Pealin, tidak sedikit pun aku memiliki perasaan padanya. Tapi aku mencoba agar mampu memiliki perasaan padanya. Supaya kesalahan dalam hatiku terhadapmu bisa menghilang.

Aku frustasi menjalin kebersamaan denganmu Pealin. Aku takut dengan reaksimu jika seandainya kamu mengetahui tentang perasaanku. Terlebih lagi kamu adalah satu-satunya temanku dan aku takut kamu menjauhiku karena kesalahan itu.

Tapi malam itu, aku sendiri yang mengakhiri pertemanan di antara kami. Karena hatiku sakit mengetahui dia mencintai orang lain, seorang wanita.

Dan aku kecewa. Pada dirinya juga pada diri sendiri karena telah mengatakan hal yang sangat buruk.

Pealin, aku bukannya tidak terima kamu mencintai seorang perempuan, hanya saja aku kecewa perempuan yang kamu cintai itu bukanlah aku.

Maka lebih baik menjauhimu agar perasaan ini tidak semakin tumbuh.

Hubungan aku dan Arta sudah berakhir setahun yang lalu. Dengan aku memanfaatkannya justru semakin memunculkan perasaan bersalah terhadapnya. Aku masih tidak mampu untuk mencintai pria itu, aku tidak bisa memiliki perasaan padanya.

Arta pasti akan menemukan seorang wanita yang tulus mencintainya, bukan hanya memanfaatkan.

"Lulu!" Setiap ada yang memanggil namaku, aku selalu berharap bahwa itu adalah Pealin.

"Oh hei Tara, tumben pagi-pagi ke rumah." Wanita itu yang sempat melabrakku karena tidak terima mantan pacarnya semasa SMA menyukaiku, kini justru jadi teman baikku. Kami sudah berteman selama dua tahun lebih, dan selama itu pula dia menggantikan sosok Pealin dalam hari-hariku.

LUKA [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang