08. Tanjakan

1K 178 7
                                    

"Adek gue ada sama elo, Lin?"

Suara bising motor yang baru saja lewat membuatku berdecak geram sebelum akhirnya menjawab. "Dari tadi Luka selalu di samping gue Bang, tenang."

"Bawa balik, sekarang!"

Tak pernah kudengar Bang Ogi seserius ini sebelumnya. Nadanya terkesan menyembunyikan amarah.

"Lo kenapa sih, bang?" Maka aku pun balik bertanya dengan nada kesal. Karena Luka baru saja menghabiskan waktu sebentar denganku.

"Lita, tadi gue ngobrol sama dia,"

Akhirnya happy ending-ku tiba. Entah kenapa memikirkan kemungkinan bahwa bang Ogi sudah mengetahui hubungan 'backstreet' Luka membuatku berbunga-bunga sampai tak sadar menyunggingkan senyuman, layaknya pemeran sinetron antagonis yang sedang berbicara dalam hati.

"Oke bang, bentar gue nyari dulu anaknya—"

"Tadi bilangnya di samping elo! Awas berani boong—"

"LUKA LAGI JAJAN BANG!" Untung saja kepalaku tak keluar asap.

###

15 menit kuhabiskan seorang diri, menunggu Luka kembali. Tapi wanita itu seolah menghilang, seolah tak berniat kembali menemuiku padahal dari tadi aku kehausan, berharap dia segera menyodorkan sebotol air es.

Nomor yang Anda tuju sedang dialihkan, cobalah beberapa saat lagi.

Tak dapat dipercaya, Luka bahkan me-reject panggilan telponku! Seketika kecurigaan mulai melanda, membuatku beranjak dan segera berlari menuju parkiran.

Luka menipu diriku! Tega sekali dia kabur, meninggalkanku seorang diri. Ini sama sekali bukan sikapnya, Arta telah mencuci otak Luka!

Berlebihan. Tapi aku hanya kecewa saja dengan sikapnya akhir-akhir ini, efek cinta membuatnya lupa jati diri.

Dengan kecepatan tinggi kulajukan motor dijalanan yang lumayan ramai. Awas saja kalau aku menemukannya, akan kubuat perhitungan.

Sampai tak lama berselang, kulihat di depan sana sosok mungil yang tengah memakai tshirt putih kebesaran dengan celana light jeans—celana pinjaman dari bang Ogi—dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai, sejujurnya jika keluar rumah dia jarang membuka ikat rambut, Luka telah berubah, dia telah terinfeksi CINTA.

Kuparkirkan motor di depan salah satu warung. Belum sempat aku membuka mulut, berniat berteriak memanggilnya, namun mendadak kuurungkan saat melihat dua orang perempuan yang tak kukenal menghampiri Luka. Mereka terlibat obrolan, dari yang kulihat sepertinya bukan obrolan hangat layaknya teman akrab. Kedua orang itu terlihat mencemooh, ekspresi wajahnya menggambarkan dengan jelas ketidaksukaan mereka terhadap Luka.

Sampai obrolan terhenti saat Luka mengangkat jari tengahnya, that's my girl! Senyum lebar terukir dibibirku, oh betapa bangga diriku terhadapnya.

Namun belum sempat Luka melangkah pergi meninggalkan kedua perempuan itu, salah satu dari mereka menarik lengan Luka menuntun paksa untuk mengikuti mereka ke dalam gang kecil, menghindari keramaian.

Maka aku bergegas turun dari motor. "Loh Alin?" Kemunculan Gania sudah persis layaknya hantu. Mengagetkanku saja. "Kemana buru-buru gitu?"

"Ada urusan, gue nitip motor ya, jagain." Tanpa menunggu tanggapan, aku segera berlalu meninggalkan Gania yang melongo dengan ucapanku.

LUKA [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang