11. Siasat

1K 173 11
                                    

Sudah seminggu lebih aku mendiami Luka. Dan coba tebak, Luka juga balas mendiamiku.

Emang dasarnya anak kecil, kalau ada orang yang ngambek bakal ngambek balik. Tega sekali dia. Padahal aku tidak serius mendiaminya.

Semua itu atas usul Gania, katanya supaya bisa melihat berapa lama Luka tahan tanpaku dan apakah Luka akan mencariku atau tidaknya itu akan terjawab dengan sikap yang akan Luka tunjukkan. Dan jika beruntung perasaan dalam hati bisa saja tercipta dari diri Luka karena kehilanganku.

Namun bila semua itu tidak terjadi, maka aku harus mulai terbiasa pula tanpanya, agar perasaan ini bisa menghilang.

Tapi ini sudah seminggu berlalu dan Luka seolah baik-baik saja tanpaku. Dia bahkan tak mengirimiku chat, untuk sekadar minta aku jadi tukang ojeknya yang siap sedia mengantar jemput kemana pun.

"Gue gak tahan. Udah seminggu gak ketemu dia, Luka pasti nyangka gue ngejauh beneran. Lagian dia tuh gak mempan mau pakai siasat apapun."

Kini aku dan Gania malah semakin dekat, maksudnya sering ngobrol, entah itu di area kampus atau di luar kampus saat ada waktu luang.

Sekarang kami sedang di dalam mini market, beli minum karena dehidrasi sehabis jogging sebentar. Gania memaksa padahal awalnya aku malas, cuma ingin menghabiskan waktu weekend di kamar kos yang jarang ku tempati karena sering menginap di rumah Luka.

"Jadi lo nyerah?" Pertanyaanya kutanggapi dengan anggukan tegas.

Lebih dulu Gania membukakan pintu mini market, mempersilahkanku keluar lebih dulu. Perhatian sekali dia. Tapi aku tidak akan terkecoh dengan semua sikapnya, sebab Gania sulit ditebak, bisa jadi dia pandai bermain dengan tipu muslihat agar akhirnya aku terjerat dalam perangkapnya, agar aku luluh dalam dekapannya.

Cintaku tetap hanya pada Luka seorang.

"Ya udah coba sekarang lo kontek dia, ajakin jogging bareng, gue pengen ketemu."

Namun sebelum kuketik pesan, mataku tak sengaja melihat sosok yang teramat kurindukan seminggu belakangan ini. Kulihat Luka tengah berjalan seorang diri di trotoar sebrang, mengenakan short pants yang tertutup oleh bomber jacket yang dikenakannya, jaket itu pasti hasil curian dari bang Ogi, maksudnya pinjam tanpa bilang pada sang pemilik. Luka selalu seperti itu, semaunya dia.

Tanpa berlama-lama lagi aku melangkah pergi, menyebrang tanpa menoleh ke kanan dan kiri lebih dulu membuat Gania mengomel sambil menyusulku. "Mata tuh gunain Pealin!"

Kuabaikan saja omelannya dan berusaha mengejar Luka. Fokus pandanganku hanya terpusat padanya saja.

Sebelum sempat suaraku keluar memanggil namanya, tenggorokan ini mendadak tersendat saat melihat Luka dihampiri oleh seorang wanita yang pernah menamparnya beberapa minggu lalu.

Kupikir, hal yang sama akan terjadi lagi sekarang. Tapi ternyata mereka kini nampak akrab, wanita itu menyodorkan satu corong es krim kepada Luka dan Luka dengan senang hati menerimanya. Lalu kini mereka berdua mulai melangkah pergi sambil menikmati es masing-masing.

Tanpa sadar mulutku ternganga saking terkejut melihat pemandangan yang ganjil itu.

"Kok malah diem," Gania menyenggol lenganku lumayan keras.

LUKA [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang