01

84.4K 2K 54
                                    

  Clara menatap tajam ke arah Lucas yang memutar-mutar kunci mobil di hadapannya. Kedua tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih. Bibirnya terketap rapat.

  Lucas melirik kearahnya dan tersenyum miring saat melihat kedua tangan Clara yang terkepal. Ia mengambil rokok, menghisapnya dengan kuat. Menghembuskan asapnya ke langit-langit kamar.

  Melihat Lucas yang merokok menambah api kebencian di dadanya. Clara benci rokok, Clara membenci apapun yang berhubungan dengan rokok.

  Lucas berjalan mendekati Clara, menghisap rokoknya kuat lalu mendekatkan wajahnya ke arah Clara dan menghembuskan asapnya di hadapan Clara, membuat Clara terbatuk-batuk.

  Melihat wajah Clara yang memerah karena amarah dan juga asap rokok yang di hembuskannya membuat Lucas tertawa kecil. Tawa meremehkan.

  Lucas kembali menghisap rokoknya kuat. Ia menarik tengkuk Clara, mencium bibirnya lalu menghembuskan asap rokoknya di dalam mulut Clara. Memaksa asap rokoknya masuk ke kerongkongan Clara.

  Dengan kuat Clara mendorong Lucas membuat ciuman mereka terpisah.

"Mau lagi?"

  Mendengar pertanyaan Lucas membuat Clara berdiri, tangannya terangkat ingin melayangkan tamparan ke pipi Lucas. Dan tentu saja Lucas menangkap tangan Clara yang terarah ke pipinya.

  Lucas menghempaskan tangan Clara dengan kasar lalu mencengkram rambut Clara, menariknya kuat hingga membuat Clara mendongak.

"Kau menguji kesabaranku? hm?"

"Aku membencimu." Clara mendesis sinis, matanya menantang Lucas dengan berani.

  Lucas terkekeh kecil. Tangannya beralih ke dagu Clara, menjepit dagu Clara dengan tangan besarnya. Tatapannya berubah tajam, dingin tak tersentuh.

"Bukan jawaban itu yang ingin ku dengar, tapi tampaknya kau tidak berniat untuk menjawab pertanyaanku dengan baik," ucap Lucas dingin.

"Sudah terlalu lama aku memanjakanmu, aku tau kau sudah rindu pada hukumanmu."

  Setelah mengatakan itu, Lucas berjalan ke arah mejanya, mengambil borgol dan cambuk ukuran kecil dari lacil mejanya.

  Clara terbelalak, alam bawah sadarnya menyentaknya, membuat kakinya berlari ke arah pintu. Clara tau apa yang akan terjadi, sikapnya memang keterlaluan, karena beberapa hari ini Lucas tidak pernah lagi mengasarinya membuatnya mulai berani menampakkan kebenciannya.

  Dengan tangan gemetar Clara menyentuh pintu yang sama sekali tidak bergeser sedikit pun. Pintu otomatis yang sialnya hanya bisa di buka dengan kartu dan remot yang memang sudah di setel khusus.

   Clara berbalik dengan cepat, tangannya menyatu di depan dadanya, menatap Lucas dengan tatapan memohon, hilang tatapan tajam yang semenit lalu di tujukan dengan berani ke arah Lucas.

    Tangannya bergerak memohon. Kepalanya menggeleng putus asa saat melihat Lucas semakin mendekat.

  Lucas menarik tubuh Clara yang bergetar dengan lembut, memakaikan borgol ke tangan Clara masih dengan keadaan lembut. Bersamaan dengan senyum miringnya yang terukir Lucas melayangkan cambuk di tangannya ke arah Clara, menciptakan jeritan nyaring yang menggema di langit-langit kamar.

"Lucas... ampun." Suara Clara bergetar. Lucas tertawa senang mendengar suara Clara. Ia mendekat lalu mengigit kecil daun telinga Clara.

"Terlambat sayang." Cambuk kecil itu kembali mengudara sebelum berakhir di punggung Clara. menciptakan rasa perih yang tak terhingga.

  Teriakan Clara kembali mengudara di langit-langit kamar, bersatu dengan suara cambuk yang berbunyi nyaring saat bersentuhan dengan punggung Clara.

Clara PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang