"Tian, amankan anak Panti asuhan yang bernama Saskia."
"Baik bos. Ada berita bagus Bos, aku berhasil mendapatkan tiketnya, tidak mau pergi sekarang?" Suara diseberang bertanya.
Lucas menatap ke arah ranjangnya, menatap Clara yang tertidur pulas dengan nafas terputus-putus, mungkin karena demamnya.
"Lain kali saja."
"Tapi susah mendapatkannya lagi, Bos. Kita harus mengurus tiket VIP jika ingin berlangganan tetap." Suara di seberang terdengar keberatan.
Lucas melirik sekali lagi ke arah Clara, menimang-nimang untuk meninggalkan Clara dalam keadaan sakit.
"Baiklah," katanya pada akhirnya. Lalu Lucas menutup telponnya. Ia menghampiri Clara, mengukur suhu tubuhnya. Demamnya tinggi sekali. Lucas mengeluarkan ponselnya, kembali menelpon seseorang.
"Datang kesini sekarang," katanya tanpa basa basi, dan langsung menutup ponselnya tanpa memberi waktu lawan diseberangnya untuk berbicara.
Lucas menunduk, mencium kening panas Clara sebelum melangkah pergi. Jika tidak ingin meninggalkan Clara lama-lama, ia harus segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.
Tempat yang akan didatanginya Klub yang terkenal. Masuk urutan ketiga dalam mendapatkan penghasilan jutaan Dollar dalam sebulan.
Paradise. Nama Klubnya, tempat dunia gelap itu berada. Lucas tidak terlalu suka menghabiskan waktu ke Klub. Baginya Klub itu hanya untuk orang-orang yang berputus asa atau orang yang kesepian, yang membutuhkan hiburan dan perhatian.
Ia lebih suka menyewa seseorang untuk menyiksanya, hanya untuk menyiksa, Lucas tidak terlalu suka bergonta ganti pasangan. Ia bukan jenis orang yang dengan mudahnya celup sana sini. Menurutnya, hal itu harus dilakukan dengan orang yang dicintainya. Dan untuk masalah Clara, ia hanya hilang kendali sesaat, tidak ada yang lain.
Lucas menghentikan mobilnya, memakirkannya lalu berjalan masuk. Suara musik yang kuat langsung menyapa gendang telinganya.Matanya disuguhkan dengan pemandangan yang memuakkan. Para wanita seksi hilir mudik, dan para hidung belang yang kurang belaian.
Ia mengedarkan pandangannya, dan matanya menangkap seseorang yang memegang bir sambil terseyum menggoda ke cewek seksi dihadapannya. Lucas berjalan menghampirnya.
"Lupa akan tugasmu, Sebastian?"
Sebastian terperanjat, lalu nyengir menatap Lucas. "Bos," ujarnya terkaget.
Lucas menggerakkan dagunya. Menyuruh Sebastian menunjukkan jalan menuju tempat rahasia dari Klub ini.
Mereka berjalan menuju ruangan VVIP yang berada di paling ujung dari Klub itu. Sebastian berbincang dengan penjaganya, menunjukkan kartu mereka dan menunjukkan bawaan mereka. Penjaganya juga memeriksa seluruh tubuh mereka.
Dilarang membawa ponsel dan alat elektronik yang lain. Setelah merasa cukup, para penjaga itu membawa mereka ke pintu yang berada di ruangan itu.Pintu itu tidak langsung menghubungkan mereka dengan dunia bawah, mereka masih harus melewati lorong panjang yang gelap dan terasa dingin.
Setelah itu, mereka menaiki lift besi. Cukup? belum. Mereka berjalan lagi sekitar beberapa meter dan akan melihat penjaga berbadan besar berdiri dikedua sisi pintu.Pintunya berwarna kuning keemasan. Sebelum masuk pintu itu, Sebastian memberikan topeng rubah berbulu, yang di desain khusus untuk Lucas.
Kebanyakan pengunjung dunia bawah dari kalangan atas, mereka akan memakai topeng agar identitasnya tidak ketahuan.Pejabat, pembisnis besar, menteri dan juga artis-artis papan atas yang terkenal. Sebagian dari mereka lebih senang menonton acara perlelangan dan sebagian yang lain datang untuk membeli yang dilelang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara Prison
Romance"Kau masih ingin kabur, Clara?" Clara tak menjawab, yang terdengar hanya isakan lirih. "Clara." Lucas menggertakkan giginya. Masih tidak ada jawaban. "Clara!" bentak Lucas sambil menjambak rambut Clara kuat, mendongakkan kepala Clara ke arahnya. "Ma...