08

29.1K 1K 29
                                    

Clara mengerang, tidurnya gelisah, Ia merasa sesak. Sesuatu sedang menimpa tubuhnya, membuatnya susah bernapas. Masih dengan keadaan mengantuk Clara membuka matanya.


Pemandangan pertama yang dilihatnya, langit-langit kamar yang terasa sangat asing. Hembusan napas seseorang menggelitik tengkuknya, Clara menoleh dan wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Lucas. Hanya berjarak beberapa senti saja.


Mata biru gelap yang tajam itu tertutup rapat dengan napas teratur, Clara meneliti wajah Lucas yang tampak damai dan tenang. Sebenarnya apa tujuan pria ini menculik dan mengurungnya? pertanyaan itu sudah berulang bahkan ribuan kali berseliweran dikepalanya tapi tetap saja ia tak menemukan jawabannya.


Clara bergerak gelisah, sesak. Bukan karena ia punya penyakit Asma tapi karena pelukan Lucas.


"Lu ... lucas," ucapnya terputus saat mencoba mengangkat tangan Lucas yang melingkari perutnya.


Bahkan tangan Lucas terasa berat di perutnya, saat demam tenaganya melemah.


Yang menjadi masalah bukan hanya tangan Lucas yang memeluknya tapi kaki Lucas juga menimpa kakinya. Ini benar-benar sesak.


"Lucas," katanya lagi sambil menggoyangkan tubuh Lucas pelan.


"Nggh..." Lucas mengerang pelan. Matanya perlahan terbuka, mata biru gelap miliknya menatap Clara dengan sayu.


Clara menoel-noel tangan Lucas yang memeluknya, menyuruh Lucas mengangkat tangannya dari perut Clara. Lucas mengangkat tangannya, mengarahkannya ke pipi Clara, dahi, dan juga leher Clara. Mengukur suhu tubuhnya.


"Lapar?" tanya Lucas lembut.


Clara menggeleng. Mulutnya terasa pahit, ia tidak berselera makan, pandangan matanya menguning.
Lucas mengecup pelan pipinya.

"Masih sakit?"


Clara mendengus. Lucas selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama sesudah memukulnya. Apa tidak bisa dilihatnya pipi Clara yang masih bengkak dan tubuhnya yang masih licet sana sini.

Clara membuang muka, malas melihat wajah Lucas.


"Aku mau pergi selama sebulan."


Clara langsung menoleh. "Sebulan?"


"Iya, tadinya aku berpikir ingin mengajakmu, tapi tidak jadi setelah melihatmu yang tidak ingin melihatku."


Clara meremas lengan Lucas. "Ikut." Matanya memancarkan permohonan.


Lucas menggeleng. "Aku sudah memutuskan."


"Lucas..." Clara merengek.

Membayangkan akan menghabiskan waktu sebulan lagi dengan kamar yang sama, pemandangan yang sama, dan langit-langit kamar yang sama ketika bangun tidur membuat Clara hampir gila.


Lucas tetap menggeleng. "Bukannya kau senang jika aku pergi, Clara?"


"Senang jika kau membawaku pergi bersamamu."


Clara kembali menggerakkan lengan Lucas.


"Ya?" katanya mencoba membujuk.
Lucas mengangguk. Clara tersenyum, senang luar biasa.

Akhirnya... setelah ntah berapa lama ia dikurung dalam kamar kini Lucas membawanya pergi. Keluar dari kamar, dari rumah, menghirup udara segar, senangnya.


Nanti ketika Lucas membawanya pergi, Clara akan mencari cara agar bisa kabur. Bagaimana jika Lucas membawanya pergi keluar negeri? ia pasti tidak bisa kabur, tapi itu bisa dipikirkan nanti.

Clara PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang