"Maaf terlambat menolongmu, Saskia"
Saskia mendongak, matanya yang sembab sehabis menangis menatap Bass yang berlutut dihadapannya dengan pandangan nanar dan heran.
Sebastian menghela napas. "Aku ditugaskan untuk menjagamu tapi aku terlambat, aku benar-benar bodoh." Katanya dengan nada menyesal.
"Aku tidak mengerti maksudmu."
Saskia mengusap hidungnya yang berair. "Bukannya dia memberikanku padamu? kenapa kau..."
Saskia bingung ingin berkata apa. Tuan dihadapannya terlihat seperti orang yang telah membuat dosa besar.
Sebastian berpindah, duduk di sebelah Saskia tidak lagi berlutut dihadapannya.
"Aku langsung ke intinya saja. Sebelum kejadian buruk ini menimpamu, Boss sudah berpesan agar aku menjagamu. Tapi aku terlambat, aku tidak mengira dia akan mendatangimu secepat ini."
"Boss?"
Sebastian mengangguk. "Boss Ku, orang yang membeli Clara."
Kedua mata Saskia yang perih sehabis menangis itu membesar, melotot mendengar Clara dijual. Kini perhatian Saskia sepenuhnya terarah ke Sebastian, meminta penjelasan lebih.
"Clara yang kau maksud, apakah Clara Marchelia?"
"Clara yang mana lagi kalau bukan Clara Marchelia." kata Sebastian sambil tertawa kecil.
Saskia menutup mulutnya, ternyata Laras menjijikkan yang berhati busuk itu menjual Clara. Kakak yang paling disayanginya, yang mendapat fitnah kabur dari Panti dengan mencuri dan mengambil uang simpanan Laras.
Seakan mengerti pikiran Saskia, Sebastian berkata. "Benar, Ibu panti yang kau agungkan memang semenjijikkan itu."
Saskia menunduk. "Aku merasa bodoh karena tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, padahal sudah bertahun-tahun aku tinggal dengannya. Aku tertipu."
Saskia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Aku merasa hancur...hikss...aku merasa hiks...mati. Aku kotor, aku hina, aku...aku...hiks..."
Sebastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung bagaimana menenangkan tangisan terisak wanita dihadapannya.
"Seharusnya kau tidak menyelamatkanku, itu...itu...hikss... untuk menebus dosaku karena menuduh hiks... kak Clara." Saskia meracau sambil terbata-bata.
Sebastian menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Saskia, dengan canggung diulurkannya tangannya, melingkari bahu Saskia. Sebastian menarik Saskia ke dalam pelukannya, mengusap-usap punggung Saskia yang terselimuti jassnya dengan pelan.
Saskia menangis tergugu, badannya bergetar. Ini hari yang menghadirkan kejutan yang sangat tak masuk akal, tapi sayangnya kejutan itu terlalu nyata jika harus menjadi mimpi sekilas dalam tidurnya.
Tiba-tiba ada orang datang kerumahnya, menipunya dengan menggunakan pakaian polisi, membawanya secara paksa ke Klub, bahkan pria tua mengambil satu-satunya harta yang dipertahankannya dalam hidupnya.
Yang lebih mengejutkan lagi, Laras, Ibu Panti yang berwajah teduh dan bertutur kata lembut itu ternyata menggunakan topeng sebagai penyamaran. Dan Clara yang dipercayai kabur dengan membawa uang curian ternyata dijual dengan lelaki kaya.
"A...apa Boss mu pria tua yang sudah beranak istri?"
Elusan tangan Sebastian di punggung Saskia terhenti mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Saskia. Tidak percaya ada pertanyaan semacam itu.
"Dia belum menikah."
Saskia menghela nafas. "Syukurlah..." katanya lega.
"Jika memang belum menikah, itu berarti Boss mu pria jelek yang tidak laku-laku?" pertanyaan aneh kedua kembali meluncur dari bibir Saskia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara Prison
Romance"Kau masih ingin kabur, Clara?" Clara tak menjawab, yang terdengar hanya isakan lirih. "Clara." Lucas menggertakkan giginya. Masih tidak ada jawaban. "Clara!" bentak Lucas sambil menjambak rambut Clara kuat, mendongakkan kepala Clara ke arahnya. "Ma...