Prolog📝

8.4K 403 24
                                    

    Senyuman itu tak henti-hentinya terlukis di wajahnya yang tampan. Manis sekali. Setiap pasang mata pasti akan memuji kemolekan wajah remaja lelaki berusia 17 tahun itu. Wajahnya yang kental dengan wajah warga negara Turki membuat dirinya begitu populer di kalangan kaum hawa.

"Udah selesai donornya" ucap seorang perawat yang menyuntik remaja lelaki itu.

"Makasih, suster"

Setelah donor darah yang dilakukannya selesai, remaja lelaki itu masih betah berdiam diri di posko donor darah ini. Ia ingin melihat orang-orang memberikan dengan ikhlas darah mereka kepada orang-orang yang menbutuhkan. Entah mengapa dirinya begitu menyukai jarum suntik. Kala ujung runcingnya menembus kulit, remaja lelaki itu menyukainya. Ada kepuasan tersendiri saat melihat para dokter menyuntik pasiennya. Pemuda itu tak habis pikir mengapa ada sebagian orang yang terlihat begitu takut bahkan benci pada jarum suntik.

"Bang, lo udah donor darahnya?" seorang remaja laki-laki berseragam SMP berjalan mendekati kakaknya. "Wah, Bang Atha. Celana lo kena darah tuh. Nanti lo dikira menstruasi lagi"

Athaya Ahmadin Triatmodjo, melirik celana seragam SMA nya yang sedikit terkena darah. Ia mendelik tajam ke arah adiknya yang tertawa puas padahal menurut Atha tak ada yang bisa ditertawakan.

"Atthala, diem lo!" Atha menekuk wajahnya kesal pada adik semata wayangnya itu. Ingin rasanya sekali saja Atha menggampar adiknya ini yang terkadang sangat usil, tapi pasti Attala akan mengadu pada Mama. Inilah resiko menjadi kakak. Ingin menggampar, tapi harus menerima resiko diceramahi Mama. Jika hanya memendam, Atha membatin.

"Eh-eh, Bang. Coba liat deh gadis disana itu!" Atthala menunjuk seorang gadis yang tengah duduk sambil menjerit hingga seorang perawat kewalahan dengannya.

Atha mengikuti arah pandang adiknya dan ia menemukan gadis yang sama tengah menjerit ketakutan saat jarum suntik akan menembus kulitnya.

"Lucu banget sih gadis itu. Udah tau takut jarum suntik, eh sok-sokan mau donor darah. Aneh" Atha tidak menggubris komentar Atthala. Ia terfokus pada gadis yang masih menjerit takut saat melihat jarum suntik itu. Apa mungkin dia fobia jarum suntik?

"Justru yang gue liat dari gadis itu adalah usahanya. Dia berusaha buat ngalahin ketakutannya demi mendonorkan sedikit darahnya. Dia berarti rela berkorban walau saat itu dirinya cukup menderita" Atha memperhatikan gadis itu yang akhirnya pasrah disuntik. Tak elak membuat Atha tersenyum.

Ya Rabb, jika mungkin tolong pertemukan hamba dengannya lagi di lain waktu

📓

11 Juni 2020📝

AzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang