Biasanya ketika senja telah menunjukkan keindahan nya, aku kembali menggeluti aktivitas ku.
Mengecek media sosial mu.
Apakah kau membuat cerita hari ini? Apakah kau baik-baik saja tanpaku? Apakah kau kembali dengannya yang merupakan poros semestamu?
Khawatirku berlebihan, peduliku tidak pernah kau indahkan, tidak masalah. Yang ku ingin tahu hanya kabarmu yang mudah-mudahan selalu baik-baik saja.
Biasanya ketika bulan telah menunjukkan rupanya, aku menggelar sajadah, menemui Tuhanku, lalu berdoa "kuharap kamu baik-baik saja dan selalu bahagia".
Do'aku banyak, dan yang selalu ku ingat setelah mendoakan kedua orang tuaku adalah kewajiban mendoakanmu.
Biasanya ketika fajar menyingsing, aku kembali mengecek handphone ku. Apakah ada notifikasi darimu seperti dulu? Atau aku kah yang masih terjebak di masa lalu yang palsu?
Namun kebiasaan itu tidak lagi aku lakukan. Kau yang biasanya terang benderang, berubah menjadi angan yang masam.
Kau yang selalu menemani malam-malamku dengan tugas, akhirnya tergantikan menjadi lagu dari pamungkas.
Aku tidak ingin berharap lebih, pun memaksamu untuk beralih. Jadi, aku memutuskan untuk berhenti.
Inginmu aku selalu ada Peduli padamu, mengingatkan tentang tugas kuliahmu, mengingatkanmu makan ketika jam telah menunjukkan pukul 12 siang, khawatir padamu jika kau sakit, menemanimu hingga larut malam, mendengarkan narasi kisah cinta lalu mu.
"Lalu, menurutmu apa inginku?"
Sederhana, tidak ingin terbagi apalagi dibagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tentang Alam, Semesta, Jagat Raya
Poetry"Apa kau tahu alasanku mencintaimu?" "Apa?" "Kau tidak tahu?" "Mana mungkin aku tahu jika kau saja tidak pernah mengatakannya padaku." "Sebenarnya.. tidak ada." "Lalu, mengapa kau menanyakan hal yang sudah jelas kau tahu jawabannya?" "Karena, aku ra...