Malam ini kubuka kembali lembaran-lembaran yang pernah kulalui di bangku kuliahku.
Aku tersenyum, entah pilu atau senyum karena terlalu rindu.
Terlalu banyak hal tentangmu melekat disana, perihal meyakinkanku tidak pernah sendirian, menjagaku saat yang lain meninggalkan, menemaniku saat aku dirundung rasa bosan.
Ah entahlah, rasanya kita pernah sedekat nadi, sebelum sejauh bulan dan bumi.
Menjelang jam tiga, bukannya tidur. Malam kita diisi cerita-cerita. Cerita tentang kemarau yang tak kunjung usai, tentang kau yang sedang persentasi tapi dosenmu tertidur lelap, tentang alasan cicak merayap, tentang kita yang tidak memiliki hubungan dan tetap dekat dengan landasan "Ayo kita jalani aja."
Kau sama saja seperti laki-laki lainnya, yang senang berkelana kemudian meninggalkan banyak tanda tanya. Bedanya, aku sama sekali tidak jatuh cinta pada mereka. Aku jatuh cinta denganmu, dengan pikiran absurd-mu, dengan senyum unikmu, dengan matamu yang selalu terlihat sayu tapi menenangkan hatiku, dengan semua inci dari hidupmu.
Aku terlalu jatuh, hatiku bermain semakin jauh.
Sampai aku lupa, dibalik bahagia biasanya tersimpan kecewa.
Kau bukannya terlalu indah untuk jadi kenyataan, hanya saja sepertinya semesta terlalu sempurna jika kita dipersatukan.
Kau pergi secara perlahan, dengan alasan bosan juga tidak ingin memulai hubungan lebih dari kata pertemanan.
Tidak masalah, aku hargai itu. Tidak ada hal yang bisa aku lakukan diluar kendaliku.
Rasamu, itu diluar kendaliku, kan?
Kujadikan kisah kita sebuah buku, saksi bahwa ada dua anak manusia yang pernah menjalin sesuatu. Pada sebuah masa di bangku kuliah, pada sebuah rasa di tempat yang tidak semestinya, pada sebuah malam yang menggantungkan keinginan.
Di dalam sebuah proses menuju pendewasaan, kita pernah ada disana.
Berdua,
Tertawa, menangis, berbahagia, dan saling meninggalkan luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tentang Alam, Semesta, Jagat Raya
Poesía"Apa kau tahu alasanku mencintaimu?" "Apa?" "Kau tidak tahu?" "Mana mungkin aku tahu jika kau saja tidak pernah mengatakannya padaku." "Sebenarnya.. tidak ada." "Lalu, mengapa kau menanyakan hal yang sudah jelas kau tahu jawabannya?" "Karena, aku ra...