4

5.6K 589 11
                                    

Happy reading....!!

.
.
.
.
.

Seoul, Korea Selatan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, Ten membereskan berkas yang berserakan di meja kerjanya. Setelah selesai, Ten mengambil dompet dan ponselnya. Kemudian pergi ke lobby menemui Jungwoo dan Taeil, teman kerjanya. Untuk makan siang dicafe sebrang perusahaan tempatnya bekerja.


"Jungwoo-ya, apa di perusahaan keluarga mu masih ada lowongan pekerjaan?"

Ten bertanya pada jungwoo yang duduk di depannya, keluarga Jungwoo memiliki perusahaan yang bergerak dibidang resort dan hotel, yang sekarang dijalankan oleh kakaknya. Jungwoo sendiri lebih memilih bekerja diperusahaan lain sebagai manager keuangan, daripada membantu kakaknya menjalankan bisnis keluarga nya.

"Tidak ada hyung, tapi kalau di perusahaan pamanku ada."


"Pamanmu? berarti perusahaan Jyo's Company?"

Tanya Taeil, Jungwoo mengangguk. Sedangkan Ten, matanya berbinar mendengar nama Jyo's Company. Salah satu perusahaan besar di Korea yang bergerak dibidang properti, otomotif,teknologi dan kesehatan. Yang mempunyai kantor cabang diberbagai negara, selain itu. Ceo perusahaannya pun masih muda dan sangat tampan.

"Tapi hyung, kenapa kau bertanya lowongan kerja? apa kau berniat keluar dari perusahaan?"

"Tidak, aku bertanya karena sahabat ku sedang membutuhkan pekerjaan. Sedangkan diperusahaan kita tidak ada lowongan, tapi bagian apa yang dibutuhkan diperusahaan pamanmu?"


"Sekretaris."


.
.
.


Ten menunggu pintu lift apartement tempat tinggalnya terbuka, setelahnya masuk kedalam lift. Sebelum pintu lift tertutup, sebuah kaki terjulur hingga membuat pintu lift terbuka lebar. Dapat Ten lihat seorang pemuda lebih tinggi darinya, memasuki lift sambil menenteng plastik belanjaan lumayan besar ditangan kirinya.
Pemuda itu berjalan mendekati Ten.


"Ternyata kamu Doy, aku kira siapa?"


Doyoung, pemuda itu tampak acuh disebelah Ten. Didalam lift hanya ada mereka berdua.

"Kenapa kau keluar tanpa mengajak mereka? dan malah meninggalkan mereka di apartement."

"Ten, coba kau lihat jam di pergelangan tanganmu!"

Ten menuruti ucapan Doyoung, jam dipergelangan tangannya menunjukkan angka sepuluh lebih dua belas menit. Kemudian Ten menatap Doyoung, menunjukkan cengiran khasnya.

"Sudah tahu alasannya?"

Pintu lift terbuka, Doyoung keluar lebih dahulu disusul Ten yang menyamakan langkahnya dengan Doyoung. Mereka berhenti di depan pintu bernomor 127, Doyoung menekan beberapa angka password. Setelahnya membuka pintu apartement lumayan mewah yang dihuni nya, selama dua tahun ini bersama Ten serta kedua buah hatinya.

Lima tahun sudah, Doyoung dan Ten meninggalkan kota Shanghai, China. Bukan tanpa alasan mereka sekarang menetap di Korea, saat usia kandungan Doyoung lima bulan. Ten mendapatkan pekerjaan di perusahaan lumayan besar di Korea, khawatir dengan kondisi Doyoung yang sedang mengandung bayi kembar. Dan  tidak ada yang menjaganya, karena orang tua mereka sudah meninggal semuanya.

Ten memaksa Doyoung untuk ikut dengannya, awalnya Doyoung menolak. Namun karena terus dipaksa, Doyoung akhirnya setuju. Mereka menjual mobil peninggalan orang tua masing-masing, serta uang tabungan mereka untuk menyewa flat sederhana dan kehidupan sehari-hari mereka di Korea.

Setelah kedua anaknya berusia satu setengah tahun, Doyoung melamar pekerjaan di salah satu dari sepuluh perusahaan besar di Korea sebagai sekretaris. Sebelumnya Doyoung bekerja sebagai penulis lepas di perusahaan percetakan kecil.

Gajinya sebagai sekretaris lumayan banyak, sehingga mencukupi keperluannya dan kedua anaknya. Apalagi jabatan Ten yang sebelumnya sebagai kepala devisi pemasaran, diangkat menjadi manager operasional. Membuat mereka sepakat untuk patungan, membeli apartement yang sekarang mereka tempati.

Doyoung berjalan kedapur untuk meletakkan barang belanjaan nya, dengan Ten yang masih mengekorinya. Ten duduk di kursi makan, menuang air diteko kaca kedalam gelas untuk di minumnya. Doyoung yang sudah selesai meletakkan barang belanjaannya ke lemari pendingin, duduk dikursi sebelah Ten.

"Doy, apa kau sudah menemukan pekerjaan?"

Doyoung menggeleng, lalu berdiri jalan ke pantry untuk membuat teh. Setelah selesai, duduk kembali disebelah Ten. Memang benar Doyoung sedang membutuhkan pekerjaan, dua minggu lalu Doyoung keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Karena hampir dilecehkan oleh anak dari pemilik perusahaan, yang menjadi atasan barunya. Sampai sekarang Doyoung belum menemukan pekerjaan.

"Kebetulan perusahaan, paman teman kerjaku sedang membutuhkan karyawan. Coba kau daftar diperusahaan itu."

"Apa nama perusahaannya?"

"Jyo's Company."

.
.
.

Doyoung berdiri didepan gedung yang menjulang tinggi, dapat dilihatnya plang bertuliskan.

             Jyo's Company

Sesudah mengantarkan kedua anaknya ke sekolah taman kanak- kanak, Doyoung pergi ke perusahaan yang direkomendasi- kan Ten tiga hari lalu, setelah mengirim surat lamaran kerja melalui e-mail. Kemarin Doyoung mendapatkan balasan dari pihak perusahaan, untuk melakukan interview hari ini.

Dengan langkah mantap, Doyoung memasuki perusahaan dan berjalan menuju meja resepsionis.

"Permisi."

Perempuan yang berdiri di belakang meja resepsionis, bernamtag Kim Yeri. Tersenyum ramah padanya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu tuan?"

"Saya mau tanya, ruang interview dimana ya?"

"Anda harus naik kelantai dua puluh,setelahnya berbelok ke kanan."

Doyoung mengangguk paham, lalu mengucapkan terimakasih pada perempuan itu.

"Tuan Kim Doyoung."

Setelah menunggu selama satu jam, nama Doyoung akhirnya dipanggil untuk melakukan interview. Degup jantungnya menggila, semoga saja ia diterima bekerja diperusahaan ini.

.
.
.
.


                            TBC

Oke gaes, disini ada beberapa hal yang akan gw jelasin.

Yang pertama, tentang mereka. Mereka disini itu anaknya Doyoung.

Kedua, Ten sama Doyoung itu berasal dari keluarga kelas menengah. Makanya mereka berdua punya mobil.

Ketiga, saat mereka tahu Doyoung hamil itu mereka udah lulus kuliah sebulan sebelumnya.

Keempat, umur Jungwoo itu dua tahun lebih muda dari Ten. Sedangkan, Taeil dua tahun lebih tua dari Ten. Dan untuk pekerjaan Taeil sendiri, sebagai resepsionis.

Kelima, alasan kenapa Doyoung ninggalin anaknya di apartement buat belanja itu karena anaknya udah pada tidur.

Nah gaes jadi itu, yang mau gw jelasin.

Oh iya, jangan lupa vote and comment ya..

See you next chapter.

My Ceo, My Twin's Daddy [JaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang