Mellifluous 1

27 6 0
                                    

Charlotte’s POV

Perlahan kubuka mataku, aku terkejut bukan main saat menyadari kalau aku tak lagi bersama Mrs. Keith melainkan di sebuah ruangan bernuasa hitam putih. Ku edarkan pandangan ke sekeliling dan bisa dengan mudah kutebak ini kamar laki laki.
Oh tidak. Ini bencana.

Aku berusaha bangkit dari ranjang king size berwarna putih itu. Berat sekali, rasa-rasanya seluruh tubuhku ini kaku—tak bisa kugerakkan sama sekali. God! apakah ini yang dinamakan lumpuh? Sepersekian detik kemudian, kudengar suara orang berteriak, kurasa itu tak jauh.

”Dadang, ambu teh belum selesai ngomong atuh,”

”Dadangggg”

”Naon atuh ambu, nami abdi teh bukan Dadang tapi Gerald, G-E-R-A-L-D. Gerald, kunaon atuh ah?!”

”Heh maneh teh ya, orang tua ngomong gak didengerin”

”Sabodo teuing lah ambu, abdi teh mau mandi aja udah,”

Tak sampai satu menit berlalu, kudengar suara derap kaki yang semakin mendekat. Jantungku berdetak semakin tak karuan. Aku terus berusaha bangkit, sungguh aku tidak bohong ini sangat berat—dan makin kucoba makin berat. Lalu kulihat engsel pintu itu bergerak perlahan dan seberkas cahaya mulai terlihat. Sekilas bayangan terbentuk. Demi melihat sang empu, aku mengerjapkan kedua netraku berkali-kali.

Aku menghela nafas pasrah. Fyuh!

Kulihat seorang lelaki berperawakan tinggi sedang masuk, dan parahnya dia hanya memakai handuk. Oh ya, bisa dipastikan mata kami tengah saling bertemu, dan,

”Astagfirullah, ambuuu, Ya Allah aya setan euy, ambuuuu, astagfirullah mana enteu apal ayat kursi. Huntu eh demit eh jurig pergi woyyy. Atuh rek naon kadie, rumah saya teh bukan hotel, malah udah rebahan wae kamu,”

Dia mengambil sebuah buku tebal didekatnya lalu ia lemparkan dan tepat mengenai dahiku. Double shit!

”Aduhh...sakit woy, aku bukan setan tau”

Dia yang tadinya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan pelan-pelan ia buka

”Hah? Masa jurig teh bisa ngomong anjir, A’udzubillahiminassyaithonirrodjim, Bismillahirrohmannirrohim, Alloohumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaa bannar, pergi kau jurig lucknut”

”Udah aku bilang, aku ini bukan setan. Kamu tuli? Iya?”

”Terus lu sape anjir, sembarangan wae masuk kamar orang mana rebahan gitu lagi, bangun cepet terus pergi dari sini, cepetttt!” ucapnya sambil melotot dan berteriak ke arahku

”Aku juga gak tau, tiba tiba sudah ada disini”

”Banyak alesan lu, gue tau lu itu modus kan? Ya iyalah secara gue kan anak mamih Yeti (ituloh yang lagi viral) istrinya Papih Edi Junaedi yang paling guanteng. Lagian gue juga gabakal kali tergoda sama lu yang kegatelan ama gue. Uhm bisa aja si, eh kalo gue liat-liat dengan mata batin— eh mata telanjang, lu cantik bener dah asli”

”Hah maksudnya?”

”Pura-pura bego lagi, gini deh lu siapa dari mana dan ngapain lu pake baju gituan cakep iyasi emang, tapi nyeremin geblek kaya noni Belanda tau ga lu,”

”Kamu bicara apasih?”

Dia diam. Tatapannya semakin aneh

”Lu bego apa gimana sih, gila telminya pengen gue tampol. Sekarang cepet bangun dari kasur kesayangan gue!” Ucapnya sembari berjalan ke arahku

”Kalau bisa aku juga sudah bangun dari tadi”

”Gausah banyak alesan lu, bangun gak!?” Kali ini dia menarik tanganku dan aku bisa bangun. Ya aku bisa bangun,

”Huftt akhirnya”

”Sesimple itu dan lu bilang gabisa? Kalo mau modus pake otak, plus yang elit dikit, dandanan ga elit, otak ga elit, modus pun ga elit, anak kampung ya lo?!” ucapnya yang  sampai sekarang masih megang sebelah tanganku sambil melotot

”Emang tadi gabiss—”

Belum selesai aku bicara ,

”Dadanggggg”

”Iya mimom eh mamsky,”

”Cainya abis, pancinya gosong, gasnya juga abis! Kampret!”

”Etdah alamat ini mah mau ada world war 3 + kdrt, capcus ah sabodo teuing,”

Aneh. Sebenarnya, Dadang eh Gerald memakai bahasa apa? Bahasa alien? God! Mimpi apa aku semalam sampai-sampai aku tersasar di rumah orang. Wait wait, lintas zaman? Astaga! Benar saja, ornamen kamar Dadang sangat kontras dengan ornamen kamar dan tiap-tiap sudut kediamanku. Sangat berbeda. Ornamen kamar Dadang, sangat nyentrik.

’Mom! Aku harus apa?!’ batin Charlotte

—TBC

Purwokerto, 6 Juni 2020
sincerely,

indah & salsa

Mellifluous [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang