Mellifluous 2

26 5 0
                                    

Gerald's POV

Aku hanya bisa mengelus dadaku berulang kali saat ambu tengah gencar-gencarnya memarahiku. Memang, aku ini anak remaja yang keterlaluan gaul yang hobinya membangkang—kecuali dengan ambu, camkan. Pasalnya, ambu adalah jelmaan Hulk berkekuatan Hercules—ah, seperti hologramnya lah. Bila sudah marah, kedua tanduknya yang kasat mata seketika menjadi kasat mata. Kedua telinganya seketika berasap, seolah ada pabrik roti di dalamnya. Terlebih lagi, kuku-kuku di sekujur jemarinya yang kasar akibat bisulan bisa mencuat–memanjang–menggelombang–meruncing–tambahkan sendiri–seketika. Takut? Sangat. Bayangkan kalian ada di posisiku.

Masalah rutin sudah aku jabarkan, sekarang tinggal masalah kehadiran si jurig Eropa yang semena-mena rebahan di ranjang king size kesayanganku. Anehnya, jendela kamarku tertutup rapat, pun tadi ketika aku belum masuk ke dalam kamar, pintu juga sudah ku tutup. Apalagi, pintu rumah juga sedang dikunci kondisinya. Ingin ku berkata kasar dan membabi hutan—eh membabi buta, tapi sayangnya aku masih punya hati nurani. Pasalnya, si jurig Eropa terlihat sayu. Bisa dibilang, seperti mayat hidup. Ah, damn!

"Aya naon ambuuuu?!"

"Rek naon kadie kamu? Hah?"

"MasyaAllah ambu, tadi teh ambu ngajerit-jerit nyauran Dadang. Ambu enteu emut? Ya Allah ambu, ambu teh pikun?"

"Berisik ah! Anu budak teu patuh kamu! Sialan pisan!"

"Mamskyyy, ulah ambek ka abdi atuh, Dadang teh kan budak lalaki, pantes teu rajin,"

"Oy mbu, hehe seyum dongsss," lanjutku

"Ay oy ay oy, emang gueh anak abegeh,"

"Ceilah ambu ternyata bisa ngomong gue, ketambahan urup H lagi, aya plus-plus nya,"

"Bacot!"

"Bacot teh itu ya mbu, yang punya cangkang trus jalannya ngesod, yakan?!"

"Bekicottttt!"

"Hahahahahahaha,"

"Gusti, gusti, perasaan teh abdi pas hamil si Dadang ngidam semut goreng, semut balado, semut cabe ijo, sama semut bakar sambel matah, biar budak na gedhenya ikutan rajin, lah ngape inih budak na puguh pisan kayak karyawan yang turun gaji,"

"Lah aneh pisan, pantesan budak na kayak gini, orang ambu na aja gelo, pake acara ngidam semut. Orang tuh ya ngidam ya normalnya ngidam nasi padang, martabak telor spesial, babi guling eh kambing guling, bebek goreng pak haji Kardun, lah ini semut. Mikir atuh ambu! Kasian semutnya, kalo yang mati bapak rumah tangga, anak istrinya rek makan naon teu aya yang cari nafkah. Ish ish ish tak patut,"

"Heh, gelo gelo ini abdi teh ambu kamu! Lagian semutnya udah ambu bacain Yasin biar di alam barzakh tenang enteu ditagih utang sama depkolektor! Biar slamet ngga disita tuh rumahnya yang segedhe upil kudanil,"

"Oh, kitu nya? Wah rekor muri nih pernah liat upil kudanil, presiden Barack Obama aja belum tentu euy pernah liat yang begono mbu,"

"Hm. Eh eh beli gas Dadang! Pancinya kerok juga tuh biar teu gosong lagi!"

"Yaaa!"

° ° °

Aku harus apa? Merahasiakan dulu eksistensi—eh keberadaan si jurig Eropa dari ambu? Di sisi lain, kedatangannya sangat aneh. Jujur, seberandal-berandalnya aku, aku sangat takut dengan hal- hal berbau huntu.

Kuputuskan untuk kembali ke dalam kamar. Jika memang si jurig Eropa itu memang benar jurig, bisa dipastikan sekarang dia sudah raib dari kamarku.

Cklek!

"Astaghfirullah, masi ada coy,"

"Apa kamu? Tadi marah sama aku, eh sekarang balik lagi ke kamar,"

"Suka-suka lah, orang ini kamarnya dakuuu,"

"Daku itu apa yah? Oh, aku tau! Pasti yang nempel di badan kalo setaun ga mandi kan?"

"Eh maneh aya aya wae si jurig Eropa! Eta mah namine DAKI! Makan tuh daki!"

"Emang daki bisa dimakan? Enak?"

"Bisa! Enak banget, rasanya teh endul surendul takendul kendul ngeunah!"

"Pft! Kamu pake bahasa alien ya? Kok beda sih sama bahasa yang aku pake,"

"Ini teh bahasa Sunda. Nih kalo lo ga tau, Sunda teh suku bangsa di Indonesia,"

"Hehe aku belum paham. Pake bahasa Indonesia yang biasa aja dong. Biar aku paham,"

"Iye iye. Kamu dari negara mana sih, trus kenapa bisa nyampe sini?"

"Aku dari Quebec, Kanada. Tapi dengerin dulu, aku itu blasteran tau. Daddy ku orang Indonesia. Dan Mommy ku orang Kanada asli. Jadi, aku udah terbiasa sama 2 bahasa. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tapi ya gitu, aku ga begitu paham bahasa Indonesianya,"

"Oh, begitu toh,"

"Lanjut nih, pasti kamu bingung kan kok aku bisa sampe sini. Aku bakal ceritain kok. Entah kamu mau percaya apa ga, ya gapapa. Itu hak kamu. Jadi, aku siswi Sekolah Sihir Maradona Academy di Era Abad Tengah. Sekarang ini aku sudah melakukan perjalanan lintas zaman yang terjadinya itu frontal banget. Ini semua gara-gara portal waktu tau ga!

Aku percaya sihir, begitupun Daddy dan Mommy. Gini nih kejadian sebelum aku masuk ke kamar kamu. Sebelumnya aku lagi diajar secara personal oleh Mrs. Keith bagaimana cara kerja portal waktu dan sekalian kenampakannya. Terus, tanpa aba-aba, badanku tertarik sama si portal waktu. Aku kaget ketika aku bangun, eh udah ada di kamar laki. Eh lakinya kamu. Terus juga kenapa yah aku lemessss banget badannya?! Nah sekian aja, jadi begitulah kira-kira,"

"Ajgileee,"



—TBC


Purwokerto, 7 Juni 2020
sincerely,

indah & salsa

Mellifluous [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang