02. Breakfast

16 2 0
                                    

Malam meghiasi kota Tokyo, banyak sinar lampu disepanjang jalan baik dari toko-toko, perusahaan, maupun kendaraan umum sehingga kota sangat hidup karena padatnya kendaraan walaupun malam telah larut.

"Anzan, ini sudah larut malam, kenapa kamu masih betah sama laptop kamu? Tidur, aku udah ngantuk!" Ujar seorang gadis dengan rambut ikal sebahu sambil menatap pria yang masih berkutat dengan laptopnya yang berada dipangkuannya dengan wajah wajah sayu.

"Kamu tidur saja, sweet wife. Nanti aku menyusulmu, oke" ujar pria itu, Anzan, lembut sambil menatap istrinya dengan senyum kecil.

"Gak mau, kamu gak capek kerjain itu? Siang tadi aja kamu gak istirahat, langsung ke kantor! Kamu gak kasian sama tubuh kamu apa, hah?" Protes gadis itu berapi-api membuat pria itu menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arahnya.

"Sweet wife, kamu tau 'kan, emang jadwal aku banyak. Jadi kamu tidur duluan saja, matamu sudah merah. Aku tidak ingin dibantah, Aisyah!" Ujar Anzan saat melihat istrinya akan protes lagi.

Aisyah yang berada di atas ranjang terdiam dan Anzan kembali melakukan aktivitasnya. Tanpa disadari Anzan, Aisyah berjalan ke arahnya dengan pelan sampai disamping sang suami. Anzan menghela napas saat istrinya sangat keras kepala.

"Wife ... " Anzan tertegun melihat Aisyah.

Aisyah tanpa kata langsung duduk di pangkuan suaminya dengan saling berhadapan sehingga jarak mereka sangat dekat bahkan mereka dapat merasakan napas satu sama lain.

Walau wajah Aisyah memerah karena malu akibat keagresifannya, ia tetap menatap tajam suaminya yang merasa senang dengan keberanian istrinya untuk pertama kalinya.

"Kalau kamu mau tidur, fine! Aku temenin kamu sampai aku tertidur biarkan saja seluruh tubuhku sakit karena posisi yang tak nyaman. Jadi, kita sepadan kalau kamu pindahin aku, aku gak bakalan ajak kamu bicara dan aku akan tidur di kamar sebelah!" Ujar Aisyah diakhiri ancaman membuat Anzan menghela napas dan menggelengkan kepalanya.

Di dunia ini mungkin hanya istrinya saja yang membuatnya pasrah sedangkan yang lain mungkin mereka sudah bertemu dengan malaikat pencabut nyawa. Keluarga? Ibunya telah meninggal karena rencana pembunuhan dalam istana sedangkan ayahnya tidak pernah sekalipun memperhatikannya dari sejak ibunya masih hidup hingga ibunya meninggal.

Hingga membuatnya bertekad untuk membangun kekuatannya sendiri yang sekarang banyak disegani oleh khayalak orang di dunia melampaui ayahnya. Saudara, ia tidak memiliki saudara seibunya sedangkan saudara tiri banyak karena dari wanita-wanita ayahnya.

Lalu Anzan menutup laptopnya setelah mematikan laptop itu. Dan mengangkat tubuh Aisyah dengan mudahnya seolah tidak terpengaruh oleh berat badannya.

"Kamu selalu menang, sweet wife" ujar Anzan dengan senyum lembutnya yang hanya ia perlihatkan pada gadis dalam pelukannya kecuali keluarga istrinya yang selalu menerimanya dengan hangat.

Aisyah menunduk malu, ia menyembunyikan kepalanya di dada bidang suaminya. Karena baru kali ini ia bersikap seperti itu terhadap lelaki. Wajah bertambah merah saat adegan itu muncul seperti kaset rusak, terus terulang.

Setelah mematikan lampu kamarnya dan menyalakan lampu tidur, Anzan langsung menidurkan istrinya dengan lembut dan menariknya ke dalam pelukan hangat. Lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya dari dinginnya pendingin di kamar mereka.

Pukul 6 pagi, di mansion elegant yang berada di kota Tokyo. Tampak seorang gadis berhijab panjang menata sarapan dengan puas, lalu ia beranjak menuju lantai dua mansion itu ke arah kamarnya berada.

"Wife, bisakah kamu membantuku memasang dasi ini?" Pria itu, Anzan, berbalik ke arah Aisyah yang baru memasuki kamar mereka.

Aisyah mengangguk dab segera ke hadapan Anzan untuk memasangkan dasi kantor berwarna biru dongker senada dengan jas kantornya. Tangan Anzan melingkari pinggang istrinya sambil menunduk melihat istrinya yang hanya sebatas dadanya saja membuatnya leluasa menatap wajah cantik istrinya.

"Sudah ... " ujar Aisyah dengan senyum puas sambil mendongak menatap yang masih menatapnya lembut.

"A-ada apa?" Tanya Aisyah gugup saat Anzan menatapnya dengab intens.

"Tidan, sweet wife, ayo sarapan dan menuju kantor, aku akan mengumumkan kedatanganmu, oke. Sekaligus melihat orang yang akan menjagamu, sweetie" ujar Anzan sambil menarik lembut istrinya keluar kamar.

"Memangnya harus, ya?" Tanya Aisyah berusaha menetralkan jantungnya.

"Iya, sweetie" ujar Anzan lembut sambil tetap berjalan menuju ruang makan.

Sedangkan Aisyah yang ditarik sedikit gugup dengan ungkapan yang diberikan Anzan karena ia takut jika ia salah bicara Anzan yang mendapat imbasnya.







Tbc

My Sweetie Husband (Aisyah Tika, A. Gates)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang