Part 4

6.8K 373 45
                                    

Bellova, irasnya secantik Jeon Calista. Keduanya memiliki bentuk tubuh yang nyaris menyerupai, wajah cantik serta perawakan tak terlalu tinggi dengan lekuk tubuh yang masih sangat indah diusia mereka yang sudah paruh baya.

Hanya saja, ada hal unik yang membedakan keduanya.

Sifat, Bellova dengan rendah hatinya dan Calista dengan angkuh serta kejam karakternya.

"Ibel masuklah, tante sudah lama sekali menunggumu."

Bellova menarik pergelangan Ibel, membawanya masuk tak lupa Mingyu mengikuti langkah mereka berdua.

Tubuh Ibel terasa sangat kaku untuk bergerak manakala Bellova menatapnya tanpa berkedip, seakan tatapannya mengintimidasi Ibel. Pun iras Ibel menunduk malu, mencipta kekehan kecil dari bibir Bellova.

"Tante Bella, jangan melihat Ibel terus. Dia nampak malu dan gugup, bahkan tubuhnya tegang."

"Hmm, rasanya tante ingin terus melihatnya. Ia tak banyak berubah, dari dulu kecil Ibel masih sama."

Sontak kepala Ibel terangkat, menatap ke arah Bellova yang masih menatapnya dengan lengkungan dibibirnya. Sementara Mingyu, ia menganggukkan kepala lantas mengeluarkan ponselnya.

"Tante, Mingyu menelpon Jimin hyung sebentar ya."

Kini tinggallah Ibel dan Bellova yang masih diam dalam kecangungan. Bibir Ibel terlipat ke dalam sementara tangannya saling meremas satu dengan lain.

"Ibel, mengapa kau terlihat gugup?"

"Ti-tidak Nyonya."

Kening Bellova mengerut, "Nyonya? Jangan memanggilku seperti itu, kau dapat memanggilku tante—atau bahkan, mama."

Bibir Ibel bergetar, lidahnya kelu untuk sekedar menjawab titah Bellova yang mengejutkan dirinya.

"Apakah kau keberatan? Suwaktu kau kecil, bibir tipismu itu dengan lincah memanggilku mama. Apa karena kita sudah tak bertemu dalam kurun waktu yang lama?"

"Sa-saya maaf tapi," Ibel menjeda ucapannya, ia mencoba menetralkan sistem pernapasannya, "Saya tidak mengerti dengan apa yang anda maksud."

Bibir pucatnya bergetar membuat Bellova menghela napasnya dalam, lantas bergerak duduk disamping Ibel. Netra indahnya memandang sayu, jemari lentiknya bergerak menyisipkan helaian rambut Ibel yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.

"Apa yang telah Calista lakukan padamu? Apa dia menyikitmu?"

Netra Ibel melebar lantas mengerling, ia menggeleng dengan bibir bawah yang ia gigit dengan iras yang perlahan menggeleng.

"Ibel,"

Irasnya mendongak, jemari Bellova kini mengusap sayang pipi kanan Ibel.

"Apa yang telah Calista ambil darimu, akan kuambil. Seluruh hal menyikitkan yang ia lakukan padamu, akan kulakukan padanya. Kau seorang yang indah, yang tak seharusnya mendapatkan perlakuan hina terlebih itu dari seorang Calista."

**

Jemari Jungkook mengetuk meja di depannya, manakala menunggu kabar dari Jimin mengenai kekasih hatinya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, namun Jungkook tak kunjung mendapat kabar mengenai kepindahan Ibel.

"Daddy!!!"

Suara muncul dibalik pintu kamar Jungkook, tangan kecil Sean mengetuk pintu kayu itu. Pun Jungkook mendekat lantas membuka pintu kamarnya, menemukan buntalannya memeluk boneka kelinci. Boneka berwarna pink yang Ibel belikan kala Sean berusia 5 tahun.

"Ada apa hm? Mengapa kesayangan daddy bangun dijam seperti ini?"

Jungkook menarik tubuh Sean, menggendongnya lantas membawanya masuk. Mendudukkan buntalannya diatas meja kamarnya, sementara ia duduk dikursi di depannyya.

DADDY JEON (M) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang