8

119 18 0
                                    



"Hati-hati, Gyu Jin!" Salah satu karyawan berteriak ketika Gyu Jin hampir saja menumpahkan minumannya.

"Aku minta maaf!" Gyu Jin membungkuk kemudian berjalan tertatih menuju dapur. Seharian ini ia terlihat tidak fokus. Sudah banyak kesalahan yang ia lakukan yang membuatnya terus mendapat marah dari pemilik kedai.

Gyu Jin mengambil sampah dan membawanya keluar. Lebih baik ia beristirahat sejenak, menenangkan pikiran. Entahlah, ia tidak bisa berkonsentrasi hari ini. Sungguh di waktu yang tidak pas, ketika pekerjaannya menumpuk seperti ini. Apalagi ditambah cuaca yang mendung. Ah, semua itu benar-benar semakin membuatnya tidak bersemangat.

"Hei, Gyu Jin-ssi! Apa kau bisa mengantarkan ini ke seberang?" Seorang karyawan menghampiri Gyu Jin, menyerahkan bungkusan makanan di tangannya.

"Baik. Akan kuantarkan." Karyawan itu langsung kembali ke dalam. Gyu Jin membenarkan posisi tongkatnya kemudian melihat ke seberang. Seperti biasa, toko buah di seberang kedai terkadang akan memesan makanan di sini.

Pria itu menyeberang jalan, masuk ke dalam kedai. Seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya menyapa dengan ramah. "Annyeong haseyo, aku membawa pesanan." ujarnya sambil mengangkat bungkusan plastik yang berisi tiga bungkus makanan.

"Apa kau membawa tteokbokki juga?" Terdengar suara dari dalam, dan Gyu Jin tidak sempat mendengarnya dengan baik.

"Ya?" tanyanya lagi.

Seorang pria berkaca mata keluar dari sebuah ruangan sambil mengelap tangannya. Pria itu pemilik toko yang bertanya tadi. "Apa kau juga membawa tteokbokki? Aku tadi memesan tiga makanan dan satu tteokbokki, tapi kau hanya membawa tiga bungkusan." Pria itu menunjuk makanan yang dibawa Gyu Jin. Pemilik toko buah itu memang dikenal seseorang yang cermat.

Gyu Jin mengamati bungkusan di tangannya. Bingung. Kebingungannya semakin bertambah karena suara pelanggan yang masuk ke toko untuk membeli buah. Berdatangan satu-dua dan terlihat semakin ramai. "Aku... minta maaf. Aku akan kembali." Gyu Jin malah berbalik. Seharusnya ia menyerahkan dulu makanannya, sehingga ia tidak mendapatkan celaka seperti ini. Ia terlihat seperti orang linglung. Kebingungan. Menabrak salah satu pelanggan sampai ia terjatuh. Gawat, tubuhnya mengenai salah satu tempat buah hingga buah-buah itu berhamburan jatuh. Kejadian itu diwarnai dengan teriakan dari pelanggan yang kebanyakan perempuan.

Gyu Jin malu. Tapi rasa takut lebih besar dari apa pun. Pemilik toko terus mengamatinya tanpa ekspresi. Makanan tadi jatuh dan mengotori lantai. Bagaimana ini? Ia benar-benar takut. Merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh. Ia mencoba bangkit, mengambil tongkat dan mencoba bangun, meringis karena sakit di punggungnya.

Baru ia mencoba berdiri tegak, pemilik toko langsung memukul kepalanya. Kali ini pemilik toko terlihat sangat marah. Beberapa karyawan mencoba melerai. Tapi pemilik toko terus melayangkan pukulan, dan Gyu Jin hanya menerimanya dengan pasrah.

"Apa yang kau lakukan, hah?! Kau pikir kau bisa mengganti semua ini?! Bodoh! Laki-laki pincang sepertimu memang tidak becus bekerja!" Pemilik toko masih belum mau menghentikan pukulannya. Tak peduli pada tatapan prihatin dari pelanggan dan karyawannya. Tak peduli pada pengunjung yang keluar satu per satu. Untuk apa? Ia sudah rugi banyak, jadi untuk apa memaksa pelanggannya membeli buah yang sudah hancur berantakan.

"Jeosonghamnida! Jeosonghamnida!" Gyu Jin terus menerima pukulan. Beberapa menit sampai karyawan-karyawan itu berhasil melerai tindakan pemilik toko. Gyu Jin ingin sekali menangis. Memegang tongkat dengan kuat, menahan diri untuk tidak jatuh.


**********


"Bodoh! Apa yang kau lakukan, hah? Kau sudah membuatku harus membayar ganti rugi pada mereka. Kau pikir jumlah yang harus kubayar tidak sedikit? Kau pikir itu semua tidak menimbulkan masalah bagiku?" Ingin rasanya pemilik kedai tempat Gyu Jin bekerja melakukan hal yang sama dengan yang pemilik toko buah lakukan, namun rasanya ia cukup punya hati untuk tidak memukul Gyu Jin. Melihat luka lebam di wajah Gyu Jin, pemilik kedai mendesah kasar.

YOU ARE MY MYSTERY [JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang