Malam itu, kembali dirinya tak tertidur, dengan di temani sejuknya udara dan suasana yang hening, ia kembali merenung, namun entah kenapa dia begitu bahagia.
Duduk di kursi belajar, sambil menatap layar laptop yang gelap dan sebuah alunan musik keluar dari headset yang menempel di telinga.
Dengan wajah yang lelah dan tubuh yang lemas, namun hati yang begitu bergejolak senang, membuat nya terus terjaga, sambil menghayati alunan itu dan menutup mata.
Bruakkk!!!!!
Sebuah suara yang terdengar keras, hingga menembus suara alunan musik itu, lelaki itu melepaskan headset nya nan beranjak keluar kamar nan terus melangkah menuju sumber suara.
"Bunyi apa itu?" Katanya dalam hati yang sambil terus berjalan
"Ma"
"Cia"
"Pa"
"Jerry"
"Bunyi apa itu?"Laki-laki itu terus berjalan dengan waspada menuruni tangga demi anak tangga, walaupun tak ada balasan suara apapun, selain sebuah suara bisikan.
Dengan perlahan tapi pasti mulai melangkah ke arah dapur dan ruang keluarga, namun yang ditemukan adalah sebuah kehampaan ruangan.
Bruakkk!!!!
Sebuah suara terdengar kembali dengan diiringi bisikan, yang berasal dari gudang bawa tanah.
"Pa, ma, cia, jerry, pak bayu, pak boy?"
Dengan pasti dan perlahan ia mulai melangkah, suara bisikan itu mulai mengeras, dan sebuah langkah demi langkah, berjalan gemetar dan keringat dingin terus menetes.
Dengan jantung yang berdebar, suara bisikan semakin jelas dan jelas, bisikan itu mengatakan "Apakah kamu siap?" Bisikan itu makin jelas dan terus berulang di ucapkan.
Lelaki yang terus melangkah maju ke pintu gudang bawa tanah itu, terus mengumpulkan keberanian.
Dan saat didepan pintu itu, dengan seluruh keberanian nya membuka pintu perlahan, dan seketika suara bisikan itu menghilang.
Hanya sebuah kehampaan dan kegelapan saja yang berada di hadapan nya, udara yang meniup itu, membuat bulu kuduk nya berdiri, tangan nya mulai mendingin.
Saat ketika ketakutan merajalela, ia menutup pintu, namun pada saat ambang pintu itu hampir tertutup, suara Bruaak!!! Terdengar kembali, namun karena penasaran nya begitu Hebat, ia memberanikan diri untuk terus melangkah turun ke bawah.
Setiap anak tangga dilewati dan dirasa kelembapan yang menyentuh kulit-kulit kaki, tapak demi tapak, berusaha di gerakan, suasana yang gelap nan sepi, bagaikan suatu kehampaan yang tiada dua.
Dan saat tepat di bawah, dengan keberanian dan kekuatan yang ada ia mencoba menelusuri seluruh sudut untuk menemukan senter.
Namun, hanya kesia-siaan yang didapati, tak menemukan apapun selain kegelapan, dan kesunyian, ketakutan semakin merajalela, hingga sebuah barang terjatuh kembali, yang membuat dirinya harus lari dari keberanian yang ada.
Ia berusaha mencoba berlari untuk keatas kembali, walaupun dirinya terjatuh berkali-kali, hingga sebuah sosok menampakkan diri nya di ruang tamu, dengan muka yang putih, dan rambut panjang yang terurai, yang membuat dirinya berhenti dan jatuh lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Down
Teen Fiction"Diam didalam kesunyian, adalah ketenangan. Diam didalam keramaian adalah kesenangan. Melupakan masa lalu adalah lembaran." "Kedinginan adalah kata yang mereka kenal, yang ku kenal adalah keinginan."