Pertemuan

16 1 1
                                    

Seumur hidupku aku tak pernah memiliki ketakutan. Semua masalah pasti memiliki jalan keluar, setidaknya itulah yang kupercaya bahkan walaupun semua kegelapan itu merantaiku dalam dunia yang tanpa cahaya. Setahun pertama, aku bahkan tetap memegang semua prinsip yang membawa kehidupanku sampai sejauh ini. Suatu kepercayaan diri kuat yang dengan gilanya membutakanku untuk memisahkan sahabatku dan tunangannya. Aku yakin ini adalah keputusan yang tepat. Sahabat tercintaku yang bodoh itu sudah puluhan kali menangis karena tunangan sialan itu. Aku yang selalu di sampingnya dan justru aku yang selalu dikesampingkan oleh sahabat bodohku. Hanya karena dia.

Selama setahun tanpa cahaya dan perjuangan melanjutkan hidupku, api kemarahan terus membara dalam diriku. Dan api itu berhasil membuat kehidupanku berjalan hampir kembali seperti semula selain aku tak dapat melihat apa pun sekarang dan kemarahan yang bertambah. Terakhir kalinya aku mencoba mengambil kembali sahabatku yang kucintai, penglihatanku menjadi korban. Tapi kali ini, aku pasti akan keluar sebagai pemenang dan menjadi laki-laki paling penting kembali bagi sahabatku.

Namun kali ini, untuk pertama kalinya, aku merasa KETAKUTAN. Semua terasa lebih gelap dari yang kualami. Sahabatku untuk pertama kalinya mengajakku keluar. Lalu tanpa ragu ia menendangku keluar dan pergi. Begitu saja. Dan aku sadar aku benar-benar telah ditinggalkan saat beberapa belas jam kemudian tak ada yang menjemputku. Semua kartu yang kuanggap sebagai uang tanpa batasku kehilangan fungsinya. Bahkan semua tanda pengenalku tampaknya tak berlaku lagi. Aku telah menjadi hantu tanpa identitas di tempat asing ini. Aku bagaikan disihir waktu untuk duduk diam selama beberapa jam kemudian. Namun perutku terlalu lapar sekarang. Hartaku tersisa hanyalah tongkat perak yang kumodifikasi sebisa mungkin sebagai alat pertahanan.

Aku tak terbiasa membawa uang tunai. Dalam waktu sebelumnya, aku tak akan pernah mau melakukan hal yang sampai membuat orang tuaku bereaksi seperti ini. Yah kurasa ini lah akhir antagonis jahat yang tidak terima cinta bertepuk sebelah tangannya. Aku akan mati disini tanpa siapa pun. Bahkan mungkin perawat yang akan membakar mayatku dan kemudian abu mayatku berakhir disimpan di ruang penyimpanan tanpa seorang pun mengambilnya. Setiap pertahanan dan identitas yang membuatku mengangkat kepala tegak perlahan hancur. Otak dan hatiku kutebak sama hampanya dengan pandangan mataku sekarang. aku merasa kegelapan itu semakin pekat. Akhirnya aku tak merasakan apa-apa lagi. Aku tahu sensasi ini. Aku telah jatuh ke dalam abyss. Selamanya.

Namun Abyss itu sendiri justru terasa semakin hangat. Dan perlahan suara-suara mulai kembali. Kegelapan itu tetap ada namun aku dapat merasakan Kasur lembut di bawahku. Dan sensasi hangat yang menggenggam tanganku. Ada seseorang di sampingku. Tangannya bergerak. Lalu tangan itu tanpa ragu membawa tanganku ke wajahnya. Ia adalah seorang perempuan. Dahinya yang tidak terlalu lebar dihiasi alis yang terangkai sempurna. Bulu matanya dengan lebat menaungi matanya. Hidungnya mancung kecil dengan bibir penuh yang kecil. Pipinya terasa lembut dan kenyal.

" Kau aman disini, kegelapan itu tak akan memenjarakanmu lagi ", ucapnya dengan suara lembut dan tanpa kusadari tubuhku sudah berguncang hebat dalam pelukannya.

there was my sunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang