By: Bellini
Setelah perkelahianku dengan Alv, besoknya aku memutuskan untuk langsung kembali bekerja. Aku tak bisa berpikir jernih setiap kali di dekatnya. Aku akui Alv adalah pria tertampan yang pernah aku temui. Andaikan ia tidak buta, pasti banyak yang jatuh hati padanya. Sepanjang perjalanan walaupun mereka menyadari Alv buta, mereka tetap meliriknya dengan pandangan kagum dan memuja. Ketampanan yang sempurna, itu pasti dalam pikiran mereka.
Aku adalah keluarganya, dan aku tidak ingin niat tulusku disalahpahaminya semata-mata sebagai jalan untuk mendapatkan hatinya. Walaupun aku mengakui aku memiliki perasaan untuknya. Ia laki-laki yang baik. Ia mampu membuatku nyaman dan bahkan mendengarkan ceritaku dengan baik tanpa menghakimi. Dan jawabannya yang diberikannya kemarin pasti karena ia merasa harus menjawab seperti itu. Mana mungkin kan dalam beberapa hari ia langsung jatuh cinta padaku. Aku muncul dan mendukungnya di saat titik terendah dalam kehidupannya. Perasaan terima kasihnya mungkin ia salah artikan sebagai rasa cinta. Tiba-tiba kenangan itu terlintas dan hatiku benar-benar perih memikirkannya.
Namun saat kakiku baru saja melangkah masuk ruang divisiku, Arnold, ketua divisi kami, keluar dari ruangan khususnya.
" karena kalian telah bekerja sangat bagus dalam proyek kita kali ini, atasan memberikan kita cuti bonus tanpa potongan gaji. Gunakan waktu libur kalian dengan baik dan kembalilah bekerja dengan semangat membara yang baru. Termasuk kau Abriella."
Dan begitulah aku berakhir mondar-mandir di depan pintuku. Aku sangat gugup dan merasa tidak mampu melangkah masuk. Ia ada di dalam. Jujur aku sangat ingin mendukungnya, membantunya, dan menemaninya. Namun aku masih belum bisa memutuskan siapa dirinya bagiku. Aku terus menggunakan hubungan keluarga agar aku dapat berada di sampingnya dengan nyaman. Karena dengan menganggapnya keluarga aku tak akan terjebak dalam perasaan itu lagi.
Tiba-tiba pintu terbuka. Alv keluar dengan pakaian lengkap.
" Masuklah, aku akan berkeliaran di luar sampai malam. Ini rumahmu, aku hanya tamu jadi aku akan keluar agar kau nyaman di rumahmu sendiri."
" Tunggu Alv ini juga rumahmu, kau bukan tamuku kau,,,,
" Keluargaku, ha di saat seperti ini kau justru mengucapkan kata yang paling terakhir ingin kudengar darimu," ucapnya tajam sambil melepaskan cengkraman tanganku dari lengannya. Perbuatan dan ucapannya membuatku teringat akan masa laluku. Tanganku mulai gemetaran tanpa bisa ku cegah. Kenangan buruk itu langsung meledak di dalam diriku. Aku dapat melihatnya dengan jelas. Wajah muaknya dan kata-kata selanjutnya yang ia ucapkan tanpa ragu-ragu. Kakiku kehilangan kekuatan untuk menopang tubuhku. Dan tahu-tahu badanku melayang tanpa kekuatan ke arah Alv.
Saat aku membuka mataku. Wajah Alv tampak sangat pucat. Wajahnya memang sangat putih sehingga sulit membedakan apakah ia pucat atau tidak. Tapi aku sekarang dapat mengenalinya dengan mudah karena ia benar-benar pucat dari sebelumnya.
" Maafkan aku, maafkan aku, aku kembali membangkitkan traumamu. Aku benar-benar brengsek. Maafkan aku," ia terus bergumam seperti itu sambil menggenggam erat tanganku.
Tangannya sangat hangat dan besar. Untuk pertama kalinya sejak ibu pergi aku bisa selega dan seaman ini. Andaikan saja kita bertemu di saat yang tepat, aku menyesalinya dalam hati. Aku menariknya masuk ke dalam pelukanku, menenangkannya.
" Aku baik-baik saja, ok. Kau tidak perlu minta maaf. Ini bukan salahmu, tenanglah." Aku terus menenangkannya sampai tangisannya berhenti.setelah beberapa lama, ia mulai tenang. Ia mengambil botol berisi susu yang ia letakkan di atas meja kecil samping ranjangku. Ia tahu semua kegemaranku dari makanan sampai hobi. Kupikir-pikir aku tak pernah menanyakan kegemarannya.
" hei kau suka melakukan apa saat kau senggang?."
Ia tampak terkejut. Ia jarang membuka matanya, namun sekarang mata biru langit malamnya menatap ke arahku walaupun pandangannya kosong. Ia dapat dengan mudah mengarahkan badannya seolah ia dapat melihatku. Ia selalu tahu letak benda dan posisi di sekitarnya dengan hanya mengandalkan suara dan bau. Ia memiliki kemampuan yang mengerikan untuk ukuran seseorang yang baru-baru saja buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
there was my sun
Romancemasing-masing diantara kita memiliki tempat yang telah berdebu di sudut hati. tidak peduli kemana kita melangkah, hantu masa lalu itu tetap menatap dari tempat tersebut. dari kejauhan matahari itu terasa hangat. namun kehangatan itu kita kejar secar...