Alv menghilang keesokan harinya. Jacob menolak mengatakan apa pun. Dibandingkan ketakutan akan kebenaran kata-kata Jacob, aku lebih mengkhawatirkan bagaimana Alv bertahan di luar sana. Selama 2 bulan, aku selalu menatap ke arah pintu, berharap akan ada ketukan dan suaranya. Setiap sore setelah pulang dari kantor, aku terburu-buru pulang ke rumah. Dan kecewa setelah mendapati rumahku tetap kosong. Gitar itu kini kuletakkan di sampingku setiap malam. Lalu aku memutar lagu-lagu yang pernah dinyanyikan Alv. Dan di malam-malam yang tak tertahankan, aku membaca novel Agachi dengan suara keras yang semakin lemah karena aku mulai menangis. Aku merindukannya. Dimana kau, Alv?.
Jacob menatapku diam-diam dengan khawatir saat di kantor. Tapi aku tak peduli. Mungkin aku sedikit menyalahkan Jacob atas perginya Alv. Aku melakukan banyak pekerjaan. Lebih rajin dan aktif daripada biasanya. Menyumbangkan banyak ide dan usaha. Menyenangkan hati bos. Itu semua jauh lebih mudah daripada saat aku pulang ke rumah dan mendapati Alv tak lagi ada.
Salju terus turun dari tadi pagi. Orang-orang berlalu-lalang dengan wajah bahagia sembari berbicara dengan orang di sebelahnya. Aku menatap iri. Tanganku memainkan bingkisan kecil, hadiah dari Jacob dan istrinya saat aku berkunjung ke rumahnya. Aku melewati seorang pasangan kekasih. Mereka tampak asyik membahas daftar hadiah yang sudah siap untuk natal besok. Sebuah pohon cemara tinggi menjulang di hadapanku. Ah pohon natal, hatiku merasakan perasaan sakit tanpa bisa ku cegah. Sebelumnya aku tak pernah membeli pohon itu. Percuma, pikirku. Aku hidup sendirian. Itu hanya akan merepotkan diriku menghiasinya sendirian dan rumahku terlalu sempit untuk pohon besar itu. Lalu Alv masuk dalam kehidupanku. Aku pikir aku akan mempunyai satu pohon natal untuk tahun ini. Alv akan membantuku menghiasinya. Dan mungkin kami akan berdebat sedikit mengenai letak pohon itu di rumah kami. Tapi itu tidak mungkin lagi, pikirku. Tanpa bisa ku tahan, air mata mulai menggenang di sudut mataku. Aku mendongakkan kepalaku mencoba mencegahnya keluar.
Setelah yakin air mata sialan itu tidak akan turun, aku menatap tiket di tanganku. Jacob tahu aku sangat benci berada di rumah saat malam natal. Hal itu mengingatkanku akan kesendirianku dan ibuku. Saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat swalayan kecil dengan meja silver kecil dan kursi plastik. Kursi itu, Aku ingat tempat ini. Ini adalah tempat pertama kalinya aku bertemu Alv. Sudah 6 bulan semenjak Alv meninggalkanku. Aku bahkan beberapa minggu terakhir ini berkeliaran di jalanan. Namun aku tak memiliki keberanian menghubungi polisi atau rumah sakit. Aku terlalu takut untuk mendengar berita buruk tentangnya. Saat Alv berada di sisiku, aku tak menyadari kalau selama kurang dari sebulan itu, aku sudah sangat bergantung padanya. Ia mengembalikan Abriella yang dahulu. Ah bukan Bellini, ia memanggilku dengan nama special.
Selama 6 bulan ini, aku terus mengorek-ngorek hatiku dan mempertimbangkan siapa Alv bagiku. Dan malam ini aku menemukan jawabannya saat berjalan menjauh dari swalayan itu. Alv adalah segalanya bagiku. Alv selalu mendengarkan keluhanku dengan sabar. Mencoba membantuku sebisa mungkin di rumah. Menyanyikan lagu baru untukku setiap hari selepas aku pulang, ia dengan manisnya berusaha menghibur dan menghilangkan semua tekanan di tempat kerja. Bahkan ia mencoba menghemat semua pengeluarannya, walaupun percuma karena ia benar-benar tidak cocok dengan barang biasa. Tapi tetap saja ia berusaha tidak merepotkanku.
Tiket itu adalah untuk menonton konser band yang lumayan terkenal di kotaku. Banyak orang yang sudah datang. Aku secara mengejutkan mendapatkan tiket vviv. Jacob hadiah natalmu kali ini sangat mahal, pikirku dalam hati. Aku duduk dan menunggu band itu memulai penampilan mereka.
Sejujurnya aku tidak terlalu tertarik dengan konser itu sendiri. Aku ingat saat pertama kali Alv melakukan konser mini khususnya, ia berbisik di telingaku. Ia berucap agar aku hanya akan menghadiri konser khususnya saja dan jangan pernah menatap pria lain selain dirinya. Jadi aku menutup mataku dan mulai mendengarkan petikan gitar. Saat vokalis itu mulai bernyanyi, aku mulai merasa pendengaranku bermasalah. Namun suara ini,,,, aku mengintip membuka mataku sedikit.
Ia berdiri disana. Ia menutup matanya dan terus bernyanyi lagu baru yang belum pernah ku dengar. Malam terakhir sebelum ia bertemu Jacob, aku pernah kelepasan memuji matanya yang sangat indah. Dan dengan konyolnya aku meminta agar ia tidak pernah menunjukkannya pada orang lain selain diriku. Mengingat hal itu membuat mukaku memerah karena malu. Tapi Alv tidak pernah merasa permintaanku konyol ataupun egois. Saat aku menanyakan kenapa ia terus saja menerima permintaanku. Tangannya akan mengusap pipiku lembut dan berucap dengan suara merdunya,
" Karena hanya ini satu-satunya cara untuk menunjukkan rasa terima kasih dan perasaan cintaku padamu. Kau tahu aku tak bisa membantumu karena kondisiku. Jadi kumohon terima saja dan jadilah egois padaku, ok."
Aku terdiam dan langsung melanjutkan bacaanku sembari mencoba menstabilkan setak jantungku. Senyuman dan kata-kata itu benar-benar berbahaya. Aku hampir saja kehilangan akal sehatku. Itu adalah kenangan yang sangat manis. Dan sispa sangka keesokan harinya, ia menghilang.
Alv menyanyikan lagunya dengan sangat baik. Semua orang memperhatikannya dengan diam. Mereka terpukau dengan penampilan Alv. Begitu pula aku, sampai Alv tiba-tiba turun ke barisan penonton yang duduk. Tepat saat lagu itu habis, ia sudah berdiri di hadapanku. Semua orang terpana. Dan keributan pecah saat tiba-tiba Alv mengeluarkan kotak yang berisi cincin sembari berpose seperti pangeran yang sedang melamar putrinya.
" Aku tahu seharusnya tidak meninggalkanmu tanpa kata-kata, tapi kau pasti akan menahanku. Kita tidak bisa seperti ini terus. Cepat atau lambat "ketidakberdayaanku" ini akan menjadi masalah bagi kita. Aku ingin membuktikan bahwa aku pun bisa hidup tanpa bergantung padamu. Tapi itu hanya dalam artian ekonomi saja. Sedangkan kalau masalah kehidupanku selebihnya, aku akan bergantung kepadamu, apakah kau mengizinkan?. Aku ingin memberikan seluruh hidup dan hatiku padamu. Maukah kau menerimanya?."
Aku tanpa bisa kutahan memeluk alv dengan erat. Kehangatan itu kembali padaku. dan aku tak akan melepasnya lagi.
" Ya, aku mengizinkan dan menerimanya. Aku juga akan bergantung padamu mulai sekarang, Alv."
KAMU SEDANG MEMBACA
there was my sun
Romancemasing-masing diantara kita memiliki tempat yang telah berdebu di sudut hati. tidak peduli kemana kita melangkah, hantu masa lalu itu tetap menatap dari tempat tersebut. dari kejauhan matahari itu terasa hangat. namun kehangatan itu kita kejar secar...