Tiga hari. Puluhan kali aku mencoba bunuh diri. Kesendirian ini begitu mencekikku. Kenyataan bahwa semua orang meninggalkanku bahkan sahabat tercintaku membunuh kewarasanku secara perlahan.
" Kau tidak sendirian. Aku ada di sampingmu sekarang ", wanita yang menampungku itu bagaikan kaset rusak terus mengulangi kalimat itu. Kalimatnya terasa bagaikan angin lalu. Kenyataan aku merengek seperti anak kecil di pelukan wanita asing itu bahkan tidak menggangguku. Aku kosong sekarang. Semua bagian diriku telah rusak sampai emosi terdalamku pun ikut menghilang. Yang kumiliki sekarang ini hanyalah kegilaan untuk mengakhiri siksaan tiada berujung ini.
" aku paham sakitnya tapi sakit itu bukan alasan mengakhiri kesempatan hidup yang diberikan padamu".
Wanita itu terus mengoceh sembari membalut pergelangan tangan kananku yang baru saja kuiris. Tanganku untuk pertama kalinya mengepal. Aku sendiri bahkan terkejut. Apakah aku marah sekarang ?. Yah tentu saja ia terus-menerus menghalangiku. Dan paling menyebalkan seolah ia tahu rasa sakitku ini. Tanganku yang terkepal menghantam meja di bawahku sekuat tenaga. Kurasakan pergerakan badan wanita itu yang menjauh. Suara napasnya tampak memburu.
" kau tahu apa tentang sakitku. Pernahkah kau ditinggalkan begitu saja oleh orang yang sangat kau cintai, padahal orang itu dulu sangat menyayangimu lalu ia berubah dan mendepakmu dari kehidupannya begitu saja. Semua orang meninggalkanmu. Dan bahkan aku tak memiliki apa-apa selain tongkat sialan ini, jawab aku. Apakah kau ingin bersikap pura-pura baik kemudian memanfaatkanku begitu saja. Aku tak percaya ada orang sebaik itu di dunia yang gila ini."
Itu kalimat terpanjang dari mulutku semenjak aku ditinggalkan. Ia menghela napas. Aku dapat mendengarnya. Lalu ia perlahan mendekat dan meraih tanganku dengan cepat. Aku terlambat bereaksi karena napasku masih memburu setelah merasakan emosi marah yang begitu mendadak muncul ini, setelah sebelumnya emosiku mati. Tanganku kembali merasakan bulu mata lebat itu. Tangannya membawa tanganku meraba matanya.
" Orang tuaku mati saat bencana tsunami terbesar itu melanda", lalu aku tetap bergeming tak peduli. Aku tak peduli dengan kisah selanjutnya karena aku yakin itu adalah kisah sedih pada umumnya dan pasti tak semenyedihkan diriku. Lalu air mata hangat itu menbasahi tanganku. Tangannya gemetar. Napasnya kembali dihembuskan dengan tidak beraturan. Namun anehnya air mata itu terasa membakar seluruh diriku dalam kesedihan.
" dan aku lahir dengan mata buta tanpa ada warna putih di mataku. Sejak itulah aku dijuluki anak terkutuk. Semua orang yang melewatiku akan berbisik kalua aku lah yang mengundang tsunami itu. Hanya karena kelahiranku berselang beberapa jam dari tsunami itu. Aku terus disiksa dan dijauhi tanpa tahu dunia luar. Aku hanya mengenal suara hinaan itu dan kegelapan. Kutukan tanpa akhir. Kesakitan yang terus memburuku membuatku bahkan tak bisa berbicara."
Ia terdiam. Terdapat keheningan mencekam yang membuat tengkukku dingin. Aku dapat membayangkannya, seorang anak kecil dengan tubuh lebam dan mata hitam seluruhnya di sudut ruangan. Lalu aku mendengar suara botol dibuka dan kunyahan obat. Aku tahu, ia pasti gemetar sekarang. apakah aku harus menenangkannya atau memintanya berhenti saja. Aku meragukan pandangan kalau masa lalunya adalah kisah sedih biasa. Sebelum aku bisa memutuskan, ia sudah kembali berbicara.
" Sampai aku diadopsi oleh warga asing. Pertama kalinya dalam hidupku aku diperlakukan bagaikan manusia. Dan itu semua berkat mereka. Sampai aku berumur sepuluh tahun kebahagian itu terus berlangsung. Dan kebahagianku semakin bertambah saat ibuku memutuskan mengadopsi anak angkat lagi untuk menemaniku. Dan saat itulah nerakaku dimulai kembali." Ia berhenti. Tangannya mulai memainkan botol di tangannya, aku mendengar suara badan botol yang diketuk-ketukkannya ke meja.
"Anak angkat baru itu menjebakku sampai aku diserahkan kembali ke panti asuhan lamaku. Semua usahaku seolah tak berbekas apa-apa di benak mereka. Tapi kau tahu walaupun semua kebahagianku meluncur tajam ke kedalaman neraka, aku tetap menghargai hidupku karena aku tahu bunuh diri bukan merupakan penyelesaian. Kau bunuh diri karena ditinggalkan, seharusnya kau bangkit membuktikan pada mereka kau bisa bahagia,,,,.
" Namun aku ditinggalkan karena aku memang pantas mendapatkannya. Aku telah berbuat sesuatu yang mengerikan. Dan inilah balasanku. Aku tak,,,,,,,,,,,. Tiba-tiba ia kembali menarikku dalam pelukannya.
" Lalu kau akan pergi begitu saja tanpa mencoba menebus kesalahanmu, kau bodoh. Setiap orang memiliki kesalahan. Itu hal yang wajar. Namun kau tidak bisa disebut manusia kalau kau hanya melarikan diri ke jalan egois seperti itu. Itu yang dikatakan ibu keduaku. Sejujurnya aku juga pernah mencoba bunuh diri sekali dan gagal karena ibuku tersebut. Saat umur 17 tahun, ia tiba-tiba muncul menghentikanku bunuh diri dan membawaku ke rumahnya. Kau tahu apa bujukannya yang berhasil membuatku bertahan hidup sampai sekarang?".
Aku menggeleng.
" ia mengatakan semua yang ku lalui selama ini akan menyelamatkan kehidupan orang yang ditinggalkan lainnya. Alasannya karena kisah hidupku jauh lebih menyedihkan dari yang lain. Mereka akan malu betapa lemahnya tekad mereka. Dan aku yang sangat memahami apa arti kesendirian, rasa sakit, dan merasa bersalah itu akan menjadi teman yang sangat cocok untuk mereka. Alasan yang aneh tapi aku senang. Untuk pertama kalinya ada yang mensyukuri kelahiranku dan bukannya mengutukku. Ibu keduaku kehilangan suami beserta bayinya yang baru lahir saat perjalanan pulang ke rumah dari rumah sakit. Sama seperti keluargaku yang tiba-tiba direnggut saat aku merasa paling bahagia. Ini mungkin terdengar kisah yang aneh. Tapi begitulah manusia, tak ada yang benar-benar mau sendirian. Manusia pasti akan mencari seseorang yang memiliki nasib sama dengannya dan bergantung pada mereka. Kau bisa bergantung padaku sekarang."
Aku tetap diam, masih ragu. Kemudian aku membuka mulutku,
" Tapi kau tak akan paham bagaimana menyiksanya rasa bersalah itu.," pungkasku, ia tak akan bisa membantahnya, kan? .
" aku benar-benar sangat memahaminya. Karena bahkan sampai detik ini perasaan itu terus merantaiku. Ibu keduaku bekerja sangat keras hanya karena keinginan egoisku melihat dunia. Aku sangat ingin menatap langsung dunia yang hanya aku ketahui dari novel yang dibacakan ibuku. Lalu saat uang itu terkumpul, aku dioperasi tanpa tahu ibuku mengorbankan kehidupannya sendiri. Alih-alih menggunakan uangnya untuk memperbaiki katup jantungnya, ibuku malah menggunakannya untuk keinginan egoisku. Memang saat itu dokter memprediksi bahwa jantung ibuku bisa ditunda perawatannya sampai beberapa tahun ke depan. Namun kesibukannya mengurus pengumpulan biaya dan operasi membuatnya lupa dengan jantungnya. Lalu ia pergi. Hanya karena keinginan egoisku."
Ini benar-benar di luar dugaanku. Suara botol jatuh dan gumaman tidak jelas darinya meyakinkanku kalau menceritakan masa lalu itu benar-benar berat baginya. Aku berdiri dan mencoba mencarinya. Saat aku meraskannya aku menariknya mendekat. Emosinya meledak di dalam pelukanku. Ia pasti sangat menderita selama ini. Aku membayangkan sahabat tercintaku meninggal karena diriku. Dan rasanya jauh lebih sakit dari apa pun yang kurasakan sebelumnya. Dan wanita bodoh ini malah membujukku hidup saat luka itu masih terus menganga di hatinya. Saat ia sudah tenang, aku mengusap kepalanya dan berbisik,
" Alvar Cortez, kau?".
" Abriella Zeline."

KAMU SEDANG MEMBACA
there was my sun
Storie d'amoremasing-masing diantara kita memiliki tempat yang telah berdebu di sudut hati. tidak peduli kemana kita melangkah, hantu masa lalu itu tetap menatap dari tempat tersebut. dari kejauhan matahari itu terasa hangat. namun kehangatan itu kita kejar secar...