Alana hanya menyenderkan punggung ke kursi bis itu, matanya sering kali melihat ke arah jendela. Ia tidak tahu harus bagaimana, entahlah Alana hanya merasa tubuhnya harus tegap.
Alana iri karena teman-temannya bisa mengobrol bersama, meskipun harus pelan-pelan.
"Na, lo gapapa kan?" tanya Sora berbisik kepada teman disampingnya. Alana hanya mengangguk.
"Gaenak banget sejajar sama senior," bisiknya lagi. Alana kembali mengangguk, tidak berani menjawabnya. Takut.
Laki-laki disampingnya itu sedang memainkan ponselnya. Sedangkan yang satunya sudah terlelap.
Alana memilih memainkan tali nametag-nya, dililitkan dengan jarinya lalu dilepaskan, dililitkan lagi dan seterusnya begitu.
Tanpa sadar, Elang memperhatikannya.
Elang sadar, gadis ini sedang segan melakukan yang diinginkan karena bersebelahan dengannya yang sedang bertugas sebagai KomDis.
Gista berjalan ke arah belakang, ada seorang perempuan mengikutinya, mereka berdua menghampiri Elang, "Lang, lo bawa minyak kayu putih ngga?"
"Kaga, ngapain juga." ucap Elang singkat.
"Kenapa?" lanjutnya.
"Nih. Mual," ucap Gista menunjuk seseorang yang dibelakangnya.
Mahasiswa baru itu langsung mengarahkan kantung berwarna hitam kearah mulutnya, "ueeekkkk,"
"Aduh, gua gabisa nanganin kalo muntah," ucap Gista. Mahasiswa baru itu terduduk lemas ditangga masuk bis paling belakang.
"Apalagi gua." Jawab Elang.
"Terus gimana? Masih lumayan jauh lagi," tanya Gista.
"Aku aja kak," ucap Alana, membuat ketiga seniornya mengarahkan matanya kepada gadis itu. "Yaudah." ucap Gista.
Alana beranjak dari kursinya, lalu duduk disamping mahasiswa baru itu. Alana memijat pelan tengkuk lehernya. "Uekkkk,"
"Lo gapapa?" tanya Alana. Mahasiswa itu hanya mengangguk.
"Mau minum?"
"Boleh,"
Alana merogoh tas ranselnya dan mengambil air mineral miliknya, "ini,".
"Makasih,"
"Eh ternyata gua ngantungin minyak kayu putih. Nih." ucap Hari memberikannya kepada Alana. Ia membantu memberikan minyak itu disekitar tengkuk lehernya. "Istirahat aja ya," ucap Alana, yang ditanya hanya mengangguk, "terimakasih ya," Alana hanya tersenyum.
"makasih, kak, permisi, oh ya ini minyak kayu putihnya," Mahasiswa itu menyapa seniornya dahulu sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Pegang aja." ucap Hari.
"Makasih, kak," Gista mengikuti perempuan itu beranjak pergi.
Alana kembali ke tempat duduknya, setidaknya bisa bernafas lega sebelum duduk disampingnya lagi.
☄☄☄
Semua mahasiswa sedang merapihkan barang-barang mereka disebuah satu ruangan. "Alana," panggil seseorang. Alana berbalik mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Bunga kini dihadapannya dengan wajah sedikit cemas. "Kenapa, Nga?"
"Hmmm, boleh minta bantuan?" tanya Bunga.
"Apa?" tanya Alana.
"Bantuin aku cariin kayu atau ranting-ranting disekitar sini,"
"Buat apa? Ntar kita diomelin kalo keluar,"

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
General FictionAlana Cantika, biasanya dipanggil Alana oleh teman-temannya. Di umur 24 tahun ini, ia bekerja dibidang seni tulis di salah satu kantor di Jakarta. Sudah banyak tulisan yang ia tulis, namun sedikit yang ia publish. Karena lebih banyak tulisan cinta y...