MCG: Tradisi Foto Keluarga

150 20 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen yang banyakkkkkkkk:*

BAB 2 - Tradisi foto keluarga.

Semua anggota keluarga berkumpul diruang keluarga. Ada Naidya dan Lintang yang sedang heboh memainkan game playstation. Ada Nana yang sibuk mendusel di dada Ayahnya. Ada juga Yuma yang mengambil makanan ringan didapur, sedangkan si anak sulung Naudya sibuk memainkan hapenya sambil tiduran dikarpet lantai dengan santai.

Meskipun semua sibuk dengan dunia masing-masing, tapi aura hangat diruangan itu tidak bisa dilewatkan. Yuma berjalan mendekati suami dan anak-anaknya. Tangannya berisi berbagai jenis cemilan dan brownies yang dibuatnya.

Melihat Sang Bunda datang dengan tangan yang penuh, Naudya langsung dengan cepat bangkit meraih beberapa brownies. "Bunda kalo mau bawa sesuatu yang banyak itu panggil Naidya atau Naudya. Jangan cape-cape," kata Naudya memarahi.

Yuma mengangguk sambil tersenyum, kemudian mendekati sofa dan duduk dikarpet bersama anak-anaknya. Nadeo yang awalnya duduk sofa jadi mengangkat Nana bersamanya untuk pindah duduk dikarpet.

Yuma menoleh, "kenapa pindah?"

"Lebih nyamam disebelah kamu," goda  Nadeo.

Sebelum Yuma membuka suara, sebuah suara sudah lebih dulu menggema. "Acieeeeeee, uhuy! Anak muda mah lewat," kata Naidya dengan lantang.

Yuma jadi melotot. Mendekati anak keduanya yang fokus pada permainan lalu menepuk paha gadis itu. "Kaki kamu mau Bunda potong?!" tukas Yuma tajam.

Naidya jadi mencicit lemah, dengan perlahan mengubah posisi duduknya menjadi lebih anggun. Lintang tak bisa menahan tawanya. Kakaknya yang kedua ini memang beda, sedikit melenceng dari jalur gadis anggun seperti biasanya.

Dirumah ini, Naudya yang lebih sering menjaga Nana, sedangkan Lintang dan Naidya akan bermain game bersama. Tapi bukan berarti mereka tak dekat, posisinya seperti Naudya sang pengambil keputusan, Naidya sang pengawal, Lintang sang pelindung dan Nana adalah anak bawangnya. Tanpa perlu diatur, mereka sudah tau apa yang harus diperbuat.

Ketika layar televisi berubah mengatakan game sudah berakhir. Naidya menghela napas kasar, gadis itu sudah memukul kepalanya pada bagian lembut sofa frustasi.

"Kok gue kalah sih," protes Naidya tak terima.

Lintang tertawa kecil, berbalik mendekati Bundanya dan meraih kue yang sudah Yuma pegang. "Lo naif," ucap Lintang sok tahu.

Naidya menghela napas, "lain kali coba lagi, kita ketempat main yang lebih asik."

Lintang hanya mengangguk, kini beralih pada Nana yang masih duduk dipangkuan ayahnya. Cowok berkulit kuning langsat itu menyoel pipi adiknya mengganggu. Selama dia tak ada, pasti Nana lah yang paling sering diganggu sikembar.

"Jangan Bang, Nana cape," keluh Nana merasa terusik dengan perbuatan Lintang.

"Nana kenapa?" tanya Lintang lembut.

Naidya yang sedang meminum teh nya jadi tersenyum usil. Kini lebih mendekatkan diri pada Nana dan Lintang.

"Heh!" tegur Naidya sok dekat, "galau kan lu yaa?" Naidya menggoda Nana dwngan jahil sedangkan Lintang sudah mengangkat sebelah alisnya ingin tahu.

Naudya yang mendapatkan sinyal itu pun langsung ikut mendekat, melempar hapenya kesofa dan bergerak dengan cepat. "Ihh Nana masih kecil sok cinta-cintaan," kata Naudya menimpali.

Lintang jadi mendengus, merasa kesal bahwa dia yang paling tidak tahu apa yang terjadi disini. Sedangkan Nadeo hanya menghela nafas tak berniat menegur. Sebenarnya dia selalu mempertanyakan dari mana gen jahil anak-anaknya.

"Ngga," ucap Nana cepat, "Kak Nai sama Nau sok tau."

"Nana deket sama siapa?" tanya Lintang membuat wajah Nana makin mendung. Sudah berusaha mati-matian gadis kecil itu mengakhiri oembicaraan dan Nadeo dengan santainya membuka lagi dengan durasi waktu yang akan lebih panjang.

Naidya kini berbaring santai, menaikan kakinya keatas sofa sedangkan tubuhnya tertidur dilantai. "Anaknya Om Dika sama Tante Vella. Kalo gak salah namanya Radit," ujar Naidya menjelaskan.

Lintang menaikan sebelah alisnya, "Om Dika punya anak lagi?" tanya tak tahu menahu.

Yuma menyentil dahi putranya, lalu menabok pipinya pelan. "Makanya jangan tinggal di London. Kamu jadinya terinfeksi sama virus kebolotan Yudis," ucap Yuma menyebutkan nama adiknya.

"Jadi ceritanya cinta bertepuk sebelah tangan Lin, Nana suka Radit, Radit suka Wulan. Hahahah," ejek Naudya jahat.

"Ayah kak Nau ngejekin Nana," adu gadia kecil itu. Matanya sudah mendung membuat Nadeo jadi menghela napas gusar.

"Jangan digangguin adiknya, Kak," tegur Nadeo.

Yang dibilangi hanya tertawa cekikikan sambil memakan brownies buatan bundanya tak peduli. Mungkin untuk bagian berhenti menjahili anak terakhir, Sikembar dan Lintang tak bisa mendengarkan ayahnya.

"Besok foto keluarga, semua siap-siap. Oke?" kata Yuma memberi intruksi.

Naidya langsung bangkit dari rebahannya dan menatap Bundanya memelas, ia tak ingin mengenakan gaun panjang ala princess disney seperti dulu. Sudah cukup dia terbanting ditanah dengan kaki yang terkelir sesudahnya.

Menyadari tatapan memelasnya, Yuma menggeleng lemah. "Pake baju ala-ala kerajaan. Biar keren," ucap Yuma bersemangat.

Nadeo menatap istrinya, "tema warna apa?"

"Putih."

Naudya mengangguk, sebenarnya dia tak terlalu bermasalah. Dia gadis yang seperti gadis pada umumnya. Mempunyai banyak teman wanita, belanja ke mall dan hal-hal yang seperti gadis lain lakukan.

Berbeda dengan Naidya yang dari dulu memang menunjukan perbedaanya. Teman gadis itu lebih dominan kecowok, pakaiannya hampir delapan puluh persen kasual. Tidak ada gaun. Ketika dulu Nana belum lahir, saudara kembar itu selalu berdebat tentang bagai mana mendandani Lintang. Antara feminim dan rock and roll. Begitulah hidup Lintang sampai Kakek dan Neneknya membawanya pergi ke London untuk menemani Pamannya Yudis berkuliah dan mereka yang sedang menikmati negara impian.

Ngomong-ngomong tentang kakek dan neneknya, Lintang jadi ingat sesuatu.

"Bun, kapan Om Yudis sama Kakek Nenek nyampe indonesia. Katanya mereka mau nyusul setelah Om Yudis wisuda," kata Lintang mengingatkan.

Yuma yang sedang bernegosiasi tentang gaun dengan Naidya jadi menoleh padanya, "mungkin minggu depan, wisuda udah selesai tapi Om kamu ada beberapa acara sama teman kampusnya."

Lintang hanya mengangguk, memperhatikan kini Nana sudah berpindah duduk galau dipangkuan Yuma sedangkan Naudya dan Ayahnya menyiksa Naidya.

Gadis tomboy itu kini kakinya ditarik mengelilingi ruang keluarga oleh Ayahnya sedangkan Naudya sudah menggelitikinya sampai berteriak beberapa kali. Naidya bahkan sudah seperti orang gila dengan suara tawa melengkingnya yang merasa geli dengan gelitikan Naudya.

Lintang melompat kearah mereka ingin ikut menyiksa Naidya. Nana yang melihat Lintang ikut serta juga melepaskan diri dari pangkuan bundanya dan berlari mendekat.

Telinga Yuma berdengung ketika mendengar suara teriakan, dan tawaan yang keras. Naidya sudah dilempar kedalam kolam berenang yang hanya dibatasi sebuah dinding kaca dari ruang keluarga. Sampai sebuah suara kembali terdengar membuat Yuma kembali menoleh. Kini Nadeo suaminya dan Lintang ikut masuk kekolam berenang dengan tawaan jahat dari Naudya dan Nana.

Vitenya kak:*

MY CRAZY GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang