Enam.

48 8 0
                                    

Aku pulang dengan Kak Jeffry. Meskipun aku menghabikan sebagian waktu dengan Mark, tetap saja kalau pulang dengan kakak-ku. Tetapi Kak Jeffry tidak langsung pulang, dia berhenti di toserba yang letaknya cukup jauh dari rumah.

"Kita ngapain sih?" Tanyaku.

"Ternak lele" Aku tahu bahwa Kak Jeffry menjawab sedikit ngelantur. Aku tidak ingin menguras emosi dengan melanjutkan omongan yang baru saja Kakak-ku ucapkan.

Tanpa berfikir panjang kami mengambil sebuah trolli. Aku yang mendorongnya bukan lelaki muda yang memiliki sejuta penggemar itu. Kini dia tengah sibuk melihat list bahan makanan apa yang harus kita beli. Langkah Kak Jeffry berhenti di depan jajaran rak yang penuh dengan mie instan. Perlu kalian ketahui kami termasuk sekte mie instan untuk hidup. Bahkan setiap kami berbelanja selalu mencari mie yang belum kita coba, itu hampir atau serimg kita lakukan ketika bosan.

"Kak, ini udah pernah?" Ucapku sambil menunjuk mie instan yang sepertinya keluaran terbaru.

Kak Jeffry menggeleng dan langsung memasukannya kedalan troli. Kami membeli dua macam rasa, pedas dan original.

"Beli daging" Aku mengikuti kemana Kakak-ku pergi seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

Untuk sementara aku mematung.

Aku mendapati Renjun yang tengah membeli daging bersama seorang perempuan yang kupastikan umurnya menyentuh angka 30. Tak masuk akal jika perempuan itu kekasihnya.

Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan karena Renjun datang kembali dihidupku. Dan sekarang aku juga harus berpapasan dengannya? Oh, aku sudah terlanjur malas. Aku menarik lengan Kak Jaehyun.

"Hm?" Katanya.

"Mau ke toilet dulu"

"Kok tiba tiba?"

"Ya emang kalo mau ke toilet harus di jadwalin dulu? Lagian juga ke toilet doang nggak kemana mana" Aku cukup kesal dengannya. Dia tak tahu apa yang kurasakan sekarang.

"Tapi aneh nggak sih? Lo lagi kayak menghindar dari seseorang"

"Ya terserah, nitip troli" Aku berlari menuju tempat yang aman.

BRAKKK

Dan dengan bodohnya aku menjatuhkan barang berlanjaan seseorang.

Yang kutabrak itu...

─── Bagian Enam

Mark tampak berlari sekuat tenaga untuk sampai ke lapangan. Dia lupa kalau hari ini ada kegiatan basket. Buru buru ia mengambil baju dan segera menggantinya di toilet sekolah.

"Mark terlambat 10 menit 16 detik. Sudah merasa jagoan?" Suara lelaki tua.

Sedangkan sang empunya hanya bisa terdiam, walau bagaimanapu Mark memang salah dalam hal ini. Maklum anak muda. "Maaf" Hanya itu yang bisa disampaikan oleh pria kelahiran Canada 20 Oktober.

"Kamu kira saya memaafkan kesalahan kamu? Lucas aja yang perawakannya kayak tukang cireng tidak pernah terlambat. Sementara kamu?"

Mark melirik Lucas yang kini tengah tersenyum lebar karena dipuji. Baru sekali dipuji sudah terbang, padahal dulu Lucas pernah bilang : "Dipuji tak terbang, dihina tak tumbang" Mungkin sekarang sudah tak berlaku lagi.

Pelatihnya pun memutuskan untuk menghukum anak didiknya dengan berlari 20 putaran mengelilingi lapangan baket sekolah yang berukuran cukup luas. Dan tanpa berpikir panjang Mark menyetujui keputusan itu.

"Semangat sayang" Itu ledekan yang keluar dari mulut Lucas. Sumpah serapah, Mark kali ini sangat ingin membunuh temannya itu. Euhm sekarang sudah bukan teman.

─── Bagian Enam

Euhm. hi?

Huhu aku seneng kalian baca ceritaku

Semoga kalian masih mau baca ceritaku, ya :(

Maaf partnya pendek :(

See u di




Thank u, Mark.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang