Tujuh.

44 7 2
                                    

Aku membuka plastik mie yang baru kubeli bersama Kak Jeffery tadi. Perutku meronta ronta, padahal sekarang sudah pukul setengah dua belas malam. Ka Jeffery sudah masuk ke alam mimpinya, dengan begitu aku bisa membuat mie sebanyak yang aku mau.

Mie yang kubuat sudah matang, dengan diam diam aku sedikit lari menuju kamarku. Lampu kamar sudah ku matikan, aku hanya memakai lampu belajar.

Layar handphone-ku menyala, aku mendapati notifikasi Whatsapp dari nomor yang tak ku kenal. Aku segera membuka notif itu penasaran.

+6298-6457-xxx

| Gue dapet nomor lo dari Chenle
| Save, ya!

Siapa? |

| Mark.
| Payung gue masih sama lo
| Nggak mau di balikin?

Gue lupa |
Gue balikin besok |

| Oke, gue tunggu.

Ya. Jujur aku lupa dengan payung yang waktu itu kupinjam dari Mark.

─── Bagian Tujuh

Aku kembali ke sekolah dengan tatapan malas. Hari ini aku di jadwalkan untuk piket. Demi tuhan aku sangat malas untuk menyapu kelas. Kenapa harus ada piket kelas. Kenapa.

"WOI LEE HAECHAN!" Teriakan seorang lelaki menenuhi lorong. Aku sedikit kaget.

Aku menyipitkan mata, melihat sebuah bayangan yang lari mendekat ke arahku. Ya, dia Mark Lee. Seorang lelaki dengan senyuman yang mengembang.

Terlihat imut.

Mark lee mendekat kearahku, kemudian menyodorkan tangannya, "Mana payung gue?" Katanya.

Aku mengeluarkan payungnya dari tasku yang cukup berat. "Nih" Kuberikan payung itu, lalu kutinggalkan Mark Lee sendirian.

Tiba tiba pergelangan tanganku di tahan olehnya, tangannya terasa hangat. "Belajar yang bener, jangan malu maluin gue"

Sial kalimat itu membuat perutku di penuhi oleh ribuan kupu-kupu.

Mari ku deskripsi kan sedikit tentang lelaki berkebangsaan Canada itu. Di sekolahku, Mark Lee adalah salah satu jejeran dari lelaki yang banyak di kagumi oleh para wanita. Namanya cukup terkenal, baik di dalam maupun diluar sekolah. Siapa perempuan yang tak mau jika di sandingkan dengannya. Wajahnya imut, proporsi badannya yang bagus, otaknya yang bekerja sangat baik, bisa dibilang Mark itu sempurna.

Kalian kalau di sandingkan dengan Mark Lee mungkin sudah meleyot.

Dia juga sangat pintar, baik akademik maupun non akademik. Aku mengenalnya karena kami pernah satu kelas pada kelas 10, sedangkan sekarang kami sudah kelas 11. Aku tak mengenalnya dekat, karena teman Mark begitu banyak dan pastinya dari kalangan orang berada. Aku merasa berkecil hati.

Mark selalu memberikan perhatian lebih kepadaku. Mulai dari hal hal yang sangat kecil, seperti bagaimana cara membuat moodku kembali seperti awal, mengantarku pulang jika organisasi yang aku ikuti pulang terlalu malam.

Manis.

"HAECHAN WOI PIKET ANJIR!" Teriak Jisung dari depan pintu kelasku.

Aku melupakan satu hal, yaitu piket kelas. Mark membuat ingatanku sedikit menghilang.

─── Bagian Tujuh

"Kak Mark ganteng banget"
"Menurut lo siapa yang jadi pendamping Kak Mark di majalah sekolah"
"MARK LEE BIKIN GUE GILA"
"Ya tuhan kalau Mark Lee bukan jodohku, tolong jodohkan aku dengan Mark Lee"

Aku meyusuri lorong yang ramai karena para perempuan yang sedang terpesona atau ter kagum kagum dengan foto lelaki yang sudah ku pastikan Mark. Lagi-lagi Mark kembali menjadi model majalah sekolah.

"Haechan! Lo liatin apaan deh" Tiba tiba saja Nana menganggetkanku dari belakang.

Aku menggeleng ke arahnya, "Kelas aja, rame" Nana mengangguk menyetujui ucapanku.

Sesampainya di kelas aku duduk, kemudian membuka benda pipih berlogo apel di belakangnya. Terdapat notifikasi yang belum ku baca.

Mark Lee

| Gue kepilih jadi model majalah sekolah

Selamat. |
Read.

Aku tak berniat membalasnya lagi. Menurutku kata selamat sudah mencakup semuanya.

"Menurut lo siapa yang bakal jadi ratu sekolah?" Tanya Nana membuka obrolan.

"Nggak tau, nggak kepikiran"

"Menurut gue Karina"

"Yang mana?" Tanyaku. Aku tak pernah mengenal Karina sebelumnya, bahkan melihat bentuk wajahnya tak pernah.

Nana melihat ke arahku, kemudian ia membuka handphone-nya. "Ini, Karina. Satu circle sama Winter" Ucap Nana sambil memberikan handphone-nya kepadaku.

Cantik. Kalau dia ratu sekolah, mungkin aku setuju.

"Kalo tahun ini nggak ada ratu sekolah gimana?" Tanya Nana kepadaku.

Jelas aku menggeleng tak tahu, "Masa sih? terus nanti buat majalah sekolah. Mark sama siapa?"

"Sama raja kedua"

Perlu kalian ketahui, pemilihan untuk model majalah sekolah didasari dengan raja dan ratu sekolah. Mark terpilih menjadi raja selama dua tahun berturut turut. Tahun kemarin, yang menduduki ratu sekolah ialah Winter dari XI MIPA 2. Mungkin saja tahun ini Winter kembali terpilih menjadi ratu sekolah.

"HAECHAN MANAAAA" Seseorang berteriak di depan pintu kelasku. Entah sakit apa sampai dia mempunyai ide untuk berteriak sekeras itu.

Itu Lee Jeno.

Jeno sedikit lari ke arahku, dengan wajah yang terlihat sedikit panik. "Mark...berantem...lagi..." Jeno mengakhiri ucapannya dengan nafas yang ter engah engah.

Itulah salah satu kelemahan Mark Lee.

Tak bisa menahan emosi.

─── Bagian tujuh.

Halo!
Kalian masih baca ceritaku? Kalo iya, terimakasih banyaak! :D

Cerita ini udah aku anggurin lebih dari setengah tahun. Aku bimbang mau di lanjut atau enggak...

Makasi ya udah mau baca ceritaku, semoga kalian merasa senang ~

Jaga kesahatan ya, Jangan lupa banyak makan buah.

Sampai ketemu di part selanjutnya, dadah ~

Seperti sebelumnya, jangan lupa klik bintangnya, ya! :D


Thank u, Mark.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang