04 : Sunny Day

113 15 9
                                    

Sinar mentari yang tak cukup panas kembali menyapa. Langit biru berhias sedikit awan putih meneduhkan. Semilir angin yang kadang lewat walau hanya sepintas. Satu hari yang baik kembali hadir.

Senyum tercetak apik menghiasi wajahnya yang berseri. Bahkan tak sedikitpun meluntur kala kedua matanya terhalang silau sinar mentari. Felix sedang bahagia hari ini.

Bahagianya cukup sesederhana ini. Selayaknya seekor burung yang lepas dari sangkar besi. Terbang bebas dengan sayapnya sendiri.

Felix sedang ingin menikmati hari bebasnya. Hari ini entah mengapa Jihyo mengijinkan putra bungsunya ini pergi tanpa pengawasan darinya.
Mungkin nasib baik toko kuenya beberapa hari terakhir membuat suasana hati ibu dua anak ini berseri. Libur dua hari untuk tokonya juga satu hari bebas bagi Felixnya. Felix berharap hari ini akan menjadi satu hari yang baik untuknya.

"Felix, ingin pergi ke mana lagi hari ini?"

Gadis cantik yang sedari tadi mengamati Felix itu bertanya. Sayangnya pemuda yang kini bersurai jingga itu pun hanya menoleh bingung. Mereka memang baru saja selesai dari salon karena si bungsu tiba-tiba ingin mewarnai rambutnya.

"Felix bingung, Kak! Felix hanya ingin jalan jalan saja."

Hwang Yeji hanya tersenyum. Gadis ini memang sedari tadi yang menemani Felix jalan jalan hari ini. Karena sesungguhnya Felix tak sepenuhnya lepas, karena mungkin Jihyo masih memantaunya melalui gadis kepercayaannya ini. Beruntungnya Felix pun tak merasa keberatan dengan keberadaan gadis kepercayaan ibunya itu.

"Mungkin ada tempat yang ingin kamu kunjungi? Atau sesuatu yang ingin kamu beli?"

Pemuda manis itu tampak berfikir sejenak sebelum akhirnya wajahnya berseri. "Felix ingin sekali ke kedai es krim favorit kami kak! Sudah lama Felix tidak kesana karena mama selalu melarang Felix pergi sendiri."

Sebenarnya Yeji ragu untuk mengantarkan Felix ke sana. Karena sesungguhnya es krim termasuk dalam daftar makanan terlarang dalam list yang diberikan ibu pemuda itu. Tapi bagaimana bisa Yeji menolaknya kalau pemuda bermata kucing itu kini menatapnya berbinar penuh harap?

*****

"Felix biasanya ke sini bersama Jisung."

Dua mangkok es krim tersuguh dengan manis di depan Felix dan Yeji. Pada akhirnya keduanya berakhir di salah satu tempat favorit Felix ini.

"Benarkah?"

"Iya Kak. Dulu ketika kami SMA sepulang sekolah seminggu sekali kami kemari. Kami bilang pada Mama kalau ada ekskul tambahan tapi sebenarnya kami kemari."

Pemuda manis itu bercerita disertai tawa riangnya. Mengingat masa sekolahnya yang acap kali sedikit nakal karena berbohong pada ibunya hanya demi pergi menuju ke kedai es krim favoritnya.

"Lalu apa kalian pernah ketahuan?"

"Tentu pernah." jawab Felix singkat sambil menyendok es krim miliknya.

"Apakah Mama kalian marah?"

"Pasti! Kak Jisung yang kena marah Mama. Karena waktu itu Felix jatuh sakit. Sebenarnya bukan sakit karena es krim ini sih. Tapi mama tetap memarahi Kak Jisung," sambungnya dengan lesu.

Sinar Felix meredup. Mungkin mengingat kejadian itu membuat hatinya tiba-tiba sendu. Walau nyatanya sudah lebih tiga tahun berlalu tapi rasa bersalah itu masih ada.

eclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang