Felix tau dirinya berbeda.
Felix kecil selalu bertanya pada Sang Mama. "Mama kenapa Felix harus minum vitamin?" tanya si kecil. Saat itu Jihyo hanya tersenyum menatap putra kecilnya. "Supaya kamu sehat. Felixnya mama harus selalu sehat," jawab ibu dua anak itu sambil membelai rambut si kecil.
Kalimat itulah yang selalu Felix dengar. Felix kecil mencoba pahami. Toh selama ini pun ia juga melihat kakak kembarnya juga rutin mengkonsumsi vitamin yang serupa.
Felix kecil masih patuh pada Sang Mama. Terlebih tiap kali ia diminta minum vitaminnya. Tanpa sadar apa yang dikonsumsi kini lebih banyak dari yang dipunya kakaknya. Tanpa sadar hidupnya semakin terikat dengan pil kecil - yang kata Mama - demi kesehatannya.
Sampai akhirnya Felix di usia ke sepuluh sadar bahwa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia tak sesempurna kakak kembarnya. Ada bagian yang salah dalam dirinya. Hal yang membuatnya tak bisa hidup bebas layaknya Jisung.
Pada puncaknya, di usia yang ke tujuh belas tahun ia harus merasakan dinginnya meja operasi karena tubuhnya yang semakin memburuk. Riwayat kesehatannya kian terpuruk. Bahkan tak jarang tubuh yang melemah itu pun ambruk.
Beruntung Tuhan masih memberikan kesempatan hidup untuk Felix. Pun juga karena dia punya keluarga yang begitu menyayangi dirinya. Mereka yang tak pernah putus berdoa untuk Felix. Termasuk juga Jisung, kakak kembar yang rela berkorban apapun untuknya.
Sampai akhirnya di usia yang ke delapan belas Felix dinyatakan sembuh.
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan bahagianya keluarga Bang atas berita tersebut. Setelah perjuangan panjang, putra bungsu mereka kembali sehat.
Namun sayangnya mereka terlanjur overprotektif terhadap si bungsu. Bukan bermaksud membatasi ruang gerak Felix, mereka hanya ingin menjaga putra berharga mereka. Tidak ingin kesayangannya sakit atau bahkan terluka sedikitpun.
Sejujurnya Felix rindu dunianya dahulu. Ia terpaksa putus sekolah demi menjalani perawatan atas penyakit yang dideritanya. Pun seolah kehilangan kebebasan karena perlindungan orang tuanya.
Felix jadi sering berandai andai.
Andai dirinya lebih sehat, pasti ia akan senang bermain layaknya Jisung. Andai tubuhnya lebih kuat, ia akan menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas seperti Jisung.
Seringkali ia menjadi iri dengan kakaknya. Iri pada Jisung yang bisa hidup dengan bebas. Iri pada Jisung yang bisa beraktivitas lepas. Iri pada Jisung dan dunianya yang luas.
Felix menggelengkan kepala mungilnya.
"Felix tidak boleh berfikir seperti itu," kalimat itu lagi yang ia tekankan pada dirinya sendiri.
Benar. Tidak sepatutnya ia merasa iri pada kakaknya. Felix harus sadar sudah banyak hal yang Jisung beri untuk dunia Felix. Hal yang bukan sepantasnya ia balas dengan rasa iri dalam hatinya.
"Sedang melamunkan apa?"
Felix tersentak. Lamunannya buyar serentak. Kala ia menolehkan kepala, ia menjumpai sosok asing yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Astaga bahkan Felix lupa ia sedang berada di taman sendirian saat ini.
"Kamu bicara sama aku?" cicitnya pelan.
Pemuda asing itu menoleh ke sekeliling. Kemudian tatapnya jatuh pada sosok mungil Felix. "Apa ada orang lain selain kamu di sini?" tanya sosok itu.
Bulu kuduk Felix meremang. Ia tidak terbiasa berbicara dengan orang asing. Dan tiba-tiba saja pemuda ini datang mengajaknya berbincang. "Tapi kita tidak saling kenal."

KAMU SEDANG MEMBACA
eclipse
Fanfictioneclipse (n) : an astronomical event that occurs when an astronomical object or spacecraft is temporarily obscured, by passing into the shadow of another body or by having another body pass between it and the viewer.