<39. Almost>

33.3K 4.9K 2K
                                    

Sedang apa kamu sekarang?

Niatnya mau pending Sepasang, eh yang ke-pending RadenRatih. Sekarang, nggak ada niat apa-apa deh. Ngalir aja gitu🙂👍

Ratih

"Raden, bangun...." aku mengguncang-guncangkan tubuhnya. "Bangun, Den."

"Gue ngantuk, Rat!"

Raden emang baru pulang jam 6 pagi. Aneh banget 'kan? Nggak biasanya dia pulang setelat ini. Paling telat tuh subuh, nggak pernah sampe matahari terbit. Dan aku ngerasa.... ada yang aneh aja gitu.

Tapi, aku menahan diri buat nggak tanya-tanya hal yang bikin dia risi dan lebih memilih membiarkan Raden tidur sampe jam 10 siang ini.

"Raden, kamu jadi ajak aku jalan-jalan nggak, sih?" gerutuku kesal. "Ayo, bangun!"

Terserah deh kalau dia kurang tidur. Salah sendiri kok bisa pulang sampe sepagi ini.

"Plis, gue ngantuk beneran ini."

Aku memanyunkan bibir. "Terus gimana? Aku perlu beli kainnya hari ini."

Tinggal menghitung hari aku akan ulang tahun. Usiaku akan bertambah. Dan saat hari spesial itu tiba, aku mau memakai baju yang couple-an sama Raden. Tentu aja aku sendiri yang bikin. Aku juga udah buat baju untuk baby kita. Ukurannya kecil banget. Jahitannya emang masih kurang rapi, sih. Tapi, aku merasa puas aja gitu. Pelan-pelan, pasti aku bisa.

"Aku juga mau jenguk Papa."

"Besok, ya. Besok," ujarnya sambil menatapku sekilas lalu kembali memejamkan mata lagi. Kayaknya Raden emang beneran ngantuk parah, sih. Nggak bisa diganggu.

"Aku ke pasar sendiri, ya."

"Hah?" sontak dia langsung bangun dari tidurnya dan posisinya setengah duduk.

"Boleh, ya?" pintaku. "Sebentar kok. Cuma beli kain doang terus mampir ke rumah sakit. Jenguk Papa sebentar. Abis itu langsung pulang."

Dia mendesah, nggak suka. Kayaknya nggak mau ngizinin aku.

"Kamu, sih, pulang telat. Emang banyak kerjaan banget, ya?" aku tuh nggak tahu tentang kerja di bar gitu.

Aku pernah ke bar cuma 2 kali. Dan itu selalu sama Raden. Udah, gitu doang.

"Iya, gue sibuk," ucapnya dengan suara yang memelan. "Lo butuh kain banget, hm? Nggak bisa besok aja napa, sih, jahitnya. Sekarang istirahat dulu."

"Nggak bisa," kalau ditunda, ntar nggak kelar-kelar. "Aku udah pengin banget."

"Ya, udah."

Ya, udah apa?

"Kamu mau nganterin aku?"

"Enggak," jawabnya yang membuatku kecewa. "Lo bisa pergi ke pasar sendiri 'kan? Kalau mau gue temenin, besok!"

Hih! Kalau nunggu besok tuh takutnya Raden kayak gini lagi. Aku tuh paling nggak suka pas udah janji-janji, ujungnya nggak ditepati. Meskipun tahu, Raden nggak bisa nepatin janjinya itu karena sibuk kerja terus pas udah nyampe di rumah dia capek parah. Tapi, tetep aja aku kecewa dan sakit hati gitu.

"Aku pergi sendiri aja."

"Terserah lo."

Aku pikir, Raden akan langsung tidur lagi. Namun, dia malah menarikku lalu mengecup bibirku. Sontak aku kaget dong, rada teriak juga. Hahaha.

"Kok tiba-tiba banget, sih?!" omelku.

Dia tersenyum. "Langsung pulang," tekannya lalu menyelipkan helai anak rambutku ke belakang telinga. "Maaf, nggak bisa nganterin."

RadenRatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang