Bab IV - Memulai Misi

4 1 0
                                    

"Kau kabur dari sel isolasi lagi?" tanya Wijaya pada Lev yang bersandar di tembok kantin markas militer Vladivostok.

Lev menjawab hanya dengan menunjuk rambutnya yang ditata rapi dengan jepit rambut. Dia dan Win masih sibuk mengintip ke luar. Wijaya masih heran bagaimana Lev bisa dengan mudah membongkar banyak hal hanya bermodalkan jepit rambut.

"Apa yang kalian pandangi?" tanya Wijaya.

"Mengawasi mata-mata," jawab Win enteng.

"Kwang?"

"Bukan cuma dia, Wijaya," sahut Lev datar.

Wijaya ikut mengintip ke luar. Mentari msh belum terbit sepenuhnya, tetapi di luar sana terlihat para kru sedang sibuk menaikkan stielkruger dari regu Vrka ke dalam 2 truk. Selain Yon, para anggota Vrka juga sibuk di sana.

"Boris?"

Lev menghela napasnya, "Percuma saja aku jadi mentormu."

"Kau cuma mengajariku soal stielkruger, bukan untuk memata-matai mata-mata. Lagipula," Wijaya mengangkat bahunya acuh tak acuh, "memangnya kenapa dengan mata-mata? Maksudku Kwang dulu adalah pilot yang sangat handal dan juga menguasai jalur informasi serta bahasa di hampir semua negara anggota LUNA. Dia itu aset untuk kita, bukan?"

Win menggeleng sok tahu, "Mungkin, tetapi bagaimana dengan loyalitasnya? Pada LUNA atau Taipei?"

"Mungkin pada Boris," jawab Wijaya enteng. "Bukannya dia orang pertama yang direkrut Boris walau ditentang kepala dewan pimpinan?"

"Lagipula sombong juga kau, Win. Bicara soal loyalitas, kau sendiri bukannya dari Macau?" sambar Lev dengan sinis. "Tidak ada yang bisa menjamin ke mana loyalitasmu."

Senyum sok tahu merekah di bibir Win ketika dia menjawab, "Ada alasan mengapa Perdana Menteri dari Qing memprotes saat Boris menyarankanku."

"Cih, tentu saja, karena loyalitas tempat asalmu pada Qing sangat bisa dipertanyakan."

"Tapi, Lev, tidak begitu ceritanya dengan loyalitas kami pada LUNA."

"Maksudmu Macau lebih loyal pada LUNA dibandingkan pada Qing?"

"Berarti mirip denganmu ya?" Wijaya balas bertanya pada Lev. "Bukannya salah satu alasanmu masuk Vrka karena kau tidak akur dengan militer lokal?"

"Aku tidak percaya dengan mereka, bukan tidak akur."

"Memangnya ada yang bisa akur denganmu?" Win dan Wijaya meledek bersamaan.

"Diam kalian," Lev merenggut. Dia meletakkan mug kopinya pada meja terdekat lalu melirik lagi ke luar jendela, "Masalah terbesarku bukan pada mata-mata yang tampak jelas, tetapi yang lebih samar."

Wijaya mengernyit, "Kalian belum menjelaskan siapa yang kalian maksud."

"Kakak iparmu," Lev mendengus.

"Aku belum menikah."

"Jangan pura-pura bodoh, Wijaya."

"Kau bicara apa, sih?"

"Ck,ck,ck," Win berdecak. "Maksudnya mekanik regu ini."

"Sawamura? Bukannya dia pilot pengetes dan bagian dari tim pengembang stielkruger?"

"Justru itu. Orang itu, juga akan menjadi mata-mata dalam bidangnya sendiri. Mereka perlu 'data' dari pertempuran stielkruger-stielkruger kita yang didesain khusus," Win menjelaskan.

"Hanya, dia, Lakshman, dan kau yang datang dari rekomendasi kepala negara kalian. Mengingat dia dan Lakshman mendapat protes paling keras dari kepala negara lain, aku rasa cukup wajar jika mereka memang dikirim untuk mendapatkan informasi dan data dari regu ini. Walau aku cukup yakin mereka tidak akan mengkhianati kita di tengah misi. Tapi aku berani bertaruh mereka akan lebih mementingkan menyelamatkan informasi yang mereka dapatkan daripada menyelamatkan anggota regu ini."

Stielkruger: Re-MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang