Proses bertemunya kembali regu Vrka tidak diselingi keharuan ataupun emosi berlebih. Mereka semua bergerak sesuai perintah Boris, walau tetap ada yang mengomel.
Walau lelah dan kondisi kokpit terasa begitu membenai, Wijaya membuka matanya lebar-lebar sambil mengintai dengan mode penembak runduk. T-11 milik Yon berjaga di sekitarnya.
Di depan sana, ada sekitar tujuh unit scorpid yang mendekat ke arah jalan utama. Mereka berpencar tetapi jarak satu sama lain tidak terlalu jauh. Ada dua brox di antara mereka. Dari cara mereka bergerak, Wijaya semakin yakin bahwa pilot para brox itu berbeda dengan para scorpid.
Kalau para scorpid dikendarai remaja-remaja dan militan tak terlatih, para Brox ini bergerak bagai pernah menjalani pelatihan militer saja. Hal itu terasa sangat janggal di mata Wijaya.
Selain itu, dari formasi mereka, para brox terlihat seperti memimpin para scorpid.
T-11 milik Lakhsman, yang kali ini membawa kotak besar di punggungnya, menyambut para scorpid dari depan. Ketujuh brox langsung berpencar berusaha mengepungnya. Dua terlihat jelas berusaha mendekat untuk memukul T-11 dengan tinjunya.
[Nak, arahkan roketku.]
Wijaya membidik pada salah satu scorpid yang berada paling jauh dari T-11, yang berada di sisi paling kanan belakang. Dia menekan tombol kecil di sisi senapan pembidiknya. Sesaat kemudian, terdengar raungan roket menembus pepohonan. Roket itu dengan sukses menghancurkan lengan scorpid yang dibidik Wijaya.
ZHY dan Hoshun langsung melesat dari sisi kanan para scorpid dan menghabisi brox yang terluka itu. Wijaya melepaskan tembakan pada kaki 2 scorpid yang mengapit T-11 yang dikendarai Lakhsman, melumpuhkan mereka sementara dan memberikan Lakhsman serta Boris kesempatan untuk menaklukkan mereka. Sisanya melawan mereka dengan cukup sengit.
Wijaya berusaha menembak untuk melumpuhkan salah satu dari kedua brox yang mereka hadapi. Akan tetapi, keduanya cukup lihai untuk bergerak zig-zag demi menghindari bidikan. Seolah mereka sudah tahu ada penembak runduk yang mengintai dari jauh. Selain itu, para scorpid juga dengan cepat meledakkan diri, membuat Wijaya makin kesulitan.
Akhirnya, kedua brox pun berhasil kabur.
[Aku tidak menyangka kalian benar-benar bisa selamat, maksudku kalian bersama mata-mata ini, dia belum mengorbankan kalian ke musuh?]
Di luar dugaan Wijaya, komentar 'sambutan' dari sawamura itu justru diladeni ketus oleh Lev. [Aku lebih heran kau tidak menumbalkan Boris pada Dmitriyev.]
[Simpan reuni kalian, kita perlu membantu batalyon 306.]
[Batalyon 306 katamu, Pak?]
[Katakan kau salah dengar, Pak Tua.]
Kata-kata Boris langsung disambut keheranan dari Lev dan Kwang.
"Apa yang membuat kalian begitu heran?" tanya Wijaya.
[Cih, Batalyon 306 datang dari divisi ketiga siberia yang terpaksa dibubarkan setelah perang dengan USNA. Untuk apa mereka dikirimkan ke tempat ini?]
[Lev, kita bisa bahas itu nanti, untuk sekarang, kita bantu mereka sebisa mungkin.]
[Sudah kubilang, peluurku habis, pak. Wijaya juga begitu.]
T-11 milik Lahksman bergerak mendekati nesti. Pilotnya berkata dengan santai. [Tenang saja Lev, aku membawa beberapa peluru untuk kalian.]
Dia meletakkan box dari punggung T-11 dan meletakkannya di tanah. Kwang, Lev, dan Win segera mengisi ulang senjata sementara Wijaya dan Yon bergerak perlahan mendekati mereka.
[Oh iya, Wijaya, maaf kami aku tidak membawa peluru cadnagan untukmu. Kurasa pak tua tidak menyangka kau akan kehabisan peluru.]
"Tidak apa," jawab Wijaya. "Aku masih bisa menandai mereka dan tiga peluru cukup untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stielkruger: Re-Mission
ActionPer 18 Mei 2020, Semua chapter sebelumnya di unpublish dan cerita dilakukan perombakan. Setahun berlalu semenjak Wijaya, seorang penembak runduk dari Nusa Antara, bergabung dengan regu khusus stielkruger bernama Vrka. Mereka kini ditugaskan untuk m...