Bab IX - Muda

1 0 0
                                    

"Mimpi indah?" Win meledek sambil melahap ransum.

"Ha?" Wijaya menatap Win heran. Dia sendiri baru bangun dan sedang sibuk memakan ransum yang sudah dihangatkan Win. Langit sudah senja, seharusnya sebentar lagi mereka bergerak. Tergantung arahan Kwang.

"Kau tidur seperti batu," Lev mendengus, "Tadi sempat ada pertempuran di sini."

"Mimpimu menarik," jawab Wijaya enteng. "Kau kurang puas menembaki orang kemarin?"

Dia kemudian menyodorkan ransum pada Yon yang sudah selesai mengakali perbaikan pada bahu subutai, "Terima kasih."

Yon mengambil ransum dari tangan Wijaya dengan tersenyum dan mengangguk.

"Kondisi kita lebih menarik lagi," keluh Kwang walau tatap matanya tampak lebih bersemangat dari biasanya. Dia baru menghabiskan ransumnya. "Kita sama sekali tidak bisa menghubungi Boris."

"Apa yang terjadi pada pak tua kita?"

"Aku yakin dia baik-baik saja di markas divisi kelima, Win," sambar Lev kecut. Dia melirik pada Kwang, "Pertanyaannya justru apa yang terjadi dengan kita. Aku bisa paham kalau mereka menggunakan pengacau sinyal pada pertarungan kemarin, tapi mana ada pengacau sinyal yang bisa mencapai sejauh ini dan dinyalakan terus-menerus?"

Senyum sinis tergambar di wajah Kwang. Matanya berkilat penuh semangat. Bukan. Bukan semangat. Melainkan kesan seperti seekor hewan predator yang menemukan mangsa sulit.

"Turtleshell."

Lev dan Win tersentak mendengar jawaban itu, bahkan Yon langsung melirik tajam pada Kwang yang jelas menyadari raut serius dari rekan-rekan satu regunya. Lucunya, Kwang sepertinya menyadari Wijaya bertingkah acuh tak acuh dengan jawaban itu.

Turtleshell adalah purwarupa pemblokir sinyal yang dikatakan Lakhsman beberapa hari lalu saat pengarahan. Purwarupa itu dikembangkan oleh Negara Serikat Amerigo Utara. Hal ini berarti menguatkan hipotesis Kwang dan Lakhsman tentang keterlibatan negara-negara sekutu lain dalam keanehan di daerah Siberia Tenggara ini.

"Kau yakin dengan dugaanmu itu, mata-mata?"

"Lev, bukannya karena dia mata-mata maka kata-katanya bisa lebih dipercayai untuk urusan macam ini?"

"Diam, Win, aku tidak bertanya padamu. Lagipula, logika macam apa itu?"

"Artinya lawan kita bukan sekedar militan dari Semenanjung Daehan," sela Wijaya datar. "Dan kondisi pak tua mungkin tidak seaman dugaan kita."

Semua mata kini tertuju pada Wijaya. Kwang, yang masih tersenyum sinis, bertanya, "Maksudmu kau tidak memercayai Dmitriyev atau kau menyangka ada pengkhianat di divisi kelima?"

Wijaya memiringkan kepala. Dia cukup heran dengan pertanyaan Kwang. "Sejak kapan aku percaya orang?" balasnya datar.

Kwang dan Win mendengus menahan tawa, tetapi mereka berdua gagal dan akhirnya tertawa terbahak-bahak. Lev menggerutu kesal. Sementara itu, Yon hanya tersenyum lembut.

Entah apa yang lucu dari itu semua.

Walau mungkin sebenarnya Wijaya tidak sepenuhnya jujur dengan kata-katanya barusan. Saat melihat respon rekan-rekannya, dia sedikit tersadar bahwa sedikit banyak dia memercayai rekan-rekannya. Setidaknya pada kemampuan mereka.

Namun, Wijaya sendiri merasa tidak akan pernah terkejut jika ada pengkhianat di antara mereka. Lagipula, bukankah memang itu salah satu alasan dia direkrut ke regu ini? Dia memiliki izin untuk menarik pelatuk jika ada pengkhianat di regu ini dengan tujuan melumpuhkan atau menghabisi.

Tidak ada yang mengetahui itu kecuali Boris. Akan tetapi, Wijaya cukup yakin rekan-rekan seregunya sedikit banyak mencurigai fungsi macam itu memang disematkan pada dirinya.

Bagaimanapun juga, dia hanyalah mesin pembunuh. Tidak lebih, tidak kurang.

"Kita akan kembali ke rencana awal," kata Kwang setelah berhasil menahan diri. "Setelah matahari terbenam, kurasa ada baiknya kita mencari Boris daripada mencoba menginvestigasi sendiri. Tapi, mungkin aku akan berpencar sebentar untuk memeriksa lokasi pertempuran kemarin."

"Aku tidak setuju dengan berpencar," Lev memprotes.

"Aku baru tahu kau mengkhawatirkanku."

"Puh, aku hanya memastikan kau tidak mengkhianati kami, mata-mata."

"Lagipula, untuk apa memeriksa lagi?" Win bertanya tanpa memedulikan komentar Lev pada Kwang. "Kalau kau mau memeriksa bangkai-bangkai mereka, kemungkinan besar sudah mereka bersihkan."

"Bukankah itu alasan utama kita untuk memeriksa?" Kwang balas bertanya. Ekspresi bagai hewan predator itu kembali muncul, "Apakah mereka akan mencoba menutupi jejak? Atau mereka akan begitu terburu-buru mencoba mencari kita? Atau mungkin mereka sudah tidak peduli lagi karena kita sudah melihat keberadaan mereka?"

Lev menatap dingin pada Kwang, "Aku tidak pernah suka ekspresimu itu."

Kwang mengangkat bahu, "Sudah kubilang, efek adrenalin."

Mereka berlima segera membereskan peralatan dan beranjak ke stielkruger masing-masing sambil menunggu matahari terbenam. Wijaya menyempatkan diri memerhatikan hasil perbaikan yang dilakukan Yon. Sepertinya bahu subutai tidak akan bisa banyak digerakkan.

"Biar kupastikan," kata Wijaya pada Yon yang melintas menuju T-11nya. "Aku tidak akan bisa menembak pada mode penembak runduk, tetapi masih bisa melakukan tembakan biasa?"

Yon mengangguk sembari mengeluarkan simbol 'v' dengan jemari lentiknya. Jawaban yang cukup jelas, karena itu Wijaya membalas dengan berterima kasih sekali lagi.

Kwang memimpin pergerakan mereka sementara Win berjaga di belakang. Sesuai rencana mereka bergerak menuju lokasi pertempuran kemarin. Namun, mereka melakukannya dengan memutari bukit tempat Wijaya bersarang sebelumnya.

Waktu bukan masalah. Justru dengan perkiraan lawan mereka mengejar ke timur atau timur laut, pergerakan memutar akan memberikan mereka jarak yang lebih jauh dengan para pengejarnya. Mereka tetap meminimalisir penggunaan radio untuk berjaga-jaga jika ada yang berusaha menyadap saluran yang mereka gunakan.

Wijaya tidak yakin apa yang dia harapkan dari lokasi sisa-sisa pertempuran kemarin. Keadaan sisa pertempuran yang mereka jumpai adalah hal yang agak janggal.

Tidak ada sedikitpun usaha pembersihan di tempat ini. Bangkai-bangkai scorpid dibiarkan tergeletak begitu saja, walau senjata mereka sepertinya diambil. ZHY memberi isyarat untuk memeriksa, sementara itu Lev dan Wijaya berjaga dengan memantau keadaan sekitar.

Kalau dugaan tentang adanya pengkhianat dari dalam yang menyerang, biasanya mereka akan berusaha menutup-nutupi kejadian macam ini dan menyingkirkan bangkai stielkruger untuk menutupi jejak. Memang, Wijaya tidak bisa menutup kemungkinan bahwa kelompok misterus itu enggan melakukannya karena merasa sudah ketahuan oleh regu Vrka.

Akan tetapi jika pelakunya memang kelompok militan dari Semenanjung Daehan, sebuah dugaan yang menurut Wijaya sangat kecil kemungkinannya, setidaknya mereka pasti berusaha mengambil suku cadang tertentu dari para scorpid ini selain senjata.

Perlakuan yang diterapkan pada para pilot scorpid ini seperti perlakuan pada pasukan berani mati yang bisa dibuang kapan saja. Mengingat bagaimana mereka meledakkan diri kemarin, kemungkinan itu bisa saja terjadi.

[Kalian tidak akan suka ini.]

Suara Kwang terdengar muram dari radio. Setelah menghela napas dia pun melanjutkan kata-katanya.

[Para pilot scorpid ini, mereka masih remaja.]

Stielkruger: Re-MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang