8

1.8K 345 36
                                    

Bokuto Koutarou—Dia yang selalu menggenggam tanganmu di tempat ramai

"HEY, HEY, [NAME]!! AYO KE FESTIVAL MUSIM PANAS NANTI MALAM!!"

[Name] terlonjak dari tempat duduknya. Lututnya terpentok meja belajar. Gadis itu meringis kesakitan. Netra coklat menatap Bokuto dengan tajam walau tertutupi oleh wajah kesakitannya. Bokuto menghampiri sang teman masa kecil dengan ekspresi cemas.

"Kau tidak apa-apa? Maaf karena mengagetkanmu,"

"Tidak apa-apa. Hanya terpentok sedikit,"

[Name] mengelus lututnya, mencoba untuk menghilangkan rasa sakit. Gadis berambut coklat itu melirik ke arah pemuda berambut dwiwarna yang tengah menatap kagum buku kumpulan soal miliknya yang sudah terisi sebagian. Mereka berada di akhir tahun SMA. [Name] jadi sedikit khawatir kalau Bokuto melupakan study-nya dan hanya mengingat voli.

"Kou-chan, bagaimana belajarmu? Apa ada kesulitan?"

Mendengar perkataan [Name], Bokuto terlonjak kaget. Ia menolehkan wajahnya patah-patah ke arah sang gadis berambut coklat. Kemudian memperlihatkan cengirannya. [Name] menyipitkan matanya, menatap tajam sang pemuda bernetra gold yang kini sedang mengusap belakang tengkuknya sambil tertawa canggung.

"Kou-chan, kalau kau mempunyai waktu untuk voli, kau juga harus meluangkan waktumu untuk belajar. Kalau tidak mengerti, aku bisa membantu. Aku tidak mau lulus sendirian tahun ini!" Omel sang gadis.

Perkataan terakhir [Name] membuat Bokuto bergidik. Sang pemuda menggeleng kencang. Tidak terima dengan kalimat terakhir sang gadis.

"Tidak mau! Kita masuk SMA bersama. Jadi kita juga harus lulus bersama!"

"Kalau begitu belajar, Kou-chan!"

"Iya! Tapi aku ingin menonton festival kembang api nanti malam!"

[Name] menghela nafas. Gadis itu mengambil calender desk yang ada di atas meja belajarnya. Kemudian melingkari beberapa hari yang di rasa pemuda di sebelahnya tidak memiliki jadwal latihan voli. Bokuto hanya mengerjap tak mengerti saat [Name] memberikan sebuah notes dengan tanggal dan mata pelajaran.

"Kita akan belajar bersama. Tenang saja, tidak akan mengganggu latihan volimu kok. Tapi kalau nanti Kou-chan tidak bisa menjawab soal dariku, kau tidak boleh mengikuti camp pelatihan musim panas. Bagaimana?"

Bokuto meneguk saliva. Pemuda itu mengangguk ragu karena ia sudah menerima notes berisi jadwal dari [Name]. Bokuto tidak bisa menolak. Yah, meskipun begitu, pemuda bernetra gold itu memang lebih suka belajar bersama daripada sendirian.

"Nanti kujemput jam delapan malam ya!" Bokuto berjalan keluar kamar [Name].

"Iya," [Name] melanjutkan kegiatan belajarnya yang tadi terintrupsi.

Malam pun tiba. Sang gadis mengikat tali sepatunya kencang-kencang. Ia tidak ingin sepatunya lepas dikeramaian seperti beberapa tahun yang lalu. Dirasa sudah siap, [Name] menghampiri Bokuto yang tengah msnunggunya di depan pintu gerbang. Keduanya berjalan beriringan ke tempat berlangsungnya festival.

"Aku ingin mencari Akaashi, Konoha, dan Saru. Katanya mereka juga akan mendatangi festival ini,"

"Cari saja. Sudah kirim pesan?" Bokuto mengangguk.

"Sudah,"

Keduanya berhenti di depan pintu masuk. Sang pemuda berambut dwiwarna mengulurkan tangannya pada [Name]. Tersenyum kecil, sang gadis berambut coklat menerima uluran tangannya. Keduanya memasuki festival dengan tangan bergandengan.

Setelah berputar-putar selama setengah jam, mereka akhirnya menemukan teman-teman satu tim Bokuto. Pemuda itu tidak bisa memahan rasa senangnya. Dia bergegas menghampiri ketiga temannya. Menerobos kerumunan orang sampai tidak sadar genggamannya terlepas.

"Tunggu—Kou-chan!" Pekikan [Name] tidak terdengar. Bokuto dengan riang menepuk pundak Konoha.

"Kalian bersenang-senang tidak mengajakku ya!" Kata Bokuto.

Akaashi mengerutkan keningnya heran saat melihat senpai-nya itu berjalan sendiri tanpa kehadiran seorang perempuan yang seharusnya ada di samping Bokuto. Padahal pemuda berambut dwiwarna itu bilang ia akan menghadiri festival ini bersama [Name].

"Bokuto-san, [Lastname]-san tidak jadi ikut?"

Pertanyaan dari Akaashi membuat ketiga senpai-nya terdiam. Bokuto mengerutkan keningnya heran.

"Apa yang kau katakan, Akaashi? Kalau [Name], dia ada di si..."

Pemuda jabrik itu mengerjapkan matanya saat menoleh ke arah kanan di mana tadi ia menggenggam tangan [Name]. Kemudian menatap panik ke arah teman-temannya. Akaashi sweatdrop. Pemuda bernetra gunmetal blue itu menghela nafas.

"AKAASHI AKU TIDAK SADAR MELEPASKAN GENGGAMAN TANGANNYA!!" Pekik Bokuto.

"Coba kau hubungi dulu ponselnya," usul Konoha. Bokuto mengangguk.

Dengan panik, nomor [Name] di-dial. Namun yang menjawab adalah suara operator. Ponsel [Name] berada diluar jangkauan. Bokuto dirundung perasaan bersalah. Kedua teman seangkatannya bergidik. Pundak sang kapten voli di tepuk pelan.

"Tenang, Bokuto! Kami bantu cari!" Kata Sarukui. Konoha mengangguk.

"Sebaiknya kita cari di tempat sebelum ini. Bokuto-san, tempat mana yang kau kunjugi sebelum menghampiri kami?"

"Aku beli permen apel tadi," keempat pemuda itu bergegas ke tempat yang dituju.

Raut wajah Bokuto terlihat khawatir sekali. Kembali teringat saat [Name] hilang di malam tahun baru akibat terseret keramaian. Bokuto ingat kalau kejadian sepuluh tahun lalu itu juga salahnya. Pemuda itu ngotot mengajak [Name] membeli takoyaki, sehingga terpisah dari orangtua mereka.

[Name] kecil ditemukan satu setengah jam kemudian. Dengan netra coklat yang berkaca-kaca dan pipi yang memerah karena kedinginan. Gadis itu tampak menahan tangis. Semenjak itu, Bokuto berjanji akan selalu menggenggam tangan [Name] di keramaian. Agar kejadian itu tak kembali terulang.

Pemuda bernetra gold menggertakkan giginya. Merasa bersalah karena mengingkari janjinya sendiri. Merutuki dirinya yang terlalu excited sehingga tanpa sadar melepaskan tangan [Name]. Dalam hati, ia memohon agar sang teman masa kecil segera ditemukan.

Ia tak mau lagi melihat [Fullname] dengan wajah sembab dan netra coklat berkaca-kaca.

"Kou-chan!"

Pekikan seorang gadis dari arah kerumunan membuat Bokuto menoleh. Pemuda itu segera menggapai uluran tangan [Name]. Menariknya keluar dari keramaian. Lalu masuk ke dalam dekapan hangat sang Bokuto Koutarou. Pemuda itu memeluk [Name] protektif.

Keduanya terdiam selama satu menit diposisi itu. Sampai [Name] menegurnya karena malu.

"Kou-chan, bisa kau lepaskan—"

"Apa kau tidak apa-apa? Maafkan aku, [Name]," Tanya Bokuto setelah merenggangkan pelukannya. [Name] mengerjap pelan.

"Iya," sang gadis kembali ditarik masuk ke pelukan.

"Syukurlah," bisik Bokuto pelan.

Wajah [Name] memanas. Ia mendorong pelan teman masa kecilnya. Melepaskan pelukan mereka. Wajahnya tambah merona saat menyadari dirinya diperhatikan. Konoha dan Sarukui tersenyum miring. Sedangkan Akaashi menghela nafas lega.

"A-ayo ke sana! Aku menemukan tempat bagus untuk melihat kembang api," kata [Name]. Berusaha mengalihkan perhatian.

Bokuto kembali mentautkan tangannya dengan milik [Name]. Kali ini, ia menyelipkan jari-jarinya pada jemari tangan sang gadis. Mencegah hal yang sama terulang kembali.

K--Aii : uhm, apa 900++ words termasuk drabble?

BENTAR LAGI SELESAI YEEEYYY *loncat2 ala Hinata

Makasih banyak yang udah dukung aku sampai sini. Setelah FF ini selesai, aku ada niatan buat versi yang lain. Semoga aja bisa aku realisasiin 😳 *pundung

I Know You - Bokuto x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang