5

2K 386 57
                                    


Bokuto Koutarou--Dia yang selalu membuatmu ambyar hanya dengan rambut turunnya.

"HEY, HEY, [NAME] AKU DI SINI!!"

Teriakan dari orang yang sangat dikenalinya membuat gadis berambut coklat itu menoleh ke arah sumber suara. Netranya menangkap figur seorang Bokuto Koutarou dan Akaashi Keiji di depan loker sepatu milik sang pemuda berambut jabrik. [Name] menghampiri keduanya.

"Selamat sore, [Lastname]-san," sapa pemuda bernetra gunmetal blue tersebut. [Name] tersenyum tipis.

"Sore juga, Akaashi-kun," balas gadis itu.

"Aku tidak di sapa nih?" [Name] menoleh ke arah Bokuto.

"Kou-chan, kita bertemu setiap hari," kata [Name]. Bokuto merengek pelan.

"Kalau begitu aku duluan, Bokuto-san," mendengar perkataan kouhai-nya, Bokuto berhenti merengek dan menoleh ke arah Akaashi.

"Oke, Akaashi. Terima kasih sudah menemaniku!!" Akaashi mengangguk pelan.

"[Lastname]-san, aku duluan," pamitnya.

"Ah, iya. Hati-hati di jalan Akaashi-kun,"

"Terima kasih," Akaashi balas melambaikan tangan pada Bokuto dan [Name], kemudian meninggalkan keduanya.

"Jadi, hari ini katanya Kou-chan mau meneraktirku parfait strawberry?" Kata [Name] memulai pembicaraan.

"Ah, kau benar. Sebagai hadiah atas kemenanganku memasuki kejuaraan nasional!!" Katanya sambil mengepalkan kedua tangannya.

"HEY, HEY, HEEEYY!!" Teriaknya dengan semangat. [Name] tersenyum kecil.

"Kan kau yang menang. Kenapa aku yang dapat hadiah?" Tanya [Name]. Bokuto menggaruk belakang kepalanya, tampak canggung.

"Karena kau sudah mendukungku dari pertandingan pertama. Dan menyorakiku sampai suaramu habis di pertandingan final," katanya.

"Wah, terima kasih!" Balas [Name]. Bokuto tersenyum senang.

Mereka berjalan ke arah cafe baru yang berada di dekat dari sekolah. Dengan diselingi obrolan kecil yang membuat perjalanan ke sana tidak membosankan. Keduanya sepakat akan langsung pulang ke rumah karena langit mulai mendung.

"Aku pesan parfait strawberry dan milkshake coklat,"

Bokuto tersentak saat gadis berambut coklat itu memesan minuman. Waitress di sebelahnya mengangguk. Kemudian mengatakan untuk menunggu sebentar. Bokuto memang bilang pada [Name] bahwa ia tidak akan memesan. Tapi, milkshake coklat? Pemuda berambut dwiwarna itu tidak membawa uang lebih saat ini!

"[Name], apa kau tidak bisa membatalkan pesananmu yang kedua? Aku tidak membawa uang lebih saat ini," perkataan Bokuto membuat [Name] tersenyum kecil.

"Milkshake coklat itu aku yang bayar kok. Tenang saja," kata [Name].

Bokuto jadi merasa bersalah. Tahu begitu, harusnya ia membawa uang lebih. Pemuda itu mulai berubah diam dan sedikit mengerucutkan bibirnya. [Name] tertawa dalam hati. Tahu benar apa yang menyebabkan pemuda itu mengalami penurunan mood.

"Silahkan pesanannya," kedua minuman itu kini telah tersaji di atas meja.

"Terima kasih," waitress itu tersenyum mendengar ucapan [Name], kemudian beranjak pergi dari sana.

Gelas berisi milkshake coklat itu didorong pelan sampai ke hadapan Bokuto. Pemuda yang dari tadi menunduk itu terdiam kaku. Netranya beralih pada [Name] yang tengah tersenyum riang.

"Untuk Kou-chan. Hadiah dariku karena sudah berusaha keras," kata gadis berambut coklat itu.

"Ah, tapi aku yang berjanji akan meneraktirmu,"

"Kou-chan hanya berjanji untuk meneraktirku parfait strawberry. Bukan meneraktir semua pesananku. Jadi tidak perlu badmood begitu," kata [Name]. "Terima hadiahku ya,"

Bokuto kembali tersenyum senang. Gelas milkshake di seruput pelan. Keduanya menghabiskan minuman mereka sambil mengobrol santai tentang pertandingan winter cup kemarin. Sampai melupakan sesuatu.

[Name] dan Bokuto hanya bisa menatap panik ke arah langit mendung. Keduanya memutuskan untuk berlari pulang. Jangan sampai terkena hujan. Namun tidak jauh dari cafe itu, hujan deras mulai mengguyur Tokyo. [Name] mengusulkan untuk berteduh sejenak di depan mini market.

[Name] mengeluarkan sapu tangannya. Melihat Bokuto yang sedang mengobrak-abrik isi tasnya dengan wajah panik, gadis itu yakin jika pemuda bernetra gold itu lupa membawa sapu tangan. Tangan [Name] bergerak mengambil sapu tangan cadangan miliknya. Kemudian menyerahkannya pada Bokuto.

"Ah, terima kasih, [Name]. Maaf karena mengajakmu berbicara panjang tentang pertandingan. Aku jadi melupakan tujuan kita untuk langsung pulang," kata Bokuto sambil menekan sapu tangan itu pada almamaternya yang basah.

"Tidak apa-apa. Toh, aku juga melupakannya. Bukan salah Kou-chan kok," kata [Name].

Gadis itu menoleh ke sampingnya. Menatap Bokuto yang sedang sibuk mengusak rambutnya yang basah. Sungguh, demi apapun. Seorang Bokuto Koutarou akan terlihat 1000 kali lipat lebih tampan dengan rambut turun jatuh menutupi keningnya.

"[Name], wajahmu memerah. JANGAN-JANGAN KAU DEMAM?! MAAFKAN AKU!!" pekik Bokuto saat melihat wajah [Name].

Gadis di sampingnya menggeleng keras. Salah satu tangannya menutupi wajah. Satunya lagi menghalangi wajah Bokuto agar tidak bisa melihat ke arahnya.

"Bukan! Bukan demam kok!!" Kata [Name].

"Kalau bukan demam lalu apa? Udaranya dingin, kau tidak mungkin kepanasan!!" Bokuto sedikit terdiam, kembali mengamati gadis itu. "...atau kau merona?"

[Name] tidak menjawab. Sibuk mengalihkan wajahnya dari pandangan Bokuto. Sang pemuda berambut dwiwarna berpikir sebentar. Mengingat-ingat perkataan bro-nya dari sekolah sebelah.

"Kuroo dulu pernah bilang. Wajah perempuan akan memerah karena tiga hal. Yang pertama karena demam. Yang kedua karena kepanasan. Dan yang ketiga, wajahnya merona karena habis melihat lelaki tampan," katanya dengan ekspresi innocent. Wajah [Name] memerah sempurna.

"Karena kau tidak demam dan suhunya tidak panas, berarti kau pasti merona karena melihat lelaki tampan!!" Kata Bokuto menyimpulkan.

"Iya kan?" Lengan [Name] di senggol pelan.

"Ukh, ya. Aku memang baru saja melihat lelaki tampan. Sangat," gadis itu pasrah mengakui dengan suara pelan dan mengalihkan pandangannya.

"Oh ya? Di mana? Apa dia sudah pergi?" Tanya Bokuto sambil melihat ke arah sekitar.

'Tidak, dia tidak pergi. Dia tepat berada disebelahku,'

"Sayang sekali," kata [Name]. Membuat Bokuto berhenti celingukan.

"Kita lanjutkan saja perjalanannya. Sudah tidak deras," kata [Name]. Bokuto mengangguk.

"Benar juga," Kemudian keduanya berlari kembali menerobos hujan.

~~~

K--Aii : Sebenernya aku suka Bokuto karena rambut turunnya :'

I Know You - Bokuto x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang