🌜13

385 43 20
                                    

VOTE & COMMENT demi kesejahteraan bersama😊
_____________

Dengan Joohyun yang terpaksa merelakan acara menikmati teh hangatnya karena kedatangan mendadak dari Kim Suho, kini turut bergabung di meja makan setelah menyajikan kudapan sederhana sebagai menu sarapan pagi. Anggaplah demikian. Hamba mungil itu membawa juga teh racikannya.

Anak tunggal Tuan Kim yang tengah duduk manis diantara mereka sengaja berdehem demi mengusir kecanggungan. Sebagai tamu tak diundang, ia masih menahan diri untuk tidak mencaplok asal hidangan sarapan yang tersedia. Walaupun sebenarnya secara kronologis, Suho sudah menerima wangsit akan hal yang seharusnya terjadi ini. Meskipun dirinya sudah terlambat. Tetapi ini lebih baik daripada tidak samasekali.

Ah, alasan saja!

Suho menyeruput air putih dari gelas dengan susah payah. Sementara ekor matanya terus menerus mencuri-curi pandang pada sosok yang dipanggil 'Chanyeol-nim' yang tengah duduk berhadapan dengannya dengan gestur kaku.

Ah ya, 'Chanyeol-nim', apa sudah seharusnya Suho turut memanggilnya begitu?

Jadi, inikah dewa yang dikatakan oleh para leluhurnya? Pria dihadapannya yang Suho akui tampan di mata yang juga sesama pria. Sedikit menelisik ke bawah, memperlihatkan bagian dada bidang menonjol, kaus putih yang dipakai oleh sang dewa tampak sedikit sesak seolah ada sesuatu liat dan keras yang ingin menyembul dari dalamnya.

Suho meneguk ludah kasar. Pandangannya kini terpusat pada kedua bisep kekar yang terbentuk. Bayangkan saja, perlu berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi Suho untuk memiliki tubuh seideal itu?

Untuk ukuran wajah, Suho diam-diam juga memberi penilaian dalam hati. Tampan dan aristrokrat. Ya, dua kata itu yang sengaja Suho simpan sendiri.

"Sudah puas mengamati wujud ini?" Mulut pedas Chanyeol tiba-tiba berkumandang dengan tak elitnya. Berpadu dengan pandangan sinis, Suho lagi-lagi dibuat berdehem karena itu.

"Eung itu, anu - hehe. " Suho memamerkan cengiran yang samasekali tak membantu meskipun cukup menjelaskan keadaan. Menggaruk bagian belakang kepala, lalu menyuap sesendok potongan telur gulung. Sedikit terkejut menyapa lidah pencecap, lantaran reseptor yang bekerja menerima sebuah rasa yang dianggap nikmat.

"Jeogii..Chanyeol-ssi, kau benar-benar seorang Dewa Api yang dikatakan para leluhurku?"

Sebelah alis menawan Chanyeol kini sedikit menukik tajam, garpu masih menusuk pada gulungan telur menggoda meminta dilahap.

"Kau tidak percaya? Perlu bukti?"

Punggung Suho jadi terasa kaku menerima tatapan itu.

Hei, demi apapun dia sudah terlatih dan bertemu dengan orang-orang penting sudah menjadi kesehariannya. Tetapi untuk yang kali ini kenapa...

"Ah! Makananmu Suho-ssi!" Joohyun memekik.

Api besar berkobar tiba-tiba melahap piring Suho. Secara spontan laki-laki Kim itu bangkit mundur sambil memegang dadanya yang terkejut.

"Sepertinya kau masih tidak percaya." Sang penyebab kini tersenyum menantang menyantap makanan miliknya dengan tenang.

Suho menggeleng random masih tercengang dengan aksi pertunjukan yang tampak seperti sebuah sulap murahan, eh? Merujuk pada kekuatan yang dimiliki Chanyeol. Api dipiringnya kini sudah menghilang. Sedikit menyesal telur gulungnya sekarang menjadi gosong.

"Apa perlu membakar rambutmu juga?"

Chanyeol mulai memainkan tangannya, sebuah bola api seukuran pingpong terbentuk dengan mudah.

 𝑬𝒎𝒑𝒓𝒆𝒔𝒔 𝑩𝒂𝒆 • 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑅𝑒𝑛𝑒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang